Rabu, 18 Maret 2015

Petualangan Rikku 7: Finale

Gairah pagi
Rikku, Aoi, & Sandra
Aku menatap kosong langit-langit kamar penginapan ini, pikiranku
melayang layang pada kejadian-kejadian yang menimpa kami
berempat. Semua pertualangan sex yang kami alami selama ini,
pemerkosaanku di tempat les, pemerkosaan Sandra di sekolah,
ancaman Dinan, kedatangan Aoi, sex dengan satpamku yang setia,
pemerkosaan di tempat pompa bensin, pemerkosaan Ashley sampai sex
kami berempat tadi malam. Semua kejadian yang dibintangi kami
berempat, bidadari berkalangan atas yang tidak sepantasnya berbuat
demikian. Apabila nafsu sudah menguasai, tidaklah pandang bulu, asal
muasal ataupun derajat, yang dikejar hanyalah kepuasan birahi belaka.
Kami berempat sudah tidak dapat kembali lagi, kami sudah melewati
point of no return, kami sudah menjadi budak sex, kami sangat
menyukai sex dan kami memuja orgasme yang kami dapatkan.
Membayangkan kejadian-kejadian kami membuat celana dalam g-
stringku basah, jari jemariku mulai mengusapi klitorisku yang rasanya
kian membengkak. Tanganku yang satunya lagi meremasi payudaraku
yang membulat padat serta perlahan-lahan kupilin pilin putingku
dengan lembut. Tadi malam aku memang hanya tidur dengan
mengenakan g-string merahku tanpa pakaian maupun bra, hawa panas
nyaris membuatku tak dapat tidur. Pagi ini dengan sinar matahari mulai
memanggang gorden kamarku makin membuat kamar ini terasa panas.
Jendela nako kecil diatas pintu sudah kubuka tetapi karena kami tidur
telanjang, aku tidak membuka jendela, bisa-bisa kami diperkosa
semua orang yang lewat. Kurasakan butir-butir keringat mulai
mengumpul di sekujur tubuhku, selain hawa yang panas, aku juga
sudah terbakar birahi. Aku membalikkan badan hingga tiduran
menyamping membelakangi Sandra agar tidak mengganggu tidurnya.
Aku kini sudah melolosi celana dalamku dan aku kian puas saja
menggosok-gosok klitorisku, tak terasa aku mulai mendesah desah
merasakan nikmatnya onaniku sendiri, tidak kusadari ....
"hhhhgggghhhhh...... Hhhmmmhhhhh......" aku mengerang keras tertahan
ketika aku merasakan jari-jemari lembut mempenetrasi liang vaginaku
yang sudah becek ini, aku menengok ke kanan dan Sandra sudah di
mukaku.
"selamat pagi sayang, kok ngga ajak-ajak sih?" tanyanya mesra sambil
kemudian mengulum bibirku, lidah kami saling mengait dan bertautan,
tubuhku menggeliat geliat keenakan, kurasakan butir-butir keringat
yang berlomba lomba menuruni punggung, dada, dahi maupun
perutku. Ciuman dan jilatan Sandra sudah beralih ke daun telingaku
dan lidahnya menjilati lelehan keringat di leherku, tubuh kami yang
menempel membuat suasana terasa sangat panas, keringat kami
menyatu dan meleleh bersama-sama dengan gairah muda kami seakan
akan menjadi sumber pemicu birahi kami yang makin meninggi.
"cup .... Ssslllcckkk .... Ssslllccckkkk .... Sluurrrppp .... Cup ... Cup ...."
suara jilatan-jilatanku yang dibalas oleh erangan-erangan Sandra
karena merasakan kenikmatan yang kian memuncak di liang vaginanya.
