Rabu, 18 Maret 2015

Andani citra 7:Kost Si Dimas

Kost Si Dimas
Dua mingguan setelah peristiwa 'Akibat Main Mobil Goyang' aku
sedang makan di kantin mahasiswa bersama Ratna. Kami ngerumpi
sambil menunggu jam kuliah berikutnya, saat itu jam 12.00 jadi kantin
sedang- penuh-penuhnya. Waktu sedang larut dalam canda tawa,
tiba-tiba pundakku ditepuk dari belakang dan orang itu langsung
duduk di sebelah kiriku.
"Helo girls, gabung yah, penuh nih !" sapa orang itu yang ternyata si
Dimas, salah satu playboy kampusku yang dua minggu lalu terlibat ML
denganku (baca Akibat Main Mobil Goyang)
"Penuh apa alasan buat bisa deketin kita, heh ?" goda Ratna padanya.
"Iya nih, dasar, itu tuh disana aja kan ada yang kosong, hus...hus..!!"
kataku dengan nada bercanda
"Maunya sih...cuma kalo gua disana takutnya ada yang merhatiin gua,
jadi mendingan gua deketin sekalian" kelakarnya dengan gaya khas
seorang playboy.
"Gila ga tau malu amat, jijay lo !" sambil kucubit lengannya
Kami bertiga menikmati makan dan obrolan kami semakin seru dengan
datangnya pemuda ini. Harus kuakui Dimas memang pandai
berkomunikasi dengan wanita dan menarik perhatian mereka. Dalam
empat sekawan geng-ku saja dia sudah pernah menikmati petualangan
sex dengan tiga diantaranya (termasuk aku), tinggal si Indah yang
belum dia rasakan.
"Kuliah jam berapa lagi nih kalian ?" tanyanya
"Gua sih masih lama, jam tiga nanti, pulang tanggung" jawabku
"Kalo gua sih sebentar lagi jam satu masuk, BT deh kuliahnya Bu
Dinah yang killer itu" jawab Ratna sambil mengelap mulutnya dengan
tisu.
"Halo Ci....hai Nana (Ratna) !" sapa Indah yang tiba-tiba nongol dari
keramaian orang lalu duduk di sebelah Ratna.
Hari itu Indah tampil dengan penampilan barunya yaitu rambutnya yang
panjang itu dicat coklat sehingga nampak seperti cewek indo. Dia
terlihat begitu menawan dengan baju pink yang bahunya terbuka
dipadu celana panjang putih.
Kuperkenalkan Dimas pada Indah, berbeda dengan kami bertiga yang
dari fakultas yang sama, Sastra Inggris, Indah berasal dari Fakultas
Ekonomi sehingga dia belum mengenal Dimas. Begitu kenal dengan
Indah, Dimas langsung beraksi dengan kata-kata dan pujian
gombalnya. Dengan sifat Indah yang gaul itu mereka cepat akrab dan
omongannya nyambung.
"Dasar aligator darat" begitu gumamku dalam hati sambil menyedot
minumanku.
Tak lama kemudian HP Ratna berdering lalu dia pamitan karena ada
janji mau mengerjakan tugas kelompok dengan temannya di
perpustakaan. Jadi sekarang tinggallah kami bertiga.
"Ngapain yah enaknya sambil nunggu, bosen kan disini terus ?" kata
Indah setelah menghabiskan kentang goreng dan minumnya. Ternyata
dia sedang menunggu kuliah jam tiga juga.
"Ke kost gua gimana ? gua sih dah beres ga ada apa-apa lagi" usul
Dimas
Kami pun mengiyakan daripada menunggu dua jam lebih di kampus, di
kostnya kan banyak film jadi bisa nonton dulu. Kami pun berjalan ke
gerbang samping yang menuju ke kostnya setelah membayar makan.
Hanya dalam lima menit kami sudah tiba di tujuan. Kostnya cukup
besar dan bagus karena termasuk kost yang mahal di daerah sini,
terdiri dari dua tingkat dengan kamar mandi di kamar masing-masing.
Penghuninya campur pria-wanita, tapi menurut Dimas lebih dari
setengahnya wanita, makannya dia betah di sini.
"Welcome to my room, sori yah rada berantakan" dia membukakan
pintu dan mempersilahkan kami masuk ke kamarnya di tingkat dua.
