Rabu, 18 Maret 2015

Andani citra :18 The Other Side of Me

Diantara empat sekawan geng-ku mungkin yang belum banyak
diketahui pembaca adalah Ratna, aku memang belum sempat
menuliskan pengalaman-pengalaman kami bersamanya. Ratna ini
orangnya paling kalem diantara kami, juga paling pintar dalam
pelajaran. Dibanding kami bertiga yang masih sendiri atau sering
gonta-ganti pacar, perjalanan cintanya adalah yang paling mulus,
cowoknya seorang liberal sehingga sehingga membiarkannya bebas
bertualang dengan cowok lain, asalkan hatinya tetap untuknya, begitu
kata cowoknya yang juga pernah terlibat ML denganku itu.
Dia mempunyai tubuh langsing dengan payudara sedang, berambut
hitam sebahu. Wajahnya bersih serta bermata bening dan berbibir
indah, membuat setiap pria terkesima oleh pesonanya. Karena lebih
banyak menghabiskan waktu dengan pacarnya, kebersamaannya
denganku lebih sedikit dibanding dua temanku lainnya.
Hari itu kami rencananya akan clubbing, sebelumnya aku harus
menjemput Ratna dulu di rumahnya baru ke rumah Verna yang tidak
terlalu jauh dari sana, barulah berangkat bareng dengan mobilnya
Verna. Aku sampai ke rumah Ratna terlalu pagi agaknya, baru jam
setengah delapan malam. Setiba di sana aku disambut mamanya yang
mengatakan kalau Ratna sedang mandi, beliau mempersilakanku
langsung saja ke kamarnya di lantai tiga.
"Hai, Ci, masuk aja dulu, gua belum beres nih!" ajaknya saat membuka
pintu.
Jelas sekali dia baru mandi karena rambutnya basah dan cuma
memakai handuk hijau yang melilit di tubuhnya.
"Walah, lu baru mandi lu malam gini!" kataku.
"Hehehe.. Tadi ketiduran lama abis nonton film, ya sekalian isi tenaga
buat nanti lah!" jawabnya.
Dia duduk di ranjang dan mengoleskan body lotion pada pahanya,
dipersilahkannya aku duduk di sebelahnya. Kuperhatikan tubuh
montoknya yang cuma terbalut handuk dengan kulit putih mulus, kaki
kanannya yang sedang diolesi lotion ditekuk sehingga memancarkan
keindahannya.
"Ikutan Amway (salah satu usaha MLM) lu Na? Bukannya biasa lu pake
Bodyshop?" tanyaku merujuk pada body lotion itu.
"Nggak, itu saudara gua nawar-nawarin terus sih, jadi aja gua beli
deh, lumayan mahal loh!"
"Bagus nggak tapi?"
"Ya gitulah, kata gua sih nggak beda jauh, cuma bantuin saudara gua
nambah poin aja sih," jawabnya, "Nih.. Coba aja sama lu sini!" seraya
menawarkannya padaku
Aku menjulurkan telapak tangan menerima sedikit cairan itu, lantas
kuoleskan pada lengan dan betisku yang terbuka karena saat itu
memakai celana jeans ketat sepanjang lutut.
"Ci, bisa tolong gosokin ke punggung sekalian nggak?" pintanya
sambil melepas handuk yang membelit tubuhnya sehingga terlihatlah
tubuh telanjang dibaliknya.
Ratna merebahkan tubuhnya tengkurap dan menaruh kepalanya pada
kedua lengannya yang dilipat. Mulailah aku menggosok punggungnya,
perlahan sambil memijat. Dia senyum-senyum kecil sambil dan memuji
pijatanku yang katanya enak dan lembut.
"Eemmhh.. Enak Ci, kaya di salon aja, lu emang bakat mijat deh!"
"Enak aja.. Gua disamain tukang pijat, iihh!" kataku sambil menepuk
pelan pantat montoknya.
"Aw.. Genit ah lu, tepuk-tepuk pantat segala" sambil tertawa cekikikan.
