Rabu, 18 Maret 2015

Andani citra 5 : Kejutan Untuk Teman-temanku

Kejutan Untuk Teman-temanku
Hari itu adalah hari Minggu sebulan setelah peristiwaku di vila
bersama Pak Imam dan Muklas (baca: Akibat Berenang Bugil), selama
ini aku belum ke sana lagi akibat kesibukan kuliahku. Hari Minggu itu
aku pergi ke sana untuk refreshing seperti biasa karena Seninnya
tanggal merah atau libur. Kali ini aku tidak sendiri tapi bersama 2
orang teman cewekku yaitu Verna dan Indah, kami semua adalah teman
akrab di kampus, sebenarnya geng kami ini ada 4 orang, satu lagi si
Ratna yang hari ini tidak bisa ikut karena ada acara dengan
keluarganya.
Kami sama-sama terbuka tentang seks dan sama-sama penggemar
seks, Verna dikaruniai tubuh tinggi semampai dengan buah dada yang
bulat montok yang membuat pikiran kotor para cowok melayang-
layang, beruntunglah mereka karena Verna tidak sulit diajak 'naik
ranjang' karena dia sudah ketagihan seks sejak SMP. Sedangkan Indah
mempunyai wajah yang imut dengan rambut panjang yang indah,
bodynya pun tidak kalah dari Verna walaupun payudaranya lebih kecil,
namun dibalik wajah imutnya ternyata Indah termasuk cewek yang lihai
memanfaatkan cowok, sudah berkali-kali dia ganti pacar gara-gara
sifat materenya. Sedangkan aku sendiri sepertinya kalian sudah
tahulah cewek seperti apa aku ini dari cerita-ceritaku dulu.
Baiklah, sekarang kita kembali ke kejadian hari itu yang rencananya
mau mengadakan orgy party setelah sekian lama otak kami dijejali
bahan-bahan kuliah dan urusan sehari-hari. Waktu itu Verna protes
karena aku tidak memperbolehkannya mengajak teman-teman cowok
yang biasa diajak, begitu juga Indah yang ikut mendukung Verna
karena pacarnya juga tidak boleh diajak.
"Emangnya lu ngundang siapa aja sih Ci, masa si Chevy aja ga boleh
ikutan?" kata Indah.
"Iya nih, emangnya kita mau pesta lesbian apa, wah gua kan cewek
normal nih" timpal Verna.
"Udahlah, lu orang tenang aja, cowok-cowoknya nanti nyusul,
pokoknya yang kali ini surprise deh! dijamin kalian puas sampe ga
bisa bangun lagi deh".
Aku ingin sedikit membuat kejutan agar acara kali ini lain dari yang
lain, karena itulah aku merahasiakan siapa pejantannya yang tidak lain
adalah penjaga vilaku dan vila tetanggaku, Pak Imam dan Muklas.
Kemarinnya aku memang sudah mengabari Pak Imam lewat telepon
bahwa aku besok akan ke sana dengan teman-temanku yang pernah
kujanjikan pada mereka dulu. Pak Imam tentu antusias sekali dengan
acara kali ini, kami telah mengatur skenario acaranya agar seru.
Beberapa jam kemudian kami sampai di villaku, Pak Imam seperti biasa
membukakan pintu garasi, bola matanya melihat jelalatan pada kami
terutama Verna yang hari itu pakaiannya seksi berupa sebuah tank top
merah berdada rendah dengan rok mini. Dia kusuruh keluar dulu
sampai aku memberi syarat padanya, dia menunggunya di villa
tetangga yang tidak lain vila yang dijaga si Muklas. Setelah
membereskan barang bawaan, kami menyantap makan siang, lalu
ngobrol-ngobrol dan istirahat. Indah yang daritadi kelihatan letih
terlelap lebih dulu. Kami bangun sore hari sekitar jam 4 sore.
"Eh.. sambil nunggu cowok-cowoknya mendingan kita berenang dulu
yuk" ajakku pada mereka.
Aku melepaskan semua bajuku tanpa tersisa dan berjalan ke arah
kolam dengan santainya.
"Wei.. gila lo Ci, masa mau berenang ga pake apa-apa gitu, kalo
keliatan orang gimana?" tegur Indah.