Ini bukan pertama kalinya aku ke sini, aku bahkan pernah ML disini
saat one night stand dengannya. Pada temboknya terpampang
beberapa poster pemain sepak bola, juga ada sebuah poster anime
Kenshin. Foto pacarnya yang kuliah di luar negri dipajang diatas meja
belajarnya yang sedikit acak-acakan. Kami ngobrol-ngobrol sambil
menikmati snack hingga akhirnya obrolan kami mulai menjurus ke
masalah seks. Dimas tanpa basa-basi menawarkan nonton film bokep
koleksinya, dipilihnya salah satu vcd bokep Jepang favoritnya. Aku
tidak ingat judulnya, yang pasti adegannya membuatku merinding.
Kami bertiga hening menatapi layar komputer seakan terhanyut dalam
adegan yang pemerkosaan masal seorang wanita oleh beberapa pria,
sperma pria-pria itu berhamburan membasahi si wanita.
Darahku serasa memanas dan selangkanganku mulai basah. Indah di
sebelahku juga mulai gelisah, dia terlihat menggesek-gesekkan kedua
pahanya. Dan, si Dimas....oh dia meremas-remas tangan Indah, dia
juga mulai berani mengelus lengannya. Melihat reaksi Indah yang
malu-malu mau dan sudah terangsang berat, Dimas makin berani
mendekatkan mulutnya ke pundak Indah yang terbuka. Indah
menggelinjang kecil merasakan hembusan nafas Dimas pada leher dan
pundaknya. Karena sudah merasa horny, ditambah lagi Dimas dan
Indah mulai beraksi, akupun tidak malu-malu lagi mengekspresikan
nafsuku pada Indah yang duduk paling dekat denganku. Tanganku
merayap lewat bagian bawah bajunya dan terus menyelinap ke balik
bra-nya. Aku dapat merasakan putingnya makin mengeras ketika
kumain-mainkan dengan jariku. Mulutku saling berpagutan dengannya,
lidah kami saling beradu dan bertukar ludah. Sementara di sebelah
sana, Dimas mulai menjilati leher dan pundaknya, disibakkannya
rambut panjang itu lalu dihirupnya wangi tubuhnya sebelum
cupangannya berlanjut ke leher dan belakang telinganya.
Indah mendesah tertahan menikmati perlakuan ini, tangannya mulai
bergerak meraih penis Dimas yang masih tertutup celana jeansnya,
diraba-rabanya benda yang sudah mengeras itu dari luar. Ciuman
Dimas menurun lagi ke bahu Indah sambil menurunkan pakaian dengan
bahu terbuka itu secara perlahan-lahan, suatu cara profesional dan
erotis dalam menelanjangi seorang wanita. Aku juga ikut menurunkan
pakaian Indah dari sebelah kiri sehingga pakaian itu sekarang
menggantung di perutnya. Dengan cekatan Dimas menurunkan cup BH
kanannya dan langsung melumatnya dengan rakus. Indah melenguh
merasakan payudaranya dihisap kuat oleh Dimas. Aku sekarang
melepaskan pakaianku sendiri hingga bugil lalu mendekati Dimas yang
sudah merebahkan tubuh Indah di ranjangnya. Kupeluk pinggangnya
dari belakang dan melepaskan sabuknya disusul resleting celananya.
Dimas berhenti sejenak untuk membiarkanku melucuti dirinya, disaat
yang sama Indah juga melepasi pakaiannya. Kini kami bertiga sudah
telanjang bulat. Kami menyuruh Dimas rebahan di ranjang agar bisa
menservis penisnya. Penis yang sudah mengeras kukocok dan kujilati,
lalu kumasukkan ke mulutku.
Bersama dengan Indah, kami bergantian melayani 'adik' Dimas dengan
jilatan dan emutan. Indah melakukan aktivitasnya dengan terngkurap
diatas tubuh Dimas dengan kata lain mereka dalam posisi 69, jadi
Dimas bisa menikmati vagina Indah sementara kami berdua menikmati
penisnya. Dimas sangat menikmati vagina Indah, hal ini nampak dari
cara dia menjilat dan menyedot liang itu, terkadang suara hisapannya
terdengar jelas sehingga membuat Indah mengerang pendek. Beberapa
menit kemudian Indah mengerang lebih panjang dan suara seruput
Dimas terdengar lebih jelas, ternyata Indah sudah mencapai orgasme
pertama. Dimas mengganti posisi, Indah disuruh telungkup di ranjang
dan pantatnya diangkat menungging, Dimas sendiri mengambil posisi
di belakangnya dan mengarahkan senjatanya ke vagina Indah. Indah
merintih sambil meremas sprei menikmati penis Dimas melesak masuk
membelah bibir bawahnya. Ketika penis itu masuk sebagian, Dimas
menghentakkan pinggulnya dengan bertenaga sehingga penisnya
amblas seluruhnya dalam vagina Indah. Tubuhnya tersentak pelan
dengan mata membelakak diikuti dengan erangan nikmatnya.