Cairan kewanitaan bercampur keringat Sandra tidak terasa menjijikkan,
malah sebaliknya ternasa gurih dan nikmat, apakah ini karena kami
sudah terbakar api birahi? Sandra menggeliat-geliat erotis, kini aku
memposisikan tubuhku menyamping dengan kakiku berada disela sela
kaki Sandra sehingga kami terlihat seperti gunting dengan vagina kami
bertautan pada ujung pangkalnya dan tanpa di komando kami berdua
saling menggoyangkan pinggul kami disertai desahan-desahan dan
dengusan nafas kami yang terbuai dalam kenikmatan birahi.
"AAAHHH.... Ouugghhhh ....." teriakan kami lepas bersamaan ketika
kami berdua secara bersamaan mencapai orgasme.
Aku dan Sandra saling berpandangan sejenak dengan nafas terengah-
engah dan tubuh yang dibanjiri keringat, kemudian kami saling tertawa
dan berciuman mesra.
"aku sayang kamu, always ...."
"aku juga sayang kamu, kekasihku" jawab Sandra
Kami kemudian membersihkan diri di kamar mandi, lalu kami berjalan
menuju restaurant kecil milik penginapan itu karena kami sudah janjian
dengan Aoi dan Ashley untuk bertemu dan sarapan bersama.
***************************
Breakfast
Karena kamilah yang pertama sampai, aku bisa bebas memilih tempat
duduk, apalagi restaurant itu sepi. Hanya beberapa keluarga terlihat
duduk disana, ada yang sudah selesai makan, ada pula yang masih
sibuk menyantap hidangannya. Kelihatannya cukup enak kalau dilihat
dari ekspresi para pengunjungnya. Aku tersenyum melihat dua anak
kecil yang sedang disuapi orang tuanya sedangkan mereka terlihat
sudah tidak sabar lagi ingin cepat bermain dan berlari-lari. Alangkah
indahnya masa kecil dan segala keluguannya, pikirku. Kulihat ada meja
berkursi empat di sebelah jendela kaca yang cukup besar, aku duduk
di kursi yang persis di sebelah jendela sedangkan Sandra duduk di
sebelah ku. Tak lama setelah kami duduk datanglah Hans yang selain
resepsionis, bersih-bersih, bell boy, juga merangkap pelayan restauran
itu.
"para angels mau pesan apa? Atau mau lihat menunya dulu?" tanyanya
sambil menunjuk ke buku menu restauran yang belum kami sentuh.
"ah Hans, kami masih menunggu Aoi dan Ashley, apa kau mau pesan
minum dulu, say?"
"iya aku haus, es teh manis ya Hans?" jawabku tanpa banyak berpikir
"kalau kamu?" tanya Hans pada Sandra
"aku es jeruk manis deh ya? Thanks Hans" jawab Sandra sopan
Setelah mencatat apa yang kami pesan, Hans beranjak pergi dan
sekitar 5 menit kemudian muncullah Aoi dan Ashley.
"sorry we're late!" Aoi tersenyum-senyum mencurigakan
"siapa yang kelamaan orgasmenya?" tanyaku sekenanya sambil
membuka game Fieldrunner di iPhoneku.
"hi hi ... Sorry ...... Aku ...." jawab Ashley malu-malu "habisnya enak sih"
lanjutnya sambil menggelayut di lengan Aoi.
Aku dan Sandra saling berpandangan lalu tertawa bersama Aoi
"ah ngga usah malu, asal kalian tidak terlalu berlebihan saja di muka
umum, tau sendiri negara ini kaya apa" tegurku. Ashley langsung
menjulurkan lidahnya padaku, aku cuek saja sambil melanjutkan
bermain. Ashley sudah terlihat jauh lebih terbiasa dengan kami dalam
waktu yang singkat. Sifatnya yang periang membuatnya mudah bergaul
dan membiasakan diri dengan lingkungannya. Sayang sekali dia harus
mengalami musibah yang tragis berturut-turut. Untungnya dia bertemu
kami dan kini telah menjadi bagian keluargaku.
Aku memang masih harus lapor ke orang tuaku tetapi aku yakin mereka
pasti tidak apa-apa kalau Ashley aku angkat adik.
