Rabu, 18 Maret 2015

Andani citra 12: Kenangan Bersama Sopirku

Kisah ini terjadi ketika aku masih SMU, ketika umurku masih 18 tahun,
waktu itu rambutku masih sepanjang sedada dan hitam (sekarang
sebahu lebih dan sedikit merah). Di SMU aku termasuk sebagai anak
yang menjadi incaran para cowok. Tubuhku cukup proporsional untuk
seusiaku dengan buah dada yang sedang tapi kencang serta pinggul
yang membentuk, pinggang dan perutku pun ukurannya pas karena
rajin olahraga, ditambah lagi kulitku yang putih mulus ini. Aku pertama
mengenal seks dari pacarku yang tak lama kemudian putus,
pengalaman pertama itu membuatku haus seks dan selalu ingin
mencoba pengalaman yang lebih heboh. Beberapa kali aku berpacaran
singkat yang selalu berujung di ranjang. Aku sangat jenuh dengan
kehidupan seksku, aku menginginkan seseorang yang bisa membuatku
menjerit-jerit dan tak berkutik kehabisan tenaga.
Ketika itu aku belum diijinkan untuk membawa mobil sendiri, jadi
untuk keperluan itu orang tuaku mempekerjakaan Bang Tohir sebagai
sopir pribadi keluarga kami merangkap pembantu. Dia berusia sekitar
30-an dan mempunyai badan yang tinggi besar serta berisi, kulitnya
kehitam-hitaman karena sering bekerja di bawah terik matahari (dia
dulu bekerja sebagai sopir truk di pelabuhan). Aku sering
memergokinya sedang mengamati bentuk tubuhku, memang sih aku
sering memakai baju yang minim di rumah karena panasnya iklim di
kotaku. Waktu mengantar jemputku juga dia sering mencuri-curi
pandang melihat ke pahaku dengan rok seragam abu-abu yang mini.
Begitu juga aku, aku sering membayangkan bagaimana bila aku
disenggamai olehnya, seperti apa rasanya bila batangnya yang pasti
kekar seperti tubuhnya itu mengaduk-aduk kewanitaanku. Tapi waktu
itu aku belum seberani sekarang, aku masih ragu-ragu memikirkan
perbedaan status diantara kita.
Obsesiku yang menggebu-gebu untuk merasakan ML dengannya
akhirnya benar-benar terwujud dengan rencana yang kusiapkan
dengan matang. Hari itu aku baru bubaran pukul 3 karena ada ekstra
kurikuler, aku menuju ke tempat parkir dimana Bang Tohir sudah
menunggu. Aku berpura-pura tidak enak badan dan menyuruhnya
cepat-cepat pulang. Di mobil, sandaran kursi kuturunkan agar bisa
berbaring, tubuhku kubaringkan sambil memejamkan mata. Begitu juga
kusuruh dia agar tidak menyalakan AC dengan alasan badanku tambah
tidak enak, sebagai gantinya aku membuka dua kancing atasku
sehingga bra kuningku sedikit tersembul dan itu cukup menarik
perhatiannya.
"Non ga apa-apa kan? Sabar ya bentar lagi sampai kok" hiburnya
Waktu itu dirumah sedang tidak ada siapa-siapa, kedua orang tuaku
seperti biasa pulang malam, jadi hanya ada kami berdua. Setelah
memasukkan mobil dan mengunci pagar aku memintanya untuk
memapahku ke kamarku di lantai dua. Di kamar, dibaringkannya
tubuhku di ranjang. Waktu dia mau keluar aku mencegahnya dan
menyuruhnya memijat kepalaku. Dia tampak tegang dan berkali-kali
menelan ludah melihat posisi tidurku itu dan dadaku yang putih agak
menyembul karena kancing atasnya sudah terbuka, apalagi waktu
kutekuk kaki kananku sehingga kontan paha mulus dan CD-ku
tersingkap. Walaupun memijat kepalaku, namun matanya terus terarah
pada pahaku yang tersingkap. Karena terus-terusan disuguhi
pemandangan seperti itu ditambah lagi dengan geliat tubuhku,
akhirnya dia tidak tahan lagi memegang pahaku. Tangannya yang kasar
itu mengelusi pahaku dan merayap makin dalam hingga menggosok
kemaluanku dari luar celana dalamku.