Dimas memompa Indah dengan gerakan-gerakan yang mantap dan
erotis sehingga Indah tidak sanggup berkata apa-apa selain mengap-
mengap keenakan. Kedua tangannya menjelajahi payudara Indah yang
berukuran sedang tapi padat, kedua putingnya dipencet-pencet atau
dipelintir. Aku sendiri yang tidak tahan hanya menonton mengambil
posisi berselonjor di depan Indah, kedua pahaku kubuka lebar dan
kudekatkan ke wajah Indah.
"Dah...jilatin punya gua yah...ga tahan nih !"
Indah mulai menjilati paha dan vaginaku, lidahnya menari-nari
menggelikitik klitorisku yang sudah menegang sementara tangannya
meraih payudaraku dan mencubit-cubit putingku. Lidah Indah memberi
rangsangan tak terkira pada kemaluanku sehingga aku tidak tahan
untuk tak mendesah. Desahan kami bertiga pun terdengar memenuhi
kamar ini. Kami berganti posisi menjadi woman on top, Indah
bergoyang di atas penis Dimas dan aku naik ke wajah Dimas
berhadapan dengan Indah, kini vaginaku dilayani oleh Dimas dengan
lidahnya.
Sambil terus bergoyang aku berciuman dengan Indah, aku kembali
menikmati lidah sesama jenisku, kami bercipokan sambil mengeluarkan
desahan-desahan tertahan. Ciuman Indah terus turun ke leherku
hingga berhenti di payudara kananku, sebuah gigitan kecil disertai
hisapan pada daerah itu membuatku menggeliat, disusul tangan Dimas
menjulur dari bawah mencaplok yang kiri. Ooohh...sepertinya bagian
sensitifku diserang semua, lidah Dimas yang dikeraskan itu melesak
masuk lebih dalam dan bergoyang menggelikitik dinding kemaluanku,
tangannya yang satu meremas dan sesekali menepuk pantatku yang
sekal. Aku semakin erat mendekap Indah sambil satu tanganku
meremas payudaranya. Tak lama kemudian aku merasa sesuatu yang
mendesak keluar dari bawah sana, ahh...aku tak sanggup lagi menahan
cairan cinta yang mulai membasahi vaginaku. Hal yang sama juga
dialami Indah tak lama kemudian, dia melepas emutannya pada
putingku, nafasnya makin memburu dan dia menaik-turunkan tubuhnya
dengan lebih cepat.
Tubuh kami berdua mengejang hebat dan erangan klimaks keluar dari
mulut kami. Dimas menusuk-nusukkan jarinya ke vaginaku membuat
cairan itu makin membanjir dan tubuhku makin tak terkendali, aku
mendesah panjang tanpa mempedulikan rasa sakit dari kuku Indah
yang mencakar lenganku. Cairanku diseruput Dimas dengan rakusnya,
vagina Indah juga mengeluarkan banyak cairan sehingga menimbulkan
bunyi kecipak air. Goyangan kami mulai mereda, kami berpelukan
menikmati sisa-sisa orgasme barusan, kami menghimpun nafas kami
yang kacau balau, keringat seperti embun membasahi dahi dan tubuh
kami. Akhirnya kujatuhkan diriku ke samping dan Indah jatuh di
dekapan Dimas. Dimas menoleh ke samping bertatapan muka denganku
lalu mengembangkan senyum, nampak mulutnya masih basah oleh
cairan cintaku. Hebat juga dia, bisa membuat dua wanita klimaks
dalam waktu hampir bersamaan, begitu pujiku dalam hati.
"Gimana girls, ready for next round ? gua belum keluar nih" katanya
sambil mengelus rambut panjang Indah.
"Hhhh...lu duaan aja dulu deh, gua kumpul tenaga dulu. Heh sialan lu
Ndah, pakai cakar-cakaran segala sakit tau, nih !" omelku
memperlihatkan bekas cakaran di lengan kiriku yang sedikit berdarah
sambil mencubit lengannya.
"Hihihi...sory dong Ci, tadi kan kita lagi lupa daratan lagi, yang
penting kan enjoy juga" jawabnya santai sambil tersenyum kecil.