"Iya Ci, lagian kan kalo si tua Imam itu dateng gimana tuh" sambung
Verna.
"Yah kalian, katanya mo party, masa berenang bugil aja ga berani,
tenang aja Pak Imam udah gua suruh jangan ke sini sampai kita
pulang nanti" bujukku sambil menarik tangan Verna.
Di tepi kolam mereka masih agak ragu melepas pakaiannya, alasannya
takut kepergok tetangga, setelah kutantang Verna baru mulai berani
melepas satu demi satu yang melekat di tubuhnya, aku membantu
Indah yang masih agak malu mempreteli pakaiannya. Akhirnya kami
bertiga nyebur ke kolam tanpa memakai apapun.
Perlahan-lahan rasa risih mereka pun mulai berkurang, kami tertawa-
tawa, main siram-siraman air, dan balapan renang kesana kemari
dengan bebasnya. Mungkin seperti inilah kira-kira gambaran tempat
pemandian di istana haremnya para raja. Sesudah agak lama bermain
di air aku naik ke atas dan mengelap tubuhku yang basah, lalu
membalut tubuhku dengan kimono.
"Ci, sekalian ambilin kita minum yah" pinta Verna.
Akupun berjalan ke dalam dan meminum segelas air.
"Ok, it's the showtime" gumamku dalam hati, inilah saat yang tepat
untuk menjalankan skenario ini. Aku segera menelepon vila sebelah
menyuruh Pak Imam dan Muklas segera kesini karena pesta akan
segera dimulai.
"Iya neng, kita segera ke sana" sahut Muklas sambil menutup gagang
telepon.
Hanya dalam hitungan menit mereka sudah nampak di pekarangan
depan vilaku. Aku yang sudah menunggu membukakan pintu untuk
mereka.
"Wah udah ga sabaran nih, daritadi cuma ngintipin neng sama temen-
temen neng dari loteng" kata Pak Imam.
"Pokoknya yang rambutnya dikuncir itu buat saya dulu yah neng" ujar
Muklas merujuk pada Indah.
"Iya tenang, sabar, Pokoknya semua kebagian, ok" kataku "yang
penting sekarang surprise buat mereka dulu".
Setelah beberapa saat berbicara kasak-kusuk, akhirnya operasipun
siap dilaksanakan. Pertama-tama dimulai dari Verna. Aku berjalan ke
arah kolam membawakan mereka dua gelas air, disana Indah sedang
tiduran di kursi santai tanpa busana, sementara Verna masih berendam
di air.
"Ver, lu bisa ke kamar gua sebentar ga, gua mo minta tolong dikit nih"
pintaku padanya.
"Lu lap badan dulu gih, gua tunggu di sana".
Aku masuk ke dalam terlebih dahulu dan duduk di pingir ranjang
menunggunya. Di balik pintu itu Pak Imam dan Muklas yang sudah
kusuruh bugil telah siap memangsa temanku itu, kemaluan mereka
sudah mengeras dan berdiri tegak seperti pedang yang terhunus. Tak
lama kemudian Verna memasuki kamarku sambil mengelap rambutnya
yang masih basah.
"Kenapa Ci, ada perlu apa emang?" tanyanya.
"Ngga, cuma mau ngasih surprise dikit kok" jawabku dengan
menyeringai dan memberi aba-aba pada mereka.
Sebelum Verna sempat membalikkan badan, sepasang lengan hitam
sudah memeluknya dari belakang dan tangan yang satunya dengan
sigap membekap mulutnya agar tidak berteriak. Verna yang terkejut
tentu saja meronta-ronta, namun pemberontakan itu justru makin
membakar nafsu kedua orang itu.
Pak Imam dengan gemas meremas payudara kirinya dan memilin-milin
putingnya. Si Muklas berhasil menangkap kedua pergelangan kakinya
yang menendang-nendang. Dibentangkannya kedua tungkai itu, lalu
dia berjongkok dengan wajah tepat di hadapan kemaluan Verna.
"Wah jembutnya lebat juga yah, kaya si neng" komentar Muklas sambil
menyentuhkan lidahnya ke liang vagina Verna, diperlakukan seperti itu
Verna cuma bisa merem melek dan mengeluarkan desahan tertahan
karena bekapan Pak Imam begitu kokoh.