"kalau dua bidadari yang barusan turun dari khayangan ini mau minum
apa?" tanya Hans sambil meletakkan es teh manis di hadapanku dan es
jeruk manis di hadapan Sandra.
Aoi dan Ashley memesan minuman yang sama seperti Sandra, yaitu es
jeruk manis dan kemudian Hans kembali meninggalkan kami setelah
berpesan untuk melihat lihat menunya, enak-enak makanannya
katanya, dia berani menjamin karena yang memasak adalah ibunya
sendiri.
Sandra mengambil buku menu dari meja sebelah untuk diberikan pada
Ashley dan Aoi sedangkan aku dan Sandra saling berbagi buku menu.
Setelah memilih-milih sebentar kami akhirnya menyampaikan pesanan
kami, Hans kemudian ikut nimbrung sebentar dalam percakapan kami
karena dia istirahat dahulu 10 menit katanya.
"kemana tujuan kalian setelah ini?" tanya Hans pada kami berempat
"kenapa? Mau ikut?" tanya Sandra
"oh ngga aku kan hanya ingin tahu saja"
"jangan suka ingin tahu nanti jadi hantu penasaran loh! But anyway
pertanyaan Hans ada benarnya juga kita kemana nih?" jawabku
"bagaimana kalau kita ke semarang tetapi kita lewat Yogyakarta? Aku
ingin melihat kraton dan malioboro" kata Ashley
Kami setuju dengan ide Ashley. Tak lama setelahnya makanan pesanan
kami selesai dan kami menyantap makanan kami dengan lahap tanpa
banyak bicara. Kami ternyata memang kelaparan dan masakan ibunya
Hans memang enak sekali walaupun nasi goreng istimewa pesanan Aoi
tampaknya terlalu pedas untuknya. Aoi berkeringat banyak dan dia
sampai pesan 3 gelas air es jeruk manis untuk meredakan pedasnya.
Kami tersenyum-senyum dan terkadang tertawa melihat Aoi, kasihan
juga tapi mau bagaimana lagi biarpun pedas tetapi enak sekali jadi Aoi
tetap memakannya. Akhirnya habis juga nasi goreng pesanan Aoi yang
disambut oleh desah kelegaan sang bidadari. Percakapan pun
berlanjut, kami masih juga belum selesai memutuskan ingin kemana,
untungnya Hans memiliki peta pulau jawa sehingga kami dapat lebih
mudah memutuskan tujuan kami berikutnya. Akhirnya tercapai
kesepakatan untuk menuju kota Semarang tetapi melewati Jogjakarta
seperti yang sudah diusulkan sebelumnya. Kami membayar makanan
kami dan berpamitan dengan Hans, kami memberinya kecupan di
pipinya sebelum kami meninggalkan penginapan itu dibelakang kami.
*************************************
Konter HP
Perjalanan kali ini kami tempuh dengan tempo yang tidak begitu
kencang, selain karena jalannya yang tidak bagus, kami juga tidak
terburu-buru untuk mencapai tempat tujuan kami. Tawa canda dan
permainan permainan sederhana menghiasi perjalanan kami.
"I see ... I see what you don't see ... and it's ... Blue!"
"Mobil BMW yang barusan lewat!"
"Tasnya Sandra!"
"Salah semua! Jawabnya yang benar adalah .... G-stringnya Rikku!"