Sebentar kemudian Dimas sudah membalikkan tubuh Indah menjadi
telentang dibawahnya, lalu kembali penisnya dimasukkan ke vagina
Indah diiringi desahannya. Ranjang ini sudah mulai bergetar lagi oleh
goyangan tubuh mereka. Sambil menggenjot Dimas meraih payudaraku
dan memencetnya lembut sebagai sinyal mengajakku segera
bergabung.
"Ntar yah, gua mo minum dulu nih, haus" kataku sambil bangkit berdiri
dan mengambil sebuah gelas, aku membuka kran dispenser yang
terletak di dekat jendela untuk mengisi air.
Ketika sedang meneguk air tiba-tiba aku mendengar suara kresek-
kresek di pintu. Kutajamkan pendengaranku dan melihat ada seperti
bayangan di celah bawah pintu, pasti seseorang mengintip kami
pikirku. Aku tadinya bermaksud memberitahu mereka, tapi sebaiknya
kuselidiki sendiri karena mereka sedang sibuk berpacu dengan nafsu
sampai tidak begitu menghiraukanku. Kusingkap sedikit tirai jendela
untuk melihat siapa di luar sana, ada seseorang pria sedang
menempelkan telinganya pada pintu, dia juga berusaha mencari-cari
lubang untuk mengintip, tapi wajahnya tidak jelas. Dalam pikiranku
terbesit sebaiknya kuajak saja dia untuk meramaikan, mumpung aku
daritadi belum dimasuki penis karena Dimas sedang asyik menggumuli
Indah. Maka sebelumnya aku melihat dulu sekeliling apa ada orang lain
lagi selain dia, letak kamar ini cukup strategis agak ujung dan jauh
dari keramaian, setelah yakin tidak ada siapapun lagi selain pengintip
ini kuberanikan diri membuka pintu mengejutkannya. Pelan-pelan
gagang pintu kuputar dan...hiya...orang itu terdorong masuk karena
sedang menyandarkan tubuhnya pada pintu, dengan cekatan pintu
kembali kututup. Orang itu benar-benar terkejut, bingung, dan
terangsang melihat sekelilingnya bugil dan ada yang bersenggama
pula.
Dimas dan Indah yang sedang berasyik-masyuk kontan ikut terkejut,
Indah menyambar guling untuk menutupi tubuhnya dan menjerit kecil.
Belakangan aku tahu dia adalah kacung di kost ini, namanya Dadan,
usianya masih 17 tahun, anaknya tinggi kurus dan berkulit sawo
matang. Tadinya dia cuma mau mengambil barang di gudang yang
kebetulan harus lewat kamar ini, ketika itu lah dia mendengar suara-
suara aneh dan terpancing untuk mendengar dan mengintipnya. Dia
langsung tertunduk-tunduk minta maaf berkali-kali karena dimarahi
Dimas yang merasa gusar diintip olehnya. Namun ketika Dimas
merenggut kerah baju pemuda itu dan hendak memukulnya buru-buru
aku mencegah dan menenangkan si Dimas yang bertemperamen tinggi.
"Ehhh...udah-udah, dia kan ga sengaja tadi, kita juga yang salah
terlalu keras suaranya...udah lu sana aja terusin pestanya sama Indah,
biar dia gua yang urus, lagian di sini kurang cowoknya" bujukku
mengedipkan sebelah mata pada Dimas.
Kuelus-elus dada Dimas dan berusaha menenangkannya, setelah
kubujuk-bujuk akhirnya dia mundur juga.
"Tenang Mas, lu orang terusin aja, biar gua urus yang ini"
Akupun tersenyum padanya mencoba mengajak bicara sambil
memegangi kedua lengannya, kurasakan tubuhnya masih agak gemetar
dan tertunduk, entah karena tegang, kaget, atau malu.
"Nama lu Dadan ya ?" tanyaku dengan lembut dan dijawab dengan
anggukan kepalanya.
"Lu tadi udah ngeliat apa aja Dan ?" tanyaku lebih lanjut
"Belum liat apa-apa kok Non, sumpah...saya cuma denger suara-suara
terus saya cari tau" jawabnya terbata-bata
"Terus kamu tau apa yang kita kerjain barusan itu ?" dijawab lagi
dengan anggukan kepala
"Kamu pernah ngerasain ngentot sebelumnya ?"
