Rabu, 18 Maret 2015

Petualangan Rikku 6: Hostel

Malam merambat perlahan-lahan tapi pasti. Akupun sudah mulai lelah
berkonsentrasi mengendarai Harrierku seharian. Untunglah saat itu
kami sudah mendekati kota tujuan kami.
"say, itu ada penginapan. Lebih baik kita beristirahat disana saja yah?"
kata Sandra padaku sambil menunjuk penginapan yang
dimaksudkannya.
Aku segera mengiyakan sambil memutar mobil besarku yang terlihat
sangat mencolok di kota kecil ini. Kota yang terlihat sederhana, jalan
utama kota ini yang saat ini kami lalui terlihat lenggang, hanya
beberapa mobil sederhana terlihat berseliweran. Para penunggang
sepeda motor banyak yang menengok ke arah Harrierku yang jelas-
jelas bukan pemandangan biasa di kota itu. Jika mereka dapat melihat
ke dalam isi mobil pastilah mereka akan lebih bengong lagi karena
kami berempat memang terlalu mencolok untuk berada di sana. Ashley
sudah terbangun sejak beberapa jam lalu, kami sudah menjelaskan
padanya tujuan kami. Kisah Ashley ternyata cukup menyedihkan,
keluarganya terlibat kecelakaan beberapa bulan lalu, hanya Ashleylah
yang selamat dari kecelakaan itu. Semenjak dia keluar dari rumah
sakit, dia tinggal di sebuah asrama yatim piatu. Pagi ini dia sedang
berjalan-jalan di hutan itu ketika dia memergoki para perampok itu,
dia diperkosa dan kami menyelamatkannya dari para perampok
tersebut serta membawanya ikut dengan kami bertiga. Aku
menawarkan untuk menjadikan Ashley keluarga, aku juga menceritakan
keadaan keluargaku. Ayah ibuku yang bercerai dan tinggal jauh bahkan
di lain negara. Aoi yang datang dari Jepang dan tinggal bersamaku.
Ashley pertamanya malu-malu dan tidak ingin merepoti diriku. Tetapi
ketika aku dan Aoi mengatakan yang sesungguhnya bahwa kami
benar-benar tidak berkeberatan kalau dia tinggal bersama kami,
apalagi rumah yang kami tempati cukup besar akhirnya Ashley setuju.
Kami sudah mengabari rumah yatim piatu. Untungnya Ashley memang
tidak meninggalkan apa-apa di rumah yatim sehingga kami tidak harus
mengambil apa-apa. Aku memarkirkan Harrierku dan kami berempat
turun menuju konter resepsionis. Di belakang konter itu duduk seorang
remaja kira-kira berumur 24 tahun, kurus dengan wajah yang rusak
bekas jerawat membuatnya terlihat garang. Di sela-sela giginya
tertancap sebatang tusuk gigi yang dalam sekejap terjatuh dari
pegangan tangannya karena dia seketika itu juga melongo ketika
melihat kami berempat memasuki ruangan sederhana itu, ruang itu
bernuansa merah kusam dengan lantai ubin cokelat muda yang pecah-
pecah di beberapa tempat karena dimakan usia. Sang remaja terlihat
menelan ludah ketika melihat empat bidadari mendekatinya .
"selamat malam, kami ingin menyewa dua kamar untuk semalam dulu.
Ada kamar?" tanyaku
"a...ada, sebentar saya ambilkan kuncinya" jawabnya tergagap, masih
belum pulih sepenuhnya.
"Ada bagasi yang bisa saya bantu?" Tanyanya lagi, seakan tersadar
kalau dia juga merangkap bell boy penginapan tersebut.
"Ada, di bagasi mobil, tolong angkatin ya mas?" tanyaku sambil sedikit
tebar pesona.
Pemuda itu mengikuti kami sambil terus menelan ludah melihat empat
pasang paha mulus dan putih-putih yang berjalan melenggak-lenggok
didepannya. Apalagi kami memang mengenakan celana pendek dari
bahan jeans yang potongannya sejajar dengan belahan paha kami.