"Ssshhh...Bang" desahku dengan agak gemetar ketika jarinya menekan
bagian tengah kemaluanku yang masih terbungkus celana dalam.
"Tenang non...saya sudah daridulu kesengsem sama non, apalagi kalau
ngeliat non pake baju olahraga, duh tambah gak kuat abang ngeliatnya
juga" katanya merayu sambil terus mengelusi bagian pangkal pahaku
dengan jarinya.
Tohir mulai menjilati pahaku yang putih mulus, kepalanya masuk ke
dalam rok abu-abuku, jilatannya perlahan-lahan mulai menjalar
menuju ke tengah. Aku hanya dapat mencengkram sprei dan kepala
Tohir yang terselubung rokku saat kurasakan lidahnya yang tebal dan
kasar itu menyusup ke pinggir celana dalamku lalu menyentuh bibir
vaginaku. Bukan hanya bibir vaginaku yang dijilatinya, tapi lidahnya
juga masuk ke liang vaginaku, rasanya wuiihh...gak karuan, geli-geli
enak seperti mau pipis. Tangannya yang terus mengelus paha dan
pantatku mempercepat naiknya libidoku, apalagi sejak sejak beberapa
hari terakhir ini aku belum melakukannya lagi.
Sesaat kemudian, Tohir menarik kepalanya keluar dari rokku,
bersamaan dengan itu pula celana dalamku ikut ditarik lepas olehnya.
Matanya seperti mau copot melihat kewanitaanku yang sudah tidak
tertutup apa-apa lagi dari balik rokku yang tersingkap. Dia dekap
tubuhku dari belakang dalam posisi berbaring menyamping. Dengan
lembut dia membelai permukaannya yang ditumbuhi bulu-bulu halus
itu. Sementara tangan yang satunya mulai naik ke payudaraku, darahku
makin bergolak ketika telapak tangannya yang kasar itu menyusup ke
balik bra-ku kemudian meremas daging kenyal di baliknya.
"Non, teteknya bagus amat....sama bagusnya kaya memeknya, non
marah ga saya giniin ?" tanyanya dekat telingaku sehingga deru
nafasnya serasa menggelitik.
Aku hanya menggelengkan kepalaku dan meresapi dalam-dalam
elusan-elusan pada daerah sensitifku. Tohir yang merasa mendapat
restu dariku menjadi semakin buas, jari-jarinya kini bukan hanya
mengelus kemaluanku tapi juga mulai mengorek-ngoreknya, cup bra-
ku yang sebelah kanan diturunkannya sehingga dia dapat melihat jelas
payudaraku dengan putingnya yang mungil.
Aku merasakan benda keras di balik celananya yang digesek-gesek
pada pantatku. Tohir kelihatan sangat bernafsu melihat payudaraku
yang montok itu, tangannya meremas-remas dan terkadang memilin-
milin putingnya. Remasannya semakin kasar dan mulai meraih yang
kiri setelah dia pelorotkan cup-nya. Ketika dia menciumi leher
jenjangku terasa olehku nafasnya juga sudah memburu, bulu kudukku
merinding waktu lidahnya menyapu kulit leherku disertai cupangan.
Aku hanya bisa meresponnya dengan mendesah dan merintih, bahkan
menjerit pendek waktu remasannya pada dadaku mengencang atau
jarinya mengebor kemaluanku lebih dalam. Cupanganya bergerak naik
menuju mulutku meninggalkan jejak berupa air liur dan bekas gigitan
di permukaan kulit yang dilalui. Bibirnya akhirnya bertemu dengan
bibirku menyumbat eranganku, dia menciumiku dengan gemas.
Pada awalnya aku menghindari dicium olehnya karena Tohir perokok
jadi bau nafasnya tidak sedap, namun dia bergerak lebih cepat dan
berhasil melumat bibirku. Lama-lama mulutku mulai terbuka
membiarkan lidahnya masuk, dia menyapu langit-langit mulutku dan
menggelikitik lidahku dengan lidahnya sehingga lidahku pun turut
beradu dengannya. Kami larut dalam birahi sehingga bau mulutnya itu
seolah-olah hilang, malahan kini aku lebih berani memainkan lidahku
di dalam mulutnya. Setelah puas berrciuman, Tohir melepaskan
dekapannya dan melepas ikat pinggang usangnya, lalu membuka
celana berikut kolornya. Maka menyembullah kemaluannya yang sudah
menegang daritadi. Aku melihat takjub pada benda itu yang begitu
besar dan berurat, warnanya hitam pula. Jauh lebih menggairahkan
dibanding milik teman-teman SMU-ku yang pernah ML denganku.