"Nggak pernah Non, paling cuma liat di VCD sambil coli"
"Ya udah Dan, berhubung kamu udah disini gimana kalau mbak ajarin
kamu soal gituan" aku tersenyum lagi dan mengangkat wajahnya yang
tertunduk, walaupun gugup tapi matanya terus ke arah tubuhku yang
polos, sebentar-sebentar juga melihat ke arah Indah.
"Sini Mbak bukain bajunya, biar enakan, ayo...jangan malu-malu disini
semua bugil kok !" kulucuti pakaiannya tanpa menunggu responnya,
dia masih malu-malu menutupi penisnya dengan tangan.
Kutepis tangannya dan kugenggam penis yang masih setengah tegang
itu, aku berlutut di depannya dan mulai menjilati benda itu,
kemasukkan bagian kepalanya ke mulutku dan kuemut pelan. Aku
melirik ke atas melihat reaksi wajahnya dengan mata merem-melek dan
menelan ludah memperhatikan aku mengoralnya. Makin kukocok benda
itu terasa makin keras dan besar, memang ga jumbo size sih, namanya
juga ABG, tapi kerasnya lumayan.
"Hmmmhhh...Mbak...geli mbak !" erangnya gemetaran.
"Udah jangan cerewet, dikasih enak gratisan malah bawel, nanti juga
ketagihan kok" jawabku.
Tiba-tiba terdengarlah suara musik heavy metal mengalun di kamar
ini, sambil terus menyepong kulirikkan bola mataku ke arah suara.
Ternyata si Dimas menyalakan MP3 di komputernya dan menyetel
volume suaranya untuk meredam suara kami. Kemudian mereka yang
tadinya melongo memperhatikanku mengerjai anak muda sudah mulai
lagi dengan kesibukan mereka. Kini Dimas menaikkan kedua tungkai
Indah ke bahunya dan kembali melesakkan penisnya ke vaginanya.
Setelah beberapa kumainkan dalam mulutku, penis itu mulai berkedut-
kedut, pemiliknya juga mendesah makin tak karuan. Akupun semakin
dalam menelan benda itu hingga menyentuh daging lunak di
tenggorokanku.
"Mbak...ohhh...enakk banget mbak...aahhh !" desahnya panjang
bersamaan dengan spermanya yang ngecret di dalam mulutku
Pipiku sampai kempot mengisap dan menelan cairan itu dengan
nikmat, tak setetes pun tertinggal. Kemudian akupun bangkit berdiri
sambil tetap menggenggam penisnya yang masih ngaceng tapi agak
berkurang tegangnya.
"Gimana Dan, pernah diginiin ga sama cewek sebelumnya, rasanya
gimana ?" tanyaku dengan senyum nakal.
"Baru pertama kali mbak...he-eh emang enak banget" katanya masih
dengan nafas terengah-engah.
"Ini baru pemanasan Dan, masih banyak yang lebih enak kok, yuk sini
deh !" kataku seraya menaikkan pantat ke meja belajar dan
mekangkangkan kedua belah paha mulusku.
Kubimbing penisnya ke arah vaginaku yang terkuak lebar, setelah tepat
sasaran kusuruh dia menggerakkan pinggulnya ke depan.
Blesss....terbenamlah penis itu ke dalamku diiringi desahan nikmat
kami. Tanpa kuajari lagi dia mulai menggerak-gerakkan pinggulnya
maju-mundur, sodokannya walaupun terasa makin mantap tapi
rasanya masih ada yang kurang yaitu dia tidak memberi rangsangan
pada bagian sensitifku lainnya, maklumlah namanya juga perjaka,
masih amatiran. Aku harus terus berinisiatif mengajarinya, maka
kutarik kepalanya mendekati payudaraku yang membusung, kusuruh
dia mengeyotnya sepuas hati. Barulah dia mulai berani menjilati dan
mengulum payudaraku, bahkan tangan satunya kini aktif
menggerayangi payudaraku yang lain.
Entah karena terlalu nafsu atau kelepasan dia gigit putingku yang
kanan dengan cukup keras, sampai aku menjerit.
"Aakkhh...Dan sakit, jangan keras-keras dong !"
Di seberang sana Indah sudah dibuat orgasme entah yang keberapa
kalinya. Tak sampai lima menit berikutnya Dimas pun mendesah
panjang mencapai klimaksnya, dia mencabut penisnya dari vagina
Indah dan menumpahkan isinya diatas perut rata Indah. Merekapun
roboh bersebelahan, Indah mengusap-ngusapkan sperma itu ke
tubuhnya dan menjilati sisi-sisanya di jari. Dadan masih terus
menyodokku dari depan, gairahku makin memuncak saja, vaginaku
terasa makin panas akibat gesekan dengan penisnya, suara erangan
kami terlarut bersama dengan dentuman musik rock dari komputer.