"Hei, jangan rakus dong Tar, dia kan buat Pak Imam, tuh jatahlu masih
nunggu di luar sana" kataku padanya.
Mengingat kembali sasarannya semula, Muklas menurunkan kembali
kaki Verna dan bergegas menuju ke kolam.
"Jangan terlalu kasar yah ke dia, bisa-bisa pingsan gara-gara lu"
godaku.
Setelah Muklas keluar tinggallah kami bertiga di kamarku. Pak Imam
langsung menghempaskan dirinya bersama Verna ke ranjang spring
bed-ku. Tak berapa lama terdengarlah jeritan Indah dari kolam, aku
melihat dari jendela kamarku apa yang terjadi antara mereka. Indah
terpelanting dari kursi santai dan berusaha melepaskan diri dari
Muklas. Dia berhasil berdiri dan mendapat kesempatan menghindar,
tapi kalah cepat dari Muklas, tukang kebun itu berhasil mendekapnya
dari belakang lalu mengangkat badannya.
"Jangan.. tolong!" jeritnya sambil meronta-ronta dalam gendongan
Muklas.
Muklas dengan santai membawa Indah ke tepi kolam, lalu dilemparnya
ke air, setelah itu dia ikutan nyebur. Dia air Indah terus berontak saat
Muklas menggerayangi tubuhnya dalam himpitannya. Sekuat apapun
Indah tentu saja bukan tandingan Muklas yang sudah kesurupan itu.
Perlawanan Indah mengendur setelah Muklas mendesaknya di sudut
kolam, riak di kolam juga mulai berkurang. Tidak terlalu jelas detilnya
Muklas menggerayangi tubuh Indah, tapi aku dapat melihat Muklas
memeluk erat Indah sambil melumat bibirnya.
Kutinggalkan mereka menikmati saat-saat nikmatnya untuk kembali
lagi pada situasi di kamarku. Aku lalu menghampiri Pak Imam dan
Verna untuk bergabung dalam kenikmatan ini. Sama seperti Indah,
Verna juga menjerit-jerit, namun jeritannya juga pelan-pelan berubah
menjadi erangan nikmat akibat rangsangan-rangsangan yang dilakukan
Pak Imam. Waktu aku menghampiri mereka Pak Imam sedang menjilati
paha mulus Verna sambil kedua tangannya masing-masing bergerilya
pada payudara dan kemaluan Verna.
"Aduh Ci.. tega-teganya lu nyerahin kita ke orang-orang kaya gini..
ahh!" kata Verna ditengah desahannya.
"Tenang Ver, ini baru namanya surprise, sekali kali coba produk
kampung dong" kataku seraya melumat bibirnya.
Aku berpagutan dengan Verna beberapa menit lamanya. Jilatan Pak
Imam mulai merambat naik hingga dia melumat dan meremas payudara
Verna secara bergantian, sementara tangannya masih saja mengobok-
obok vaginanya. Desahan Verna tertahan karena sedang berciuman
denganku, tubuhnya menggeliat-geliat merasakan nikmat yang tiada
tara.
"Hhhmmhh.. tetek Neng Verna ini gede juga ya, lebih gede dari punya
Neng" kata Pak Imam disela aktivitasnya.
Memang sih diantara kami bereempat, payudara Verna termasuk yang
paling montok. Menurut pengakuannya, cowok-cowok yang pernah ML
dengannya paling tergila-gila mengeyot benda itu atau mengocok
penis mereka diantara himpitannya. Pak Imam pun tidak terkecuali, dia
dengan gemas mengemut susunya, seluruh susu kanan Verna ditelan
olehnya.
Puas menetek pada Verna, Pak Imam bersiap memasuki vagina Verna
dengan penisnya. Kulihat dalam posisinya diantara kedua belah paha
Verna dia memegang penisnya untuk diarahkan ke liang itu.
"Ouch.. sakit Ver, duh kasar banget sih babu lu" Verna meringis dan
mencengkram lenganku waktu penis super Pak Imam mendorong-
dorongkan penisnya dengan bernafsu.
"Tahan Ver, ntar juga lu keenakan kok, pokoknya enjoy aja" kataku
sambil meremasi kedua payudaranya yang sudah basah dan merah
akibat disedot Pak Imam.