Sambil menurunkan bagasi kami pemuda itu memperkenalkan diri,
namanya Hans. Nama aslinya Sumarnopringgodanisasrosuwito
Hamdani tetapi karena terlalu panjang maka dia dipanggil Hans. Kami
berempat hanya ingat bagian terakhirnya saja, hanya Hamdani, sisanya
sudah terlupakan.
"sepertinya tidak banyak pengunjung hari ini?" tanyaku pada Hans
setelah memperhatikan kalau hanya ada beberapa sepeda motor dan 3
mobil termasuk mobilku di tempat parkir penginapan ini.
"Oh iya benar, sedang sepi akhir-akhir ini, apalagi dengan
perekonomian yang lesu. Pengunjung kami kebanyakan sales yang
numpang lewat dan kemalaman diperjalanan. Kalian sendiri tidak
seperti sedang dalam perjalanan bisnis?" tanyanya pada kami mungkin
mencoba memancing tujuan kami.
Aku menjelaskan bahwa kami sedang dalam road trip dan kebetulan
kami sedang kemalaman dan capai. Akhirnya kami mencapai kamar
kami yang bersebelahan. Setelah memberikan uang tip aku membuka
kamarku dan Sandra sedangkan Aoi dan Ashley masuk ke kamar yang
lainnya. Hans sudah pergi meninggalkan kami. Ruangan itu tidak
terlalu besar, tapi bersih, ranjang queen size ada terletak di tengah-
tengah ruangan sedangkan di ujung ruangan itu ada meja tulis kecil
dengan bangku dan di seberang meja tersebut adalah kamar mandi dan
WC yang juga bersih.
Rupanya kamar-kamar di penginapan ini tidak ada yang dilengkapi
oleh AC, hawa panas langsung memerangkap kami walaupun kami
sudah membuka jendela kamar. Untungnya jendela kamar itu ada
saringan nyamuknya walaupun jendela-jendela itu tidak dapat dibuka
lebar-lebar tetapi sudah lumayan. Aku menutup gorden kamar dan
langsung melepaskan sweaterku karena tubuhku sudah dihiasi oleh
butir-butir keringat yang membuat tubuhku berkilau-kilau ditimpa
cahaya lampu putih yang terang. Aku membuka-buka lemari-lemari
yang ada disana untuk mencari kipas angin tanpa hasil. Sandra yang
juga kepanasan ikut membuka bajunya beserta BHnya, karena aku
memang tidak mengenakan BH, kami berdua sama-sama bertelanjang
dada. Entah siapa yang memulainya kami berdua berciuman dengan
lembut, bibirku mengulas bibir Sandra sambil mencicipi manisnya bibir
merah milik seorang gadis rupawan teman sekolahku. Kami berdua
duduk berhadap-hadapan dipinggir ranjang sambil tangan kami
bergerak saling merangsang puting dan payudara lawan mainnya.
Tanganku meremas-remas payudara Sandra sambil sesekali memilin-
milin puting payudaranya yang perlahan-lahan mengeras membentuk
tonjolan yang nikmat. Ciuman Sandra tidak hanya berhenti di bibirku
saja, lelehan keringat di leherkupun disapunya sambil sesekali
mencupangi leherku yang membuatku menggelinjang karena
rangsangan yang kuterima. Tanganku masuk ke celana Sandra tetapi
karena ketatnya celana Sandra aku akhirnya melepaskan kancing dan
ritssluiting celana Sandra. Jari jemariku bebas menjelajah di wilayah
kewanitaan Sandra, kurasakan liang vaginanya sudah basah. Tanpa
kesulitan jariku masuk kedalam vagina Sandra dan aku mulai
mengucek-ucek vaginanya dengan jari-jariku.