Salah satu permainan dimana sang pemain mengatakan sesuatu yang
dilihatnya dan para pemain lainnya harus menebak apa yang dilihat
oleh sang penanya. Permainan yang sering dimainkan Aoi saat masih
kecil ketika dia masih tinggal di Jepang. Permainan itu cukup
mengasyikkan dan lumayan menyita waktu sehingga kami tidak bosan
selain kami mengagumi pemandangan disekitar kami. Memang tanah
air indonesia ini sungguh sangat indah sekali. Hanya sayang kurang
dikembangkan. Sehingga pada suatu saat kami menyadari bahwa kami
semua sudah capai dan ingin beristirahat selain hanya berhenti di
rumah makan untuk menyantap makanan-makanan yang beraneka
ragam. Untungnya selama ini rumah makan yang kami singgahi cukup
cocok dengan selera lidah kami sehingga kami memang benar-benar
menikmati setiap makanan yang kami santap. Tak jarang kami berhenti
untuk bertanya pada orang-orang setempat makanan apa yang khas
daerah itu dan dimana rumah makan yang paling enak disana untuk
menikmatinya. Aoi seperti layaknya orang-orang Jepang, selalu
membawa kamera kemana-mana sehingga perjalanan kami ini cukup
terdokumentasikan. Selain aku dan Sandra yang juga rajin mengambil
foto-foto dan mengepost di Facebook. Terkadang kami saling
mengomentari foto-foto atau status update kami sendiri lalu
menertawakan kebodohan kami sendiri. Ketika sampai ke satu kota,
kami berhenti di salah satu Alfamart untuk membeli air minum dan
beberapa snack maupun keperluan seadanya. Aku pamit untuk pergi ke
toko diseberang untuk membelikan HP untuk Ashley, aku berpesan
pada Sandra dan Aoi untuk tidak menunggu kami di Alfamart tetapi
untuk masuk ke mobil saja dan menunggu kami di dalam Harrierku.
Setelah memberikan kunci mobil aku menggandeng Ashley untuk
menyeberangi jalan raya yang lumayan ramai juga, maklum masih
siang. Entah itu keberuntungan kami atau kesialan sang pemilik toko
HP itu, siang itu tak banyak pengunjung di toko Hendra (itu nama
tokonya, mungkin sekali dinamakan sesuai pemiliknya atau anak
pemiliknya). Kamipun bebas melihat-lihat HP yang ditawarkan toko itu
yang ternyata cukup lengkap juga koleksinya dengan HP yang terkenal
dan merk-merk yang baru.
Ashley yang saat itu mengenakan baju berpotongan dada rendah itu
melongok-longok ke dalam kaca display yang ternyata tanpa
disadarinya sepasang mata milik tukang jaga HP itu sampai melotot
memandang belahan dada Ashley yang terpajang diantara handphone
jualannya. Akupun berdehem dengan keras ke arah sang penjaga toko
itu dan aku langsung menggandeng tangan Ashley untuk berpura-pura
meninggalkan toko itu.
"Eh eh nonik mau kemana? Saya minta maaf karena tidak sopan, tapi
saya bisa memberi korting banyak atas pembelian kalian" sang
penjaga toko memanggil kami.
Aku yang memang berpura-pura langsung kembali sambil menunjuk ke
mukanya "janji harus ditepati, saya mau menjual handphone ini,
sebagai gantinya saya mau minta dua handphone dari toko ini,
bagaimana?" kataku sambil mengulurkan iphone 3Gsku beserta
chargernya.
"Ada dus dan bukunya?"
"Eh masih minta yang macam-macam pula, udah lah mau apa nggak?
Ini yang 32GB loh" jawabku tidak kalah sengit.
Akhirnya dia mengalah dan dia mengeluarkan sim card ku dari
iPhoneku. Ashley ternyata sudah jatuh cinta pada HTC Legend, dia
sudah memilih itu sedangkan aku masih melihat-lihat HP lainnya.
Aku menjatuhkan pilihanku pada SonyEricsson X10, tetapi berhubung
HP yang kami pilih mahal-mahal harganya, kami diminta untuk
menambah uang sejumlah 2,5 juta rupiah. Sambil menawar-nawar kami
berkenalan, ternyata sang penjaga toko itu bernama joko.
Ketika aku akan mengambil dompetku, tanpa kuduga ternyata Ashley
telah memikirkan jalan keluar yang lain yang benar-benar membuatku
terkejut.
"Mas, ngga bisa dinego ya? Masa kami harus membayar 2,5 juta sih?