Dengan tetap memakai kaos berkerahnya, dia berlutut di samping
kepalaku dan memintaku mengelusi senjatanya itu. Akupun pelan-
pelan meraih benda itu, ya ampun tanganku yang mungil tak muat
menggenggamnya, sungguh fantastis ukurannya.
"Ayo non, emutin kontol saya ini dong, pasti yahud rasanya kalo
diemut sama non" katanya.
Kubimbing penis dalam genggamanku ke mulutku yang mungil dan
merah, uuhhh...susah sekali memasukkannya karena ukurannya. Sekilas
tercium bau keringat dari penisnya sehingga aku harus menahan nafas
juga terasa asin waktu lidahku menyentuh kepalanya, namun aku terus
memasukkan lebih dalam ke mulutku lalu mulai memaju-mundurkan
kepalaku. Selain menyepong tanganku turut aktif mengocok ataupun
memijati buah pelirnya.
"Uaahh...uueennakk banget, non udah pengalaman yah" ceracaunya
menikmati seponganku, sementara tangannya yang bercokol di
payudaraku sedang asyik memelintir dan memencet putingku.
Setelah lewat 15 menitan dia melepas penisnya dari mulutku,
sepertinya dia tidak mau cepat-cepat orgasme sebelum permainan
yang lebih dalam. Akupun merasa lebih lega karena mulutku sudah
pegal dan dapat kembali menghirup udara segar. Dia berpindah posisi
di antara kedua belah pahaku dengan penis terarah ke vaginaku. Bibir
vaginaku disibakkannya sehingga mengganga lebar siap dimasuki dan
tangan yang satunya membimbing penisnya menuju sasaran.
"Tahan yah non, mungkin bakal sakit sedikit, tapi kesananya pasti
ueenak tenan" katanya
Penisnya yang kekar itu menancap perlahan-lahan di dalam vaginaku.
Aku memejamkan mata, meringis, dan merintih menahan rasa perih
akibat gesekan benda itu pada milikku yang masih sempit, sampai
mataku berair. Penisnya susah sekali menerobos vaginaku yang baru
pertama kalinya dimasuki yang sebesar itu (milik teman-temanku tidak
seperkasa yang satu ini) walaupun sudah dilumasi oleh lendirku.
Tohir memaksanya perlahan-lahan untuk memasukinya. Baru
kepalanya saja yang masuk aku sudah kesakitan setengah mati dan
merintih seperti mau disembelih. Ternyata si Tohir lihai juga, dia
memasukkan penisnya sedikit demi sedikit kalau terhambat ditariknya
lalu dimasukkan lagi. Kini dia sudah berhasil memasukkan setengah
bagiannya dan mulai memompanya walaupun belum masuk semua.
Rintihanku mulai berubah jadi desahan nikmat. Penisnya menggesek
dinding-dinding vaginaku, semakin cepat dan semakin dalam, saking
keenakannya dia tak sadar penisnya ditekan hingga masuk semua. Ini
membuatku merasa sakit bukan main dan aku menyuruhnya berhenti
sebentar, namun Tohir yang sudah kalap ini tidak mendengarkanku,
malahan dia menggerakkan pinggulnya lebih cepat. Aku dibuatnya
serasa terbang ke awang-awang, rasa perih dan nikmat bercampur
baur dalam desahan dan gelinjang tubuh kami.
"Ooohh...Non Citra, sayang...sempit banget...memekmu...enaknya !"
ceracaunya di tengah aktivitasnya.
Dengan tetap menggenjot, dia melepaskan kaosnya dan melemparnya.
Sungguh tubuhnya seperti yang kubayangkan, begitu berisi dan jantan,
otot-ototnya membentuk dengan indah, juga otot perutnya yang
seperti kotak-kotak. Dari posisi berlutut, dia mencondongkan tubuhnya
ke depan dan menindihku, aku merasa hangat dan nyaman di
pelukannya, bau badannya yang khas laki-laki meningkatkan birahiku.