Bosan dengan posisi ini, dia memintaku ganti gaya. Sekarang kami
melakukannya dengan gaya berdiri, aku berpegangan pada tepi meja
sambil disodok dari belakang, dengan posisi demikian tangannya lebih
bebas menggerayangi payudaraku yang bergantung, putingku dipencet
dan dipilin-pilin terkadang agak kasar sampai benda itu mencuat
tegang.
"Dan...tambah cepet dong...mbak udah mau nih...!!" aku mengerang lirih
saat kurasakan klimaks sudah diambang.
"Ooohhh...ahhh...saya juga....kok rasanya tambah...enak mbak" sahutnya
dengan menambah goyangannya
"Keluarin di...dalam....jangan cabut kontol lu...ahh" kataku dengan suara
bergetar
Kamipun mencapai orgasme bersama, tubuhku menggelinjang hebat,
aku berteriak seolah mengiringi lagu di komputer, kepalaku terangkat
dan mataku merem-melek. Si Dadan juga mendesah nikmat merasakan
orgasme pertamanya bersama seorang wanita. Spermanya menyembur
banyak sekali di dalam rahimku, cairan hangat dan kental itu juga
membasahi daerah selangkanganku serta sebagian meleleh turun ke
pahaku. Tubuhku lemas bersimbah peluh dan jatuh terduduk di kursi
terdekat. Kubentangkan pahaku lebar-lebar agar bagian itu mendapat
angin segar, soalnya rasanya panas banget setelah begitu lama
bergesekan. Liang kenikmatanku nampak menganga dan sisa-sisa
cairan persengamaan masih menetes sehingga membasahi kursi di
bawahnya.
"Saya mau lagi dong Mbak, abis memek Mbak legit banget sih, lagi
yah Mbak !" pintanya sambil menggenggam penisnya yang masih
tegang itu di dekat wajahku.
"Iyah, tapi nanti yah, Mbak istirahat sebentar" jawabku sambil
mengelap keringat di wajahku dengan tisu.
Kulihat Dimas bangkit dan mendekatiku, senjatanya sudah dalam
posisi siap tempur lagi setelah cukup istirahat. Dia belai rambutku dan
meraih tanganku untuk digenggamkan pada penisnya.
"Yuk, Cit...sambil kumpulin tenaga, kasih senjata gua amunisi dulu
dong !" pintanya
Akupun memijati benda itu diselingi jilatan. Melihat si Dadan yang
bengong aku pun menarik tangannya menyuruh berdiri di sisi kananku.
Maka dihadapanku sekarang mengacunglah dua batang senjata yang
saling berhadapan dan masing-masing kugenggam dengan kedua
tanganku. Kugerakkan tangaku mengocok keduanya, mulutku juga
turut melayani silih berganti.
Merasa cukup dengan pemanasan, Dimas menyuruhku berhenti, dan
menyuruhku bangun dulu, lalu dia duduki kursi itu baru menyuruhku
duduk lagi di pangkuannya (sepertinya mau gaya berpangkuan deh).
Dengan agak kasar dia menyuruh Dadan menyingkir
"Heh, sana lo....kali ini giliran gua tau, jangan ganggu lagi !"
"Eee...udah jangan galak ah, gitu-gitu juga dia kan yang bantu-bantu
lu orang di sini" sahutku mengelus lengan Dimas.
"Dan lu minta mbak yang itu aja buat ngajarin lu" lanjutku "Dah mau
yang ajarin dia bentar kan, masih pemula nih"
Sekarang Dadan tidak segrogi saat pertama main denganku barusan,
dia menindih tubuh Indah yang masih terbaring. Indah mengajarinya
teknik berciuman, nampaknya Dadan cepat dalam mempelajari teknik-
teknik bercinta yang kami ajarkan, sebentar saja dia sudah nampak
beradu lidah dengan panasnya bersama Indah, tangannya juga kini
lebih aktif menjelajahi lekuk-lekuk tubuh Indah memberi rangsangan.