"oohhhh ... Uuuhhmmmm .... Kau ... Uugghhh ...." Sandra mengerang-
erang keenakan.
Tangannya kini beralih dari payudaraku menuruni perutku yang basah
dan licin dan membuka kancing celana jeansku. Akupun
menggelinjang dan mengerang-erang ketika jari jemari Sandra
menemukan klitorisku. Jari-jari nakal itu terus merangsangku dan
membuat klitorisku makin membengkak. Kami saling mencium dan
bibir kami bertautan meredam suara erangan-erangan kami yang kian
mengeras. Ketika kami sedang asyik-asyiknya tiba-tiba pintu kamar
kami terbuka dan kami menghentikan aktifitas kami karena terkejut.
Hans yang menguping erangan-erangan kami rupanya terjatuh kedalam
karena pintu tidak tertutup rapat.
"o... oh maaf, eng..... Saya membawakan handuk untuk kalian" katanya
sambil tergagap.
Aku langsung berlari kecil dan segera menutup pintu setelah menarik
Hans ke dalam kamar. Toh sudah kepalang tanggung pikirku, lanjutkan
saja. Rupanya Hans bukanlah seorang pemuda yang berpengalaman,
buktinya dia hanya terdiam membisu walaupun kami melihat penisnya
sudah menonjol ingin dikeluarkan dari sangkarnya. Mungkin dia sudah
sangat terangsang melihat tubuh dua orang gadis yang putih mulus
berpayudara kencang dan besar mulus mengkilat basah bermandi
keringat dan saat ini sedang menggerayangi tubuh Hans yang kurus.
Kami segera mengambil kendali, aku melumat bibir Hans sambil
mengarahkan tangannya ke payudaraku sementara Sandra melucuti
celana yang masih dikenakan oleh Hans.
"awww ...." Sandra berteriak tertahan ketika wajahnya tertampar penis
Hans yang tebal berurat, seakan tidak terima karena ditampar, lidah
Sandra segera bergerak menjilati kepala penis Hans yang kini terlihat
mengkilat basah bagai topi baja tertimpa cahaya mentari.
Sandra mencoba memasukkan penis Hans dengan susah payah, Sandra
terdengar sedikit tersedak ketika kepala penis Hans mencapai ujung
tenggorokan Sandra. Dijilat- jilatnya batang penis itu sambil sesekali
biji pelirnya dipermainkan oleh jari-jari lembut milik Sandra.
Sementara aku melepas celanaku dan baju kaos Hans, terlihat
tubuhnya yang kurus dan ada beberapa bekas codet baik didadanya
maupun di punggungnya, mungkin bekas perkelahian tapi hal itu tidak
menggangguku. Satu tangannya tak henti meremas-remas payudaraku
sementara tangannya yang satunya mengusap-usap punggungku yang
sudah basah kuyup dibanjiri peluhku. Ciuman-ciuman Hans menuruni
leherku, tangannya mengangkat tanganku untuk kemudian menciumi
ketiakku yang bersih.
"wah harum yah? Biarpun keringatan begini masih wangi, lain dengan
gadis-gadis di desa" komentarnya sambil menurunkan ciumannya ke
payudaraku.
Enak saja aku disamakan dengan gadis desa, pikirku. Tetapi tak bisa
kusangkal kalau Hans cukup pandai merangsangku, selangkanganku
sudah membasah oleh cairan cintaku yang meleleh mengalir keluar dari
vaginaku yang kugosok-gosok dengan jari jemariku. Sandra sudah
tidak tahan lagi dan dia berdiri lalu menyeret Hans dan mendorongnya
hingga terjatuh di ranjang. Tanpa berkata-kata Sandra segera
memposisikan dirinya membelakangi tubuh Hans, membimbing
penisnya ke vaginanya yang sudah dibanjiri cairan cintanya sendiri.