Bagaimana kalau ini saja bayarannya?" kata Ashley sambil jari-jarinya
menarik turun belahan tanktopnya sehingga dadanya semakin terlihat
jelas, putingnya masih tertutup lipatan tanktop tetapi aerolanya sudah
terlihat sedikit.
Tampang sang penjaga toko itu susah digambarkan, antara terkejut,
tidak percaya, mupeng dan terlihat kalau dia setengah mati menahan
gejolak birahinya. Napasnya sudah tertahan di lehernya sampai dia
terlihat seperti tercekik. Kami berdua diam-diam tertawa cekikikan,
Ashley melepas jemarinya yang menahan tanktopnya sehingga kembali
tertutup, terlihat tampang kecewa si Joko, tetapi pertanyaan Ashley
berikutnya membuat senyum kembali tersungging di wajahnya.
Ashley story ....
Ashley
Ashley
"Sial kurang ajar sekali si Joko, udah kelihatan kalo dia mupeng masih
juga minta uang tambahan untuk handphone yang kami beli,
sepertinya gampang nih dipergunakan" pikir Ashley, sebuah rencana
mesum sudah tersusun di otakku yang bagai telah tercuci oleh
kakakku Rikku dan teman-temannya, gerombolan seks maniak.
"mas Joko, bisa pinjam WC nggak? Tolong Ashley diantarkan dong"
tanyanya dengan tampang merayu.
"Bisa non, mari saya antarkan" balas Joko dengan tampang mupeng
sejadi-jadinya.
"Ci, tunggu Ashley ya?" pintaku sambil mengerlingkan sebelah mata
mengisyaratkan kalau aku sudah siap dengan rencana yang menurutku
lumayan matang. Setelah mendapatkan persetujuan dari ci Rikku
berupa anggukan pelan, aku merasa semakin percaya diri.
"Lewat sini, silahkan" kata Joko sambil membukakan sebuah pintu
kayu yang terlihat kusam, membawaku ke sebuah lorong yang cukup
terang oleh cahaya matahari yang menerobos masuk melalui atap yang
terbuka, dinginnya AC dari ruang depan sama sekali tidak lagi terasa,
hawa lembab dan panas memenuhi tubuhku yang mulai terasa lembab
oleh butiran-butiran keringat halus yang mulai keluar dengan liarnya
dari seluruh pori-pori tubuhku. Cat di dinding lorong itu sudah mulai
mengelupas di mana-mana. Di bagian kanan lorong ini terlihat dua
buah kamar, ketika aku berjalan melewati kamar pertama terlihat
seperti ruang kantor. Aku berjalan lebih jauh lagi dan lewat kaca-kaca
nako kamar itu aku melihat sebuah kasur yang digelar begitu saja di
lantai tanpa ranjang dan sebuah bantal. Bagi sebuah kamar tidur,
kamar itu terlihat pengap sekali. Akhirnya kami sampai di ujung lorong
dimana WC toko itu terletak. Kubuka pintu yang telah rapuh itu dan
kunyalakan lampu, ruangan itu cukup sempit tetapi ada bak mandinya.
"Mas Joko tunggu Ashley disini ya? Ngga lama kok" pintaku yang
dijawab dengan anggukan kepalanya.
Setelah selesai berpura-pura kencing aku melepas celana dalam G-
stringku dan kupakai kembali celana jeans pendekku lalu kukantongi
celana dalamku. Mas Joko menunggu dengan setia didepan pintu,
kuhampiri dia "Mas Joko, bagaimana kalau 2,5 juta tambahan
handphonenya ditukar dengan ini saja?" tanyaku sambil membimbing
tangannya meremas dadaku yang memang ukurannya luar biasa ini.
Kulihat jakun mas Joko yang sudah naik turun menelan ludah, aku
tahu kalau napsunya sudah sampai di puncak dan pasti tidak tahan
lagi, dia langsung menarik tanganku dan menarikku masuk ke kamar
tidur yang letaknya memang bersebelahan dengan WC.