Indah yang gairahnya sudah bangkit lagi merespon dengan tak kalah
hebat. Dia berguling ke samping sehingga dia kini di atas Dadan,
lidahnya tetap bermain-main dengan lidah lawannya sementara tangan
lembutnya meraih penis pemuda tanggung itu serta mengocoknya,
Dadan mendesah-desah tak karuan menghadapi keliaran Indah. Indah
membimbing penis itu memasuki vaginanya, dengan posisi berlutut dia
turunkan tubuhnya hingga penis itu melesak masuk ke dalamnya.
Kemudian mulailah dia menaik-turunkan tubuhnya dengan gencar
membuat pemuda tanggung itu kelabakan. Kedua tangan Dadan
mencengkram kedua payudara Indah dan meremasinya dengan
bernafsu.
Di tempat lain aku sedang asyik menggoyangkan tubuhku di pangkuan
Dimas. Vaginaku dihujam penisnya yang sekeras batu itu. Otot-otot
kemaluanku serasa berkontraksi makin cepat memijati miliknya.
Tangannya yang mendekapku dari belakang terus saja menggerayangi
payudaraku dengan variasi remasan lembut dan kasar. Kutengokkan
wajahku agar bisa berciuman dengannya, lidah kami saling membelit
dan beradu dengan panasnya. Beberapa menit kemudian mulutnya
merambat ke telingaku, dengusan nafasnya dan jilatannya membuatku
merinding dan makin terbakar birahi. Mulutnya terus mengembara ke
tenguk, leher, dan pundakku meninggalkan bekas liur maupun bercak
merah. Tanpa terasa goyangan tubuh kami semakin dahsyat sampai
kursinya ikut bergoyang, kalau saja bahannya jelek mungkin sudah
patah tuh kursi. Posisi ini berlangsung 20 menit lamanya karena kami
begitu terhanyut menikmatinya. Selama itu terdengar dua SMS yang
masuk ke ponselku namun tak kuhiraukan agar tak merusak suasana.
Akhirnya akupun tak bisa menahan orgasmeku, tubuhku kembali
menggelinjang dahsyat, pandanganku serasa berkunang-kunang.
Mengetahui aku akan segera keluar, dia makin bergairah, tubuhku
ditekan-tekan sehingga penisnya menusuk lebih dalam, tangannya
pun semakin kasar meremasi payudaraku.
"Aaaahhkkkk....!" jeritku bersamaan dengan lagu mp3 yang hampir
berakhir
Kugenggam erat lengan Dimas dan menggigit bibir merasakan
gelombang dahsyat itu melanda tubuhku. Aku merasakan cairan cinta
yang mengalir hangat pada selangkanganku. Akupun akhirnya
bersandar lemas dalam dekapannya, penisnya tetap menancap di
vaginaku, nafas kami tersenggal-senggal dan keringatpun bercucuran
dengan derasnya. Kemudian dia angkat tubuhku hingga penisnya
tercabut, tangan satunya menyelinap ke lipatan pahaku. Diangkatnya
tubuhku dengan kedua lengan, aku menjerit kecil saat dia tiba-tiba
menaikkanku ke lengannya karena kaget dan takut jatuh. Dibawanya
aku ke ranjang lalu diturunkan di sana, nafasku belum teratur sehingga
nampak sekali dadaku turun naik seperti gunung mau meletus. Tepat
disebelah kami Dadan sedang menindih tubuh telanjang Indah dengan
gerak naik-turun yang cepat. Indah hanya bisa menggelinjang dan
mendesah, rambut panjangnya sudah kusut tak karuan, matanya
menatap kosong pada kami.
"Lagi yah Ci, dikit lagi tanggung gua belum keluar nih" pinta Dimas
sambil merenggangkan kedua pahaku.
Aku hanya pasrah saja mengikuti apa maunya. Dengan lancar penisnya
yang sudah basah dan licin itu meluncur ke dalam vaginaku, aku
mendesis dan meremas sprei saat dia hentakkan pinggulnya hingga
seluruh penisnya masuk. Lagu dari komputer entah sudah berganti
berapa kali, kali ini yang mengalun adalah lagunya Aerosmith yang
dipakai soundtrack film 'Armageddon'nya Bruce Willis. Lagu ini
mengiringi permainan kami dalam babak ini. Perkasa juga si Dimas ini,
dia masih sanggup menggenjotku dengan frekuensi tinggi sampai
tubuhku terguncang hebat, padahal sebelumnya dia sudah membuatku
dan Indah orgasme, kekuatannya jauh lebih meningkat dibanding
ketika pertama kali one night stand denganku setahun lalu. Aku
menggenggam tangan Indah dan bertatapan wajah dengannya
"Udah berapa kali Ndah ?" tanyaku bergetar
"Nggak tau...udah aahh...keenakan...ga hitung...lagi" jawabnya dengan
mata merem melek.