Mumpung tanganku sudah mendarat di pantatnya dan cairan itu masih
tersisa sedikit ditanganku, akupun sekalian memijati pantatnya.
"Disini sekalian dioles juga yah, tanggung nih dikit lagi, sayang kan
mahal-mahal mubazir" saranku yang lalu diiyakannya.
Ketika mengurut bongkahan pantatnya terdengar olehku dia mendesis
pelan dan tubuhnya sedikit bergetar. Melihat reaksinya, iseng-iseng
aku menyusupkan tanganku ke paha dalam lalu merambat perlahan ke
pangkalnya.
"Oohh.. Ci!!" desisnya makin jelas begitu daerah sensitif itu kusentuh.
Entah secara disadari atau tidak, dia merenggangkan kedua pahanya
seolah minta lebih. Karena dia menikmati yang kulakukan, akupun
mulai horny dan terdorong meneruskan lebih jauh lagi.
Pinggiran vaginanya kuusapi dan sedikit demi sedikit jari tengah dan
telunjukku mulai masuk ke lubang kemaluannya. Jempolku kususupi
ke anusnya diiringi desahannya, oohh..! Baik aku maupun dia makin
terangsang saja dengan suasana seperti ini. Tanganku yang sudah
basah oleh body lotion jadi tambah basah bercampur dengan air
kewanitaan Ratna. Sekitar sepuluh menit jari-jariku bermain pada anus
dan vaginanya hingga akhirnya dia menggelinjang dan mendesah
mencapai orgasmenya. Dua menit kemudian dia bangkit duduk di
ranjang dan menatapku dengan senyum manis.
"Ok, sekarang giliran lu Ci" katanya.
Akupun mulai melepas tank-top dan BH-ku sehingga aku topless
sekarang.
"Wah, tambah seksi aja lu Ci" sahutnya sambil memencet payudaraku.
"Sama lu juga, pantesan si Samuel betah sama lu" jawabku sambil
balas mencubit putingnya.
Kami saling meraba payudara, pelan-pelan wajah kami semakin dekat,
hidungku bertemu hidungnya. Hembusan nafas Ratna yang sudah
memburu terasa di wajahku. Kulingkarkan tanganku pada lehernya dan
bibir kami mulai saling mendekat hingga bertemu.
Aku mengeluarkan lidah menjilati bibirnya, dia juga ikut mengeluarkan
lidahnya membalas perbuatanku. Lidah kami menari-nari dalam mulut
pasangan masing-masing. Tangannya yang lembut membelai
punggungku menimbulkan sensasi geli yang nikmat. Demikian pula
halnya tanganku turut mengelus punggungnya, sementara tangan
kananku meremas payudaranya sambil memilin-milin putingnya, puting
itu makin mengeras karena terus kumain-mainkan. Tanpa melepas
ciuman, kudorong tubuhku de depan sehingga menindihnya. Ciuman
kami semakin hot seiring dengan gairah yang makin membara dalam
diri kami. Suara-suara kecupan bercampur dengan erangan tertahan
dan nafas kami yang makin menderu.
Tiba-tiba Ratna mendorong tubuhku dan berguling ke samping, kini
posisi kami bertukar menjadi dia yang menindihku. Tangannya dengan
sigap membuka sabukku dan memerosotkan celanaku berserta celana
dalam dibaliknya. Aku turut menggerakkan kakiku membantu celana
itu lepas dari tubuhku. Ratna melemparkan celana dan celana dalamku
ke kursi rias yang tak jauh dari sini. Kembali dia menindihku hingga
payudara kami saling menghimpit. Setengah menit kami berpelukan
erat dengan mata saling tatap, kemudian kurasakan suatu gesekan
pada bibir vaginaku yang membuatku mendesah secara refleks.
Ternyata Ratna mengelus vaginaku dengan pahanya. Aku membuka
pahaku lebih lebar agar klitorisku juga merasakan belaian lembut itu.
Gesekan itu membuatku menggelinjang, belum lagi sekarang Ratna
sudah mulai menciumi telingaku. Hembusan nafas ditambah permainan
lidahnya pada lubang dan daun telingaku menghanyutkanku lebih
dalam.