Seperti dugaanku sebelumnya, kamar itu pengap sekali tanpa ada
ventilasi kecuali jendela nako yang sudah tidak bisa dibuka ataupun
ditutup lagi. Mas Joko kudorong hingga terbaring di kasur tua itu. Aku
sendiri masih berdiri dan sambil membelakanginya aku
menggoyangkan tubuhku dengan gerakan-gerakan erotis. Yang kubuka
pertama adalah tanktopku, kulolosi tanktopku perlahan-lahan sambil
tetap bergoyang, dengan satu tangan menutupi kedua payudaraku,
tangan kananku terulur memegang ujung tanktopku dan dengan
gerakan gemulai kujatuhkan potongan pakaianku itu ke meja. Sambil
terus bergoyang kulepaskan celana jeansku yang membuat kedua
bongkahan pantatku terpampoang dengan jelas tanpa tertutup oleh
suatu apapun. Seperti halnya bajuku, celanaku pun kujatuhkan di meja,
kemudian kulepaskan sepatuku dan dengan diterangi lampu bohlam
100W terlihatlan kepolosan tubuh seorang gadis belia yang tampak
berkilat-kilat karena keringatku yang mengalir deras di tubuhku,
padahal kami belum juga mulai berseggama. Kubalikkan tubuhku
sambil bergoyang dan masih kututupi payudaraku dengan satu
tanganku sedangkan tangan yang lainnya menutupi belahan vaginaku
yang polos. Kusudahi stripteaseku dengan berjalan menghampirinya,
ternyata dia tidak tahan lagi dan sudah menelanjangi dirinya sendiri
selagi aku membelakanginya. Kuposisikan tubuhku diatasnya dengan
posisi 69 aku mulai mengulum penisnya yang terasa agak asin oleh
keringatnya, penisnya yang sudah menegang itu lumayan juga
ukurannya pikirku, kugenggam dan kukocok-kocok sambil kulumat-
lumat dan kuhisap-hisap, erangan-erangan mas Joko mulai keluar dari
mulutnya yang menikmati perbuatanku. Lidah mas Joko yang basah
dan hangat itu mengusapi belahan vaginaku, membuatku
menggelinjang-gelinjang penuh kenikmatan, payudaraku tertekan di
pahanya, bergoyang-goyang merangsang. Kubalikkan tubuhku dan
kami saling berciuman, bibir kami bertemu dan lidah kamipun saling
bertautan. Tangannya meremas-remas payudaraku yang menindih
dadanya, satu tangannya mengusapi punggungku yang sudah licin
basah kuyup oleh keringatku. Lidahnya kini bermain-main di telingaku
dan tengkukku, menjilati butir-butir keringatku yang menghiasi
sekujur tubuhku. Tubuh kami terlihat sangat kontras sekali, tubuhku
yang putih menindih tubuh mas Joko yang hitam, bagai video clip
Michael Jackson yang berjudul Black or White. Penisnya yang
menggesek-gesek vaginaku mengirimkan rasa nikmat untuk kami
berdua. Setelah puas berciuman aku menegakkan tubuhku,
mengangkat tubuhku dan memposisikan penisnya untuk mempenetrasi
lubang vaginaku yang masih sempit ini. Kuturunkan tubuhku perlahan-
lahan, meresapi setiap detik gesekan dinding-dinding vaginaku
dengan penis mas Joko. Kudiamkan sejenak saat vaginaku sudah
menelan bulat-bulat penis mas Joko, kemudian tanpa aba-aba lagi aku
menggoyangkan pinggulku dengan cukup kencang dengan gerakan
yang binal. Pinggangku bergerak maju mundur dan terkadang aku
membuat gerakan memutar dan jepitan vaginaku meremas-remas penis
mas Joko yang juga menimbulkan sensasi tersendiri bagiku maupun
mas Joko, terlihat dari ekspresi wajahnya yang tersenyum senyum
penuh kenikmatan.