Dengan gaya woman on top, Sandra mulai menurunkan tubuhnya
perlahan-lahan menelan penis Hans. Hans hanya bisa melenguh-
lenguh kecil dan bola matanya berputar-putar karena merasakan
penisnya yang dijepit oleh liang vagina Sandra yang hangat dan
sempit. Aku bisa membayangkan nikmat yang dirasakan oleh Hans
ketika penisnya diurut-urut oleh dinding-dinding vagina Sandra yang
rapat dan hangat. Sandra menaik turunkan tubuhnya yang seksi sambil
sesekali melenguh-lenguh keenakan, sesekali dia memaju mundurkan
pinggulnya mencari kenikmatannya sendiri sedangkan Hans benar-
benar menikmati gaya ini. Mungkin ini pertama kalinya dia berhadapan
dengan cewek-cewek seperti kami. Birahiku mulai naik dan aku
memposisikan vaginaku di atas muka Hans.
"Jilatin dong sayang?" pintaku pada Hans yang langsung di sambut
oleh lidahnya yang menyapu belahan vaginaku. Cairan cintaku yang
mengalir deras diseruputnya bagaikan menyeruput sirup yang manis.
"hmm... mmmhhh .... Ooohhh ... Aaahhhh ...." erangan-erangan kami
bersahut-sahutan memenuhi ruangan kamar, untungnya kamarku ini
terletak di pojok jadi yang mungkin mendengar suara-suara kami
hanya kamar sebelah yang ditempati oleh Aoi dan Ashley.
Aku memeluk Sandra dari belakang, sementara Sandra merebahkan
tubuhnya kebelakang dan kedua tangannya menopang tubuhnya
sambil pinggulnya bergerak naik turun mengocok penis Hans dengan
vaginanya. Aku mencium mesra bibir Sandra, kami saling berpagutan,
melumat dengan penuh gairah yang menggebu sementara tanganku
masih bermain-main di puting payudaranya yang sudah mengeras
karena terangsang.
Tubuh Sandra terlihat sangat menggairahkan dengan kucuran keringat
yang membuat tubuh putih indah itu mengkilat-kilat ditimpa cahaya
lampu ketika bergerak naik turun dan menggeliat-geliat keenakan.
Tubuhku sendiri tak kalah berantakan, keringat mengalir bagai sungai
menuruni tubuhku dan menetes-netes di tubuh Hans, akupun tak kalah
gencarnya dengan Sandra menggerak-gerakkan pinggulku maju
mundur untuk mendapatkan kenikmatan yang lebih dari kuluman mulut
Hans di vaginaku.
"I thought so, you are having fun without inviting us" kata Aoi yang
sudah berdiri di depan pintu sambil menggandeng Ashley.
Aku hanya tersenyum pada mereka, begitu pula dengan Sandra dan
kami melanjutkan kembali aktifitas kami.
"Go ahead girl, you can learn from those two" katanya pada Ashley
sambil mendorong tubuh Ashley yang terlihat malu-malu.
Ashley sendiri terlihat ikut terangsang menonton kami yang
menyetubuhi Hans yang malang, Hans terlihat seakan-akan diperkosa
oleh dua gadis kota yang cantik dan berkulit putih mulus mengkilat
bak pualam. Ashley menggigit bibir bawahnya sambil terlihat agak
resah. Pintu sudah kembali tertutup dan Aoi ternyata sudah melucuti
pula semua bajunya dan berdiri di belakang Ashley tanpa ditutupi
selembar benangpun. Melihat Ashley yang hanya diam saja, Aoi
mengambil inisiatif, pinggang Ashley dipeluk dari belakang dengan
satu tangan sementara tangan satunya menyibakkan rambut Ashley
sambil mencium lembut tengkuknya. Ciuman-ciuman Aoi terlihat mulai
membuahkan hasil, tubuh Ashley menggeliat-geliat lemah, nafsunya
yang sudah terpicu terlihat mulai membara. Ashley membuka sendiri t-
shirt yang dikenakannya dan memutar kepalanya sehingga bibirnya
saling bertautan dengan bibir Aoi. Mereka saling melumat dengan
penuh gairah, tangan Aoi meremas-remas lembut pangkal payudara
Ashley yang sudah lembab dihiasi butir-butir keringat yang lembut
karena ruangan ini memang pengap dan panas oleh ulah kami berlima.