"Eemmhh.. Nana.. Mm!" desahku dengan mata terpejam.
"Servis gua ok kan" katanya berbisik di telingaku.
Ciumannya merambat turun ke leherku, ssrr.. Lidahnya menyapu telak
leher jenjangku disusul gigitan pelan dan cupangan yang dilakukannya
dengan lembut dan mesra. Tangan kirinya menangkap payudaraku dan
meremasnya lembut, jari-jarinya yang lentik menyentil-nyentil
putingku hingga membuatnya makin tegang. Dari leher mulutnya turun
lagi ke dadaku, lidahnya menjilati putingku yang kanan sementara
tangan kirinya tetap memijat payudara kiriku.
"Terus Na.. Give me more!" kataku sambil menekan kepalanya karena
tidak puas hanya dengan dijilati saja.
Tubuhku bergetar hebat merasakan payudaraku dikenyot dan diremas
olehnya.
Tangan kanannya kini bercokol di kemaluanku menggantikan pahanya,
jarinya membelai lembut diantara kerimbunan bulu-bulu kemaluanku.
Dua jari lainnya masuk ke dalam dan mengelus-elus dinding vaginaku
sekaligus mencari klitorisku. Ketika menemukan titik rangsangan itu,
semakin gencarlah dia memainkan benda itu sehingga tubuhku makin
tak terkendali dengan mendesah dan menggeliat-geliat. Butir-butir
keringat seperti embun sudah membasahi dahiku dan wajahku makin
merah menandakan betapa terangsangnya aku. Kugerakkan tanganku
ke bawah meraih payudaranya dan meremasinya sebagai respon
perbuatannya.
Jilatan Ratna turun lagi ke pusar yang dia jilati sebentar membuatku
tertawa kecil karena geli, kemudian turun lagi mencapai vaginaku.
Diperhatikannya sejenak kemaluanku sambil mengelus bulunya yang
lebat. Kedua jarinya membuka bibir vaginaku sehingga udara dingin
dari AC menerpanya. Darahku makin bergolak ketika dia mulai
membenamkan wajahnya ke daerah itu. Aahh.. Desisku begitu lidahnya
menyentuh bibir vaginaku.
"Na.. Eenngghh.. Di situ.. Terus!" aku menggeliat merasakan lidah
Ratna bergerak liar seperti ular merangsang setiap titik peka pada
vaginaku. Sebagai seorang wanita, dia tahu betul bagaimana
memanjakan tubuh wanita secara seksual.
Aku sungguh menikmati permainan oralnya. Kedua pahaku merapat
mengapit kepalanya menahan rasa geli. Otomatis pinggulku ikut
bergoyang akibat rangsangan itu, Ratna memegangi pinggulku untuk
menahan guncangan agar tak terlalu keras. Birahiku pun makin
memuncak yang berakibat tubuhku menggelinjang hebat. Akhirnya
sebuah erangan panjang menandai orgasmeku, tubuhku mengejang
dengan tangan kiri meremas payudaraku sendiri dan tangan kananku
menekan kepalanya lebih terbenam lagi di selangkanganku. Aku
merasakan vaginaku dihisap-hisap kuat olehnya, melahap setiap tetes
cairan yang terus mengalir dari sana.
"Oohh.. Nana.. Bitch.. Aahh.. Akh!" erangku dengan mata merem-melek
sambil meremas rambutnya.
Lalu Ratna pun mengangkat wajahnya dan kembali naik ke tubuhku,
pada mulutnya yang belepotan cairan kewanitaanku itu tersungging
sebuah senyum.
"Love it?" tanyanya dekat wajahku.
Aku cuma mengangguk dengan nafas masih kacau. Diciumnya bibirku
dan kubalas dengan tak kalah bernafsu. Aroma vaginaku masih terasa
tajam pada mulutnya, kami ber-French kiss sambil menikmati sisa-
sisa cairan kemaluanku.