Kembali dia melancarkan pompaannya terhadapku, kali ini ditambah
lagi dengan cupangan pada leher dan pundakku sambil meremas
payudaraku. Genjotannya semakin kuat dan bertenaga, terkadang
diselingi dengan gerakan memutar yang membuat vaginaku terasa
diobok-obok.
"Ahh...aahh...yeahh, terus entot gua bang" desahku dengan mempererat
pelukanku.
Aku mencapai orgasme dalam 20 menit dengan posisi seperti ini, aku
melepaskan perasaan itu dengan melolong panjang, tubuhku
mengejang dengan dahsyat , kukuku sampai menggores punggungnya,
cairan kenikmatanku mengalir deras seperti mata air. Setelah
gelombang birahi mulai mereda dia mengelus rambut panjangku seraya
berkata
"Non cantik banget waktu keluar tadi, tapi non pasti lebih cantik lagi
kalau telanjang, saya bukain bajunya yah non, udah basah gini"
Aku cuma bisa mengangguk dengan nafas tersenggal-senggal tanda
setuju. Memang badanku sudah basah berkeringat sampai baju
seragamku seperti kehujanan, apalagi AC-nya tidak kunyalakan. Tohir
meloloskan pakaianku satu persatu, yang terakhir adalah rok abu-
abuku yang dia turunkan lewat kakiku, hingga kini yang tersisa hanya
sepasang anting di telingaku dan sebuah cincin yang melingkar di
jariku.
Dia menelan ludah menatapi tubuhku yang sudah polos, butir-butir
keringat nampak di tubuhku, rambutku yang terurai sudah kusut. Tak
henti-hentinya di memuji keindahan tubuhku yang bersih terawat ini
sambil menggerayanginya. Kemudian dia balikkan tubuhku dan
menyuruhku menunggingkan pantat. Akupun mengangkat pantatku
memamerkan vaginaku yang merah merekah di hadapan wajahnya.
Tohir mendekatkan wajahnya ke sana dan menciumi kedua bongkahan
pantatku, dengan gemas dia menjilat dan mengisap kulit pantatku,
sementara tangannya membelai-belai punggung dan pahaku. Mulutnya
terus merambat ke arah selangkangan. Aku mendesis merasakan
sensasi seperti kesetrum waktu lidahnya menyapu naik dari vagina
sampai anusku. Kedua jarinya kurasakan membuka kedua bibir
vaginaku, dengusan nafasnya mulai terasa di sana lantas dia julurkan
lidahnya dan memasukkannya disana. Aku mendesah makin tak karuan,
tubuhku menggelinjang, wajahku kubenamkan ke bantal dan
menggigitnya, pinggulku kugerak-gerakkan sebagai ekspresi rasa
nikmat.
Di tengah-tengah desahan nikmat mendadak kurasakan kok lidahnya
berubah jadi keras dan besar pula. Aku menoleh ke belakang, ternyata
yang tergesek-gesek di sana bukan lidahnya lagi tapi kepala penisnya.
Aku menahan nafas sambil menggigit bibir merasakan kejantanannya
menyeruak masuk. Aku merasakan rongga kemaluanku hangat dan
penuh oleh penisnya. Urat-urat batangnya sangat terasa pada dinding
kemaluanku.
"Oouuhh...Bang !" itulah yang keluar dari mulutku dengan sedikit
bergetar saat penisnya amblas ke dalamku.
Dia mulai mengayunkan pinggulnya mula-mula lembut dan berirama,
namun semakin lama frekuensinya semakin cepat dan keras. Aku mulai
menggila, suaraku terdengar keras sekali beradu dengan erangannya
dan deritan ranjang yang bergoyang. Dia mencengkamkan kedua
tangannya pada payudaraku, terasa sedikit kukunya di sana, tapi itu
hanya perasaan kecil saja dibanding sensasi yang sedang melandaku.
Hujaman-hujaman yang diberikannya menimbulkan perasaan nikmat ke
seluruh tubuhku.