Sementara itu ....
"Ooooohhhhh .... Aaaaauuugghhhhh ..... Eeeennnnggghhhhh.....
Aaaaaaagggghhhh ........" Aku, Sandra dan Hans saling berteriak
bersahut-sahutan karena orgasme yang melanda membuat kami ingin
gila rasanya.
Sperma Hans yang menyembur kuat
dalam vagina Sandra bercampur
dengan semburan cairan kewanitaan
Sanra tidak cukup tertampung di
vagina Sandra sampai mengalir
keluar dari belahan vagina Sandra
dan membasahi seprai yang sudah
acak-acakan dan basah kuyup oleh
keringat kami yang bercampur jadi
satu. Love juice ku membasahi
wajah Hans yang sebagian besar
sudah diseruputnya. Tubuh Sandra
ambruk kebelakang menindih Hans
sedangkan aku terguling ke samping
dengan napas terengah-engah
karena orgasme yang dahsyat. Tubuh
kami bertiga sudah berantakan
berkilat-kilat basah kuyup mandi
keringat sampai membasahi seprai
dan ranjang kami, sudah sekitar 1,5 jam kami berlaga dengan intense.
Aku melirik ke Aoi dan Ashley yang sekarang sudah makin berani, Aoi
kini duduk di bangku sambil vaginanya dilumat-lumat oleh Ashley.
Sepertinya Aoi memang sedang mengajari Ashley pelajaran bercinta.
Lidah Ashley menjelajah bibir vagina Aoi, menyentil-nyentil klitorisnya
yang membuat Aoi terlonjak-lonjak di bangku itu dengan tunuh yang
makin mengkilat oleh keringatnya yang keluar dari sekujur pori-pori
tubuhnya, keduanya terlihat sangat mememancing nafsu birahi semua
yang melihatnya. Ternyata hal itulah yang terjadi, Hans bangkit dari
ranjang, tubuhnya yang hitam dan penuh codet itu berjalan mendekati
Aoi dan Ashley dan kemudian berjongkok di belakang Ashley. Kedua
tangannya meraih dua payudara Ashley yang besar dan tergantung-
gantung bebas, Hans tampak menikmati remasan-remasan tangannya
di payudara kenyal milik Ashley, pilinan jemarinya di puting Ashley
membuat sang empunya mendesah-desah keenakan. Butir-butir
keringat Ashley sudah menetes-netes ke lantai, begitu pula dengan
cairan cintanya yang membanjir keluar dari vaginanya. Penis Hans
yang dari tadi menggesek-gesek liang vagina Ashley kini sudah
membatang kembali, penis kaku itu kemudian perlahan lahan
membelah liang persenggamaan Ashley yang sudah banjir.
"aaahhhhhh......" sejenak kuluman Ashley berhenti untuk mendesah
ketika batang penis Hans memasuki liang vaginanya.
Hans pun terlihat sangat menikmati jepitan vagina Ashley yang masih
sangat rapat itu, diapun mulai menggoyang-goyangkan tubuhnya
dengan posisi doggie style sementara Ashley kembali menjilati liang
vagina Aoi. Setelah sekitar 15 menit mereka bersenggama dengan
posisi itu, Aoi rupanya tidak terpuaskan oleh hanya lidah Ashley. Aoi
beranjak bangun, mengangkat tubuh Hans hingga berdiri dan
mendorong Hans hingga terjatuh ke lantai, Aoi segera memposisikan
tubuhnya diatas Hans dan meresapi penis Hans yang besar itu ketika
Aoi menurunkan tubuhnya dan mulai mengendarai penis Hans.