Setelah sekitar 5 menit aku bermain pinggul, aku mulai menaik
turunkan tubuhku, tangan mas Joko tidak tinggal diam, diremas-
remasnya bongkahan payudaraku, dipelintir-pelintirnya putingku yang
mengacung tegak. Terkadang mas Joko menegakkan tubuhnya dan
mengulum putingku sambil sesekali menggigitnya yang membuatku
lebih blingsatan lagi dan makin kencang kuhempaskan pantatku
menelan penisnya yang menjulang tegak melawan gravitasi. Kamipun
berganti posisi sekitar 10 menit kemudian, aku digenjotnya dengan
gaya doggie, tubuhku sudah lumayan capai, goyangan-goyangan mas
Joko yang tergolong kasar tak jarang menghempaskan tubuhku di
kasur usang itu, tiba-tiba pergelangan tanganku di cengkeramnya
kuat-kuat dan sambil pinggulnya tetap menghantam pantatku,
ditariknya kedua tanganku menelikung ke belakang, hal ini membuat
tubuhku terasa seperti melayang, hanya kedua belah lututku yang
menempel pada kasur, sensasi ini sungguh berbeda dengan gaya-gaya
yang aku kenal sebelumnya. Kedua payudaraku yang berukuran luar
biasa ini sampai terpental-pental naik turun dengan sangat kencang.
"Aaaahhh ... oohhh ... ehhmmm ...." Aku terus mengerang-erang dengan
memejamkan kedua mataku sambil menikmati persetubuhan ini.
Keringatku menetes-netes dari dagu, payudara dan pahaku membasahi
kasur usang saksi bisu persetubuhan kami, begitupun halnya dengan
mas Joko.
"Ayo mas .... Hajar saja vaginaku .... Entotin aku sepuasnya .... Aahhhhh
..." aku mulai menceracau tidak jelas, aku sendiripun sampai terkejut,
betapa liarnya diriku ini.
Rupanya aku memang sudah haus lelaki, entah kapan hasrat-hasratku
akan terpenuhi sampai berkecukupan. Apalagi jam terbangku masih
belum tinggi. Tiba-tiba aku menyadari kalau disebelah kananku
terletak sebuah kaca cermin di lantai, entah mengapa tidak dipasang di
dinding, mungkin karena memang cukup besar dan tinggi sehinggi
bisa diletakkan begitu saja. Kulihat tubuhku yang tersentak-sentak
dan berkilat-kilat bermandikan keringat yang mengucur deras
memandikan tubuhku, begitu pula halnya dengan mas Joko, tubuh
kami bergerak-gerak seirama mengarungi lautan kenikmatan yang
rasanya tiada berbatas, tubuhku yang putih mulus dihentak oleh mas
Joko yang hitam terbakar matahari benar-benar menimbulkan sensasi
persetubuhan interracial yang nikmat sekali. Setelah sekian lama
menggoyangku dengan posisi itu, aku di suruhnya berdiri dan kedua
tanganku menumpu pada dinding, rupanya ia ingin menyetubuhiku
dari belakang.
Kurasakan tangannya yang mengelusi punggungku yang basah kuyup
berkeringat dan berakhir dengan membelah belahan pantatku.
Penisnya yang besar sangat terasa ketika benda itu membelah
vaginaku, masih juga terasa sesak dan sedikit sakit walaupun
vaginaku sudah basah kuyup oleh cairan cintaku yang membanjir
sampai ada yang sedikit meleleh dan mengalir di pahaku. Penisnya
memenuhi liang vaginaku dan mengirimkan sensasi nikmat ketika mas
Joko mulai menggerakkan pinggulnya maju mundur memompa
vaginaku dari belakang. Aku juga tidak tinggal diam, untuk menambah
kenikmatanku sendiri akupun ikut menggerakkan pinggulku ke arah
yang berlawanan, ketika mas Joko bergerak maju aku bergerak
mundur, membuat rangsangan yang kuterima terasa semakin hebat dan
membuatku lupa diri, kepalaku menggeleng-geleng karena nikmatnya.