Setelah tenagaku terkumpul aku mencoba membalikkan tubuhnya
hingga dia telentang di sebelahku. Kubelai rambut dan wajahnya
sambil mendekatkan wajahku padanya. Putingnya yang terjepit
diantara jariku kupencet dan kuplintir menyebabkan dia mendesah,
saat itulah aku mencium bibirnya yang terbuka. Lidahnya kukulum
dalam mulutku sambil menggerayangi payudaranya. Ratna menggeliat-
geliat saat lehernya merasakan jilatan dan cupanganku, di saat yang
sama tanganku sibuk memilin-milin kedua putingnya yang sudah
keras. Dalam keadaan birahi tinggi seperti itu secara tidak sengaja,
tangannya yang tadinya cuma mengelus punggung, tiba-tiba
mencakarku.
"Aduh-duh.. Hati-hati dong Na, sakit tau, udah tau kuku panjang
gitu!" protesku.
"Eehh.. Sory Ci, sory banget, habis lagi tegangan tinggi sih, cuma
lecet dikit kan nggak akan berbekas!"
"Awas ya, gua bales nih!" puting kanannya kugigit agak keras sambil
meremas payudaranya.
"Aakkhh.. Ci.. Pelan-pelan!" erangnya dengan tubuh mengejang.
Erangannya justru membuatku makin bergairah mengenyot kedua
payudaranya secara bergantian. Selanjutnya aku mulai melakukan
mandi kucing terhadapnya. Leher dan pundaknya kusapu dengan lidah,
kedua tangannya kurentangkan ke atas sehingga aku bisa menjilati
ketiaknya yang bebas bulu.
"Oohh.. Ampun Ci.. Geli..!" desahnya bercampur tawa kegelian,
tubuhnya pun terhentak-hentak.
Aku terus menjilati ke bagian dada, perut, hingga sampai pada
kemaluannya. Bulu-bulunya agak jarang, tidak selebat milikku, serta
bentuknya dicukur rapih. Tanpa buang waktu lagi aku langsung
menjilati belahannya dan menggesek-gesek klitorisnya dengan jariku,
perbuatanku ini spontan membuatnya menggelinjang hebat.
"Aahh.. Gila.. Uuhh.. Uhh.. Disitu enak Ci!" demikian desah Ratna.
Lidahku menyusup lebih dalam menjilati dinding kemaluan dan
klitorisnya, semakin kujilat semakin basah daerah itu. Klitorisnya
kutangkap dengan mulut dan kuhisap sehingga pemiliknya makin
berkelejotan tak karuan.
"Ci.. Citra, udah.. Gua keluar!" erangnya lebih panjang seiring dengan
mengejangnya tubuhnya.
Cairan yang keluar dari kemaluannya semakin banyak serta merta
kujilati dengan nikmat.
Ratna kembali melemas sementara aku masih saja menjilati tubuhnya
sampai 2-3 menit ke depan. Akhirnya kamipun tergolek bersebelahan,
beristirahat sejenak dengan obrolan dan canda ringan. Tiba-tiba HP
Ratna berbunyi.
"Iya-iya, ntar lagi kita berangkat kok.. Udah Citra dah datang dari tadi,
tunggu ya!" kata Ratna menjawab HP-nya.
"Verna tuh, udah ngomel-ngomel, yuk siap-siap!" katanya lagi setelah
menutup HP.
Kamipun bangun menuju kamar mandi untuk membersihkan tubuh
dengan handuk basah. Ratna berdandan dengan terburu-buru sampai
hampir lupa meresleting bajunya.
"Ya ampun Na, dari tadi pintu nggak dikunci yah, gimana kalo ada
yang kesini?" seruku ketika mau membuka pintu.
"Ups, lupa.. Heheh.. Rasanya sih nggak, cuma ada nyokap di bawah,
untung si Vina (adiknya) lagi keluar, yuk let's go!" dia menarik
lenganku dan melangkah ke bawah dengan cepat.
Setelah pamitan pada mamanya, kamipun berangkat untuk menikmati
hiburan malam.

Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda

0 komentar:

Posting Komentar

Silahkan komentar tapi dilarang yang berbau sara dan provokativ.