Teriakan-teriakan penuh nafsu tidak terbendung lagi ketika Aoi dengan
ganasnya meliuk-liukkan tubuhnya diatas Hans, dengan liarnya Aoi
menghentak-hentakkan tubuhnya mengendarai penis Hans. Rambut
Aoi sudah basah kuyup menempel di mukanya serta lehernya
sementara tubuhnya yang berkilat-kilat tertimpa cahaya lampu
sungguh sangat indah dipandang, keringatnya menetes-netes
membasahi tubuh Hans yang ada dibawahnya. Tiba-tiba kedua belah
payudaranya yang terpental-pental kesana kemari itu diremas-remas
oleh Ashley dari belakang, Aoi menengok ke belakang dan bibirnya
yang ranum segera dilumat oleh Ashley. Mereka berciuman dengan
mesra sambil mereka melonjak-lonjak menggapai orgasme.
"oohhhhh..... aaahhh..... hhhuuhhhh......" aoi akhirnya mencapai
orgasmenya yang ditunggu-tunggu, tulang iganya tercetak di daanya
ketika punggungnya melengkung ke depan dan kepalanya mendongak,
tubuhnya yang melemas terguling terengah-engah disamping Hans.
Dadanya naik turun tidak beraturan sementara mulutnya megap-megap
mencari udara. Orgasme yang dicapainya benar-benar telah meluluh
lantakkan tubuhnya yang cantik dan sempurna.
Hans yang masih belum terpuaskan segera bangkit dan mengangkat
tubuh Ashley sehingga keduanya berdiri, lidah keduanya saling
berpagutan dan tangan Hans meremas-remas buah pantat Ashley dan
mengusapi punggung Ashley yang basah kuyup oleh butiran keringat
yang membanjir berlomba-lomba menuruni tubuh putih mulus itu.
Setelah puas berciuman sekitar 5 menit didorongnya tubuh Ashley
hingga menempel di dinding, dengan satu kaki di topang tangan Hans,
dimasukkannya penisnya ke dalam liang vagina Ashley.
Desahan-desahan Ashley terdengar merdu di telinga Hans dan
membuatnya kian bernafsu menyetubuhi Ashley. Sodokan demi
sodokannya kini diimbangi oleh gerakan pinggul Ashley yang maju
mundur mengimbangi. Tangan Hans meremas-remas payudara Aahley
sambil sesekali lidahnya menyapu aerola disekitar puting Ashley yang
berwarna merah muda, tidak berhenti hanya sampai disitu, giginya
terkadang menggigit puting Ashley membuat yang empunya menjerit-
jerit keenakan. Rangsangan demi rangsangan yang di terima dan di
berikan membuat kedua insan berlainan jenis itu tidak lagi
memperhatikan sekelilingnya. Kemudian mereka berganti posisi, tangan
Ashley kini menumpu di dinding dan pinggulnya terangkat
menungging, Hans kemudian menyetubuhinya dalam posisi doggy,
dalam posisi ini payudara Ashley yang besar tergantung-gantung
bebas, Hans membungkukkan tubuhnya untuk meraih payudara
Asshley yang beegelantungan kemudian meremas remasnya dengan
gemas. Erangan Ashley semakin keras terdengar apalagi saat Hans
memilin milin putingnya yang mengacung tegak. Sementara itu aku,
Sandra dan Aoi sudah saling membersihkan diri di kamar mandi
sementara Ashley dan Hans masih asyik bersetubuh, suara desahan
mereka terdengar seperti background music saat kami membersihkan
diri. Menjelang orgasme yang mereka rasakan berdua, Hans kian
mendorong Ashley hingga dadanya berhimpitan dengan punggung
Ashley, keringat mereka berdua menyatu dan Hans menjilati belakang
leher dan telinga Ashley. Ashley hanya bisa mendesah-desah nikmat
dan .... Akhirnya ...