Pak Imam menyodokkan penisnya dengan keras sehingga Verna pun
tidak bisa menahan jeritannya, Verna kelihatan mau menangis nampak
dari matanya yang sedikit berair.Pak Imam mulai menggarap Verna
dengan genjotannya. Aku merasakan tangan Verna menyelinap ke
bawah kimonoku menuju selangkangan, eennghh..aku mendesah
merasakan jari-jari Verna menggerayangi kemaluanku.
Aku lalu naik ke wajah Verna berhadapan dengan Pak Imam yang
sedang menggenjotnya. Verna langsung menjilati kemaluanku dan Pak
Imam menarik tali pinggang kimonoku sehingga tubuhku tersingkap.
Dengan terus menyodoki Verna, dia meraih payudaraku yang kiri,
mula-mula dibelainya dengan lembut tapi lama-lama tangannya
semakin keras mencengkramnya sampai aku meringis menahan sakit.
Dia juga menyorongkan kepalanya berusaha mencaplok payudara yang
satunya. Aku yang mengerti apa maunya segera mencondongkan
badanku ke depan sehingga dadaku pun makin membusung indah.
Ternyata dia tidak langsung mencaplok payudaraku, tetapi hanya
menjulurkan lidahnya untuk menjilati putingku menyebabkan benda itu
makin mengeras saja. Aku merasakan sensasi yang luar biasa, geli
bercampur nikmat. Sapuan-sapuan lidah Verna pada vaginaku
membuat daerah itu semakin becek, bukan cuma itu saja Verna juga
mengorek-ngoreknya dengan jarinya.
Aku mendesah tak karuan merasakan jilatan dan sedotan pada klistoris
dan putingku. Ciuman Pak Imam merambat naik dari dadaku hingga
hinggap di bibirku, kami berciuman dengan penuh nafsu. Tidak
kuhiraukan nafasnya yang bau rokok, lidah kami beradu dengan liar
sampai ludah kami bercampur baur.
"Aahh.. oohh.. gua dah mau.. Pak!" erang Verna bersamaan dengan
tubuhnya yang mengejang dan membusur ke atas.
Melihat reaksi Verna, Pak Imam semakin memperdahsyat sodokannya
dan semakin ganas meremas dadanya. Aku sendiri tidak merasa akan
segera menyusul Verna, dibawah sana seperti mau meledak rasanya.
Dalam waktu yang hampir bersamaan aku dan Verna mencapai klimaks,
tubuh kami mengejang hebat dan cairan kewanitaanku tumpah ke
wajah Verna. Erangan kami memenuhi kamar ini membuat Pak Imam
semakin liar.
Setelah aku ambruk ke samping, Pak Imam menindih Verna dan mulai
menciuminya, dijilatinya cairan cintaku yang blepotan di sekitar mulut
Verna, tangannya tak henti-hentinya menggerayangi payudara montok
itu, seolah-oleh tak ingin lepas darinya.
"Hhmmpphh.. sluurrpp.. cup.. cup.." demikian bunyinya saat mereka
bercipokan, lidah mereka saling membelit dan bermain di rongga mulut
masing-masing. Pak Imam cukup pengertian akan kondisi Verna yang
mulai kepayahan, jadi setelah puas berciuman dia membiarkannya
memulihkan tenaga dulu. Dan kini disambarnya tubuhku, padahal
gairahku baru naik setengahnya setelah orgasme barusan. Tubuhku
yang dalam posisi tengkurap diangkatnya pada bagian pinggul
sehingga menungging. Dia membuka lebar bibir vaginaku dan
menyentuhkan kepala penisnya disitu. Benda itu pelan-pelan
mendesak masuk ke vaginaku. Aku mendesah sambil meremas-remas
sprei menghayati proses pencoblosan itu.
Permainan Pak Imam sungguh membuatku terhanyut, dia memulainya
dengan genjotan-genjotan pelan, tapi lama-kelamaan sodokannya
terasa makin keras dan kasar sampai tubuhku berguncang dengan
hebatnya. Aku meraih tangannya untuk meremasi payudaraku yang
berayun-ayun. Tiba-tiba suara desahan Verna terdengar lagi menjari
sahut menyahut dengan desahanku. Gila, penjaga vilaku ini mengerjai
kami berdua dalam waktu bersamaan, bedanya aku dikocok dengan
penis sedangkan Verna dikocok dengan jari-jarinya. Verna membuka
pahanya lebih lebar lagi agar jari-jari Pak Imam bermain lebih leluasa.