Aku makin tak terkontrol, kepalaku kugelengkan ke kiri-kanan,
sesekali aku menggigit jari saking nikmatnya kocokan Dimas. Dia
mempermainkan birahiku dengan sengaja tidak menyentuh payudaraku
membiarkannya bergoyang-goyang seirama badanku, sehingga aku
sendiri yang berinisiatif meraih tangannya dan meletakkannya di
payudaraku, barulah dia mulai memencet-mencet putingku membuatku
semakin terbakar. Akhirnya akupun sudah tidak kuat lagi, perasaan itu
kuekspresikan dengan sebuah erangan panjang dan menarik sprei di
bawahku hingga berantakan.
"Udah dulu dong, Mas...gua gimana bisa kuliah ntar !" pintaku dengan
terengah-engah
Tubuhku basah seperti mandi saja, habis AC kamarnya lagi rusak sih,
sementara ini cuma ada kipas angin berukuran sedang, sedangkan
iklim di Jakarta tau sendiri kan seperti apa gerahnya. Paham dengan
kondisiku, dia biarkan aku beristirahat, dikecupnya bibirku dengan
lembut disertai sedikit kata-kata manis dan pujian, setelah itu dia
beralih ke Indah untuk menuntaskan hajatnya yang tinggal sedikit lagi.
Kuseka dahiku yang bercucuran keringat lalu kulirikkan arlojiku, 20
menit lagi jam tiga, harus segera siap-siap kembali ke kampus.
Indah yang sedang dalam posisi dogie digarap dari dua arah oleh
mereka. Dadan yang menyodoknya dari belakang akhirnya klimaks, dia
mengeluarkan penisnya dan menyiramkan isinya di punggung dan
pantat Indah. Si Dimas yang sedang menyetubuhi mulut Indah juga tak
lama kemudian menyusul, dia mengerang sambil menahan kepala Indah
pada penisnya. Indah sendiri hanya bisa mengerang tertahan dan
matanya merem melek menerima semprotan sperma Dimas, nampak
cairan putih itu meleleh sedikit di pinggir bibir mungilnya. Dimas
ambruk di sisiku dengan memeluk Indah yang menyandarkan kepalanya
ke dada bidangnya, si Dadan terduduk lemas di bawah ranjang (karena
ranjang sudah penuh sesak). Setelah tubuhku cukup stabil, pelan-
pelan aku bangkit menuju kamar mandi dengan langkah gontai. Disana
aku mencuci muka, dan membersihkan ceceran sperma di tubuhku
dengan air. Indah masuk ketika aku sedang duduk di toilet buang air
kecil.
"Huh...ngagetin aja lu Dah, rambut acak-acakan kaya kuntilanak gitu
lagi !" ujarku
"Kuntilanak bajunya putih oi, ga bugil gini" jawabnya asal, lalu
menyalakan kran wastafel.
Setelah selesai berbenah diri, kami mengenakan kembali pakaian kami
untuk kembali kuliah. Saat itu jam sudah menunjukkan hampir pukul
tiga, maka itu kami agak terburu-buru sampai aku melupakan ponselku
sehingga pulang kuliah aku harus balik lagi ke sini untuk
mengambilnya. Kami berlari-lari kecil ke kampus, mana ruang kuliahku
di lantai tiga lagi, aku sampai ke kelas terlambat lima menit, untung
belum melebihi toleransi keterlambatan. Di kelas pun aku tidak bisa
fokus karena selain masih lelah, dosennya, Pak Iwan ngomongnya
juga slow motion, bikin ngantuk saja sehingga beberapa kali aku
menguap. Temanku di sebelah bahkan bertanya
"Baru bangun tidur lu Ci ? kok kusut gitu" karena make up ku memang
agak luntur waktu cuci muka tadi
"Iyah nih masih ngantuk tadi di kost temen belum cukup tidurnya"
jawabku tersenyum dipaksa
Lelah sekali hari itu sehingga begitu sampai di rumah aku langsung
tiduran dan bangun jam tujuh malam, baru mandi untuk bersiap-siap
menunggu jemputan Verna dan lainnya untuk nge-dugem malam itu.

Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda

0 komentar:

Posting Komentar

Silahkan komentar tapi dilarang yang berbau sara dan provokativ.