"ooohhhh .... aaahhhhhh..... hhhhhhh......" Ashley dan Hans saling
mengerang melepaskan semua kenikmatan birahi setelah mereka
mencapai orgasme mereka berbarengan,
Ashley menggelinjang nikmat merasakan semprotan hangat sperma
Hans yang kental ke dalam vaginanya. Tubuhnya yang basah kuyup
oleh keringatnya merosot turun meninggalkan bekas basah di dinding
belakangnya. Ruangan kami sudah terlihat kacau balau, seprai yang
basah kuyup oleh keringat kami dan lantai yang juga basah kuyup
terlihat menghiasi ruangan berbau mesum ini.
"kalian bersihin diri dulu , kita sudah lapar mau cari makan. Yuk kamu
ikut Hans?" kata Sandra dengan lembut mengajak Ashley dan Hans
yang masih beristirahat karena kelelahan.
Setelah mereka selesai membersihkan diri kami bersiap-siap keluar
makan, Hans sudah lebih dahulu balik ke kamarnya untuk ganti baju
dan berkata akan menemui kami di lobby. Aku sengaja mencari pakaian
yang tidak terlalu mencolok, t-shirt merah bertuliskan D&G dan rok
jeans mini sekitar 10 cm diatas lututku sedangkan Sandra mengenakan
rok terusan berwarna pink. Kami berdua kemudian mengetuk kamar Aoi
dan Ashley setelah kami selesai berdandan. Kami berempat tertawa-
tawa dan saling bercerita sepanjang perjalanan menuju lobby,
kompleks penginapan itu terasa seperti rumah sakit, kami melewati
lorong yang diterangi oleh lampu TL yang terang, di tengah-tengah
kompleks itu ada terdapat sebuah taman kecil. Di samping kanan kami
adalah kamar-kamar yang berbentuk pondok-pondok kecil, beberapa
diantaranya terlihat dihuni karena ada pancaran sinar lampu yang
menerobos lewat sela-sela gorden. Hans sudah menanti kami di lobby,
dengan senyum tersungging dia meminta ijin kepada ibunya yang
menggantikannya menjaga penginapan itu. Ibunya hanya memesani
kami untuk berhati-hati dan memberi beberapa ide untuk rumah-rumah
makan yang bisa kami kunjungi yang menurutnya enak di kota itu. Hal
yang sangat membantu karena kami memang tidak tahu rumah makan
mana yang enak. Masalah jalan itupun sudah teratasi karena Hans ikut
dengan kami dan bisa menunjukkan jalan. Kamipun berangkat
meninggalkan penginapan dan menuju ke arah pusat kota. Setelah
melewati beberapa jalan kecil akhirnya kamipun sampai di sebuah
rumah makan sederhana yang spesialisasinya ayam bakar, aku pun
memarkirkan Harrierku dan kami menikmati santap malam yang nikmat.
Setelah perut kami semua terisi penuh kamipun meninggalkan rumah
makan tersebut dan cepat-cepat menuju ke satu-satunya mall di kota
tersebut untuk membeli beberapa perlengkapan yang kami butuhkan
serta beberap baju dan celana untuk Ashley. Malam ini ternyata cuaca
cerah sekali, tidak ada awan yang menggantung di udara. Kami duduk
di lapangan berumput di tengah kota dan memandang bintang-bintang
di langit sambil menikmati jagung bakar sebagai snack malam kami.
Sambil duduk-duduk kami membicarakan rencana kami berikutnya,
kota tujuan berikutnya ternyata cukup jauh juga untung kami memiliki
navigation system. Akhirnya kami kembali ke kamar kami masing-
masing sepulangnya kami dari kota dan kami langsung tertidur karena
kami sudah kecapaian. Keesokan harinya kami bangun dengan tubuh
segar dan matahari yang bersinar cerah dan kamipun siap meneruskan
perjalanan ....

Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda

0 komentar:

Posting Komentar

Silahkan komentar tapi dilarang yang berbau sara dan provokativ.