Kurasakan tangan mas Joko yang meremas-remas payudaraku dari
belakang serta memilin-milin putingku, lidahnya menjilat-jilat
belakang telingaku serta pundak dan punggungku yang basah ini dan
tampak sangat menikmatinya. Rangsangan demi rangsangan yang
bertubi-tubi mendera tubuhku semakin cepat mengantarkan tubuhku
ke orgasme yang meledak-ledak. Akhirnya tubuhku membusur sejadi-
jadinya, kulitku menampakkan tulang-tulang rusukku yang dihiasi oleh
lelehan-lelehan butir-butir keringatku yang membuat tubuhku makin
mengkilat sexy.
"aaaaaaahhhhh ..... ooouuuuggghhhh ..... hmmmhhh .....
aaarrrrggghhhhhh ....." aku menjerit sejadi-jadinya melepaskan semua
kenikmatan yang sudah menumpuk di diriku.
Mas Joko melepaskan penisnya dari jepitan liang vaginaku yang rapat
ini dan menempelkannya ke bibirku, aku segera melumatnya,
mempermainkan lidahku menjilati batang penis yang tegang dan
berurat itu. Bibirku mengulum penis yang berlumuran cairan
orgasmeku, ternyata rasanya gurih dan enak, tak heran banyak pria
yang ketagihan cairan orgasme wanita. Mas Joko sambil memaju
mundurkan pinggulnya seakan menyetubuhi mulutku, diapun mencari
kenikmatannya sendiri hingga akhirnya dia menyemburkan muatan
spermanya kedalam mulutku yang mungil, saking banyaknya sperma
yang ditumpahkan hingga aku tidak mampu menelan semuanya, ada
juga yang mengalir dipinggir bibirku. Mas Joko memberiku handuk
untuk mengelap keringatku yang sudah membanjir ini, setelah kami
membersihkan diri dan mengenakan pakaian kami masing-masing yang
sudah kusut itu, kami keluar untuk menyelesaikan deal kami dengan
handphone-handphone itu. Kami berempat berkumpul kembali di mobil
dan kami melanjutkan road trip kami dengan kegembiraan dan kegilaan
remaja kami J
**************************************
Rikku sepuluh tahun kemudian ....
Dengan berhati-hati kusimpan kembali foto kami berempat kedalam
laci setelah membereskan pecahan-pecahan kaca pigura foto itu yang
tidak sengaja tersenggol jatuh dari atas lemari kamar tamuku. Akupun
menutup kenangan-kenangan indah kami sepuluh tahun lampau. Kini
Sandra telah bersuami dan anaknya yang lucu sudah mulai berjalan.
Aku yang kini telah tinggal di negri Sakura kadang-kadang
mengunjungi mereka sambil berlibur ke Indonesia. Ashley sudah ikut
suaminya di New Zealand, rumah mereka sangat cantik di pegunungan
yang hijau dan rimbun. Aku belum pernah kesana, mungkin beberapa
tahun lagi aku akan mengunjunginya, kami kadang menelepon tapi
kami lebih sering berkomunikasi lewat internet.
"Hallo sayang, apa kabar hari ini? Bagaimana kerjaan?" tanyaku pada
kekasihku yang barusan pulang dari kantornya.
Tak menjawab pertanyaanku dia langsung merengkuh tubuhku dan
melumat bibirku dengan lembut, melepaskan gairah kami yang
terpendam seharian. Digandengnya tanganku masuk kedalam kamar
sambil kami melucuti pakaian kami masing-masing. Pintu kamar pun
kututup dan langsung ku balas lumatan bibir Aoi .......
The End

Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda

0 komentar:

Posting Komentar

Silahkan komentar tapi dilarang yang berbau sara dan provokativ.