"Aduhh.. aahh.. gila Ver.. enak banget!" ceracauku sambil merem-
melek.
"Oohh.. terus Pak.. kocok terus" Verna terus mendesah dan meremas-
remas dadanya sendiri, wajahnya sudah memerah saking
terangsangnya.
"Yak.. dikit lagi.. aahh.. Pak.. udah mau" aku mempercepat iramaku
karena merasa sudah hampir klimaks.
"Neng Citra.. Neng Verna.. bapak juga.. mau keluar.. eerrhh" geramnya
dengan mempercepat gerakkannya.
Penis itu terasa menyodok semakin dalam bahkan sepertinya
menyentuh dasar rahimku. Sebuah rintihan panjang menandai
orgasmeku, tubuhku berkelejotan seperti kesetrum. Kemudian dia
lepaskan penisnya dari vaginaku dan berdiri di ranjang. Disuruhnya
Verna berlutut dan mengoral penisnya yang berlumuran cairan cintaku.
Verna berlutut mengemut penis basah itu sambil tangan kanannya
mengocok vaginanya sendiri yang tanggung belum tuntas. Aku bangkit
perlahan dan ikut bergabung dengan Verna menikmati penis Pak Imam.
Verna mengemut batangnya, aku mengemut buah zakarnya, kami
saling berbagi menikmati 'sosis' itu.
Di tengah kulumannya mendadak Verna merintih tertahan, tubuhnya
seperti menggigil, dan kulihat ke bawah ternyata dari vaginanya
mengucur cairan bening hasil masturbasinya sendiri. Disusul beberapa
detik kemudian, Pak Imam mencabut penisnya dari mulutku lalu
mengerang panjang. Cairan kental berbau khas memancar dengan
derasnya membasahi wajah kami. Kami berebutan menelan cairan itu,
penis itu kupompa dalam genggamanku agar semuanya keluar, nampak
pemiliknya mendesah-desah dan kelabakan
"Sabar, sabar dong neng, bisa putus kontol bapak kalo rebutan gini"
katanya terbata-bata.
Setelah tidak ada yang keluar lagi Verna menjilati sisanya di wajahku,
demikian pula sebaliknya. Mereka berdua akhirnya ambruk kecapaian,
wajah Pak Imam jatuh tepat di dada Verna.
Saat mereka ambruk, sebaliknya gairahku mulai timbul lagi. Maka
kutinggalkan mereka untuk melihat keadaan Indah dan Muklas. Aku
tiba di kolam melihat Muklas sedang menggarap tubuh mungil Indah.
Di daerah dangkal Indah dalam posisi berpegangan pada tangga kolam,
Muklas dari bawahnya juga dalam posisi berdiri sedang asyik
menggenjot penisnya pada vagina Indah. Kedua payudara Indah
bergoyang naik turun seirama goyang tubuhnya. Pasti adegan ini
membuat para cowok di kampusku sirik pada Muklas yang buruk rupa
tapi bisa ngentot dengan gadis seimut itu.
"Belum selesai juga lu orang, udah berapa ronde nih?" sapaku.
"Edan Ci.. gua sampe klimaks tiga kali.. aahh!" desah Indah tak
karuan.
"Neng.. temennya enak banget, udah cantik, memeknya seret lagi"
komentar Muklas sambil terus menggenjot.
Indah tak kuasa menahan rintihannya setiap Muklas menusukkan
penisnya, tubuhnya bergetar hebat akibat tarikan dan dorongan penis
penjaga vila itu pada kemaluannya. Kepala Muklas menyelinap lewat
ketiak sebelah kirinya lalu mulutnya mencaplok buah dadanya. Pinggul
Indah naik turun berkali kali mengikuti gerakan Muklas. Jeritannya
makin menjadi-jadi hingga akhirnya satu lenguhan panjang
membuatnya terlarut dalam orgasme, beberapa saat tubuhnya
menegang sebelum akhirnya terkulai