Aku menjerit kecil ketika tiba-tiba dia tarik rambutku dan tangan
kanannya yang bercokol di payudaraku juga ikut menarikku ke
belakang. Rupanya dia ingin menaikkanku ke pangkuannya. Sesudah
mencari posisi yang enak, kamipun meneruskan permainan dengan
posisi berpangkuan membelakanginya. Aku mengangkat kedua
tanganku dan melingkari lehernya, lalu dia menolehkan kepalaku agar
bisa melumat bibirku. Aku semakin intens menaik-turunkan tubuhku
sambil terus berciuman dengan liar. Tangannya dari belakang tak
henti-hentinya meremasi dadaku, putingku yang sudah mengeras itu
terus saja dimain-mainkan. Gelinjang tubuhku makin tak terkendali
karena merasa akan segera keluar, kugerakkan badanku sekuat tenaga
sehingga penis itu menusuk semakin dalam.
Mengetahui aku sudah diambang klimaks, tiba-tiba dia melepaskan
pelukannya dan berbaring telentang. Disuruhnya aku membalikan
badanku berhadapan dengannya. Harus kuakui dia sungguh hebat dan
pandai mempermainkan nafsuku, aku sudah dibuatnya beberapa kali
orgasme, tapi dia sendiri masih perkasa. Dia biarkan aku mencari
kepuasanku sendiri dalam gaya woman on top. Kelihatannya dia
sangat senang menyaksikan payudaraku yang bergoyang-goyang
seirama tubuhku yang naik turun. Beberapa menit dalam posisi
demikian dia menggulingkan tubuhnya ke samping sehingga aku
kembali berada di bawah. Genjotan dan dengusannya semakin keras,
menandakan dia akan segera mencapai klimaks, hal yang sama juga
kurasakan pada diriku. Otot-otot kemaluanku berkontraksi semakin
cepat meremas-remas penisnya. Pada detik-detik mencapai puncak
tubuhku mengejang hebat diiringi teriakan panjang. Cairan cintaku
seperti juga keringatku mengalir dengan derasnya menimbulkan suara
kecipak.
Tohir sendiri sudah mulai orgasme, dia mendesah-desah menyebut
namaku, penisnya terasa semakun berdenyut dan ukurannya pun makin
membengkak, dan akhirnya....dengan geraman panjang dia cabut
penisnya dari vaginaku. Isi penisnya yang seperti susu kental manis
itu dia tumpahkan di atas dada dan perutku. Setelah menyelesaikan
hajatnya dia langsung terkulai lemas di sebelah tubuhku yang
berlumuran sperma dan keringat. Aku yang juga sudah KO hanya bisa
berbaring di atas ranjang yang seprei nya sudah berantakan, mataku
terpejam, buah dadaku naik turun seiring nafasku yang ngos-ngosan,
pahaku masih mekangkang, celah vaginaku serasa terbuka lebih lebar
dari biasanya. Dengan sisa-sisa tenaga, kucoba menyeka ceceran
sperma di dadaku, lalu kujilati maninya dijari-jariku.
Sejak dari itu, Tohir sering memintaku melayaninya kapanpun dan
dimanapun ada kesempatan. Waktu mengantar-jemputku tidak jarang
dia menyuruhku mengoralnya. Tampaknya dia sudah ketagihan dan
lupa bahwa aku ini nona majikannya, bayangkan saja terkadang saat
aku sedang tidak 'mood' pun dia memaksaku. Bahkan pernah suatu
ketika aku sedang mencicil belajar menjelang Ebtanas yang sudah 2
minggu lagi, tiba-tiba dia mendatangiku di kamarku (saat itu sudah
hampir jam 12 malam dan ortuku sudah tidur), karena lagi belajar aku
menolaknya, tapi saking nafsunya dia nekad memperkosaku sampai
dasterku sedikit robek, untung kamar ortuku letaknya agak berjauhan
dariku. Meskipun begitu aku selalu mengingatkannya agar menjaga
sikap di depan orang lain, terutama ortuku dan lebih berhati-hati kalau
aku sedang subur dengan memakai kondom atau buang di luar. 3
bulan kemudian Tohir berhenti kerja karena ingin mendampingi istrinya
yang TKW di Timur Tengah, lagipula waktu itu aku sudah lulus SMU
dan sudah direstui untuk membawa mobil sendiri.

Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda

0 komentar:

Posting Komentar

Silahkan komentar tapi dilarang yang berbau sara dan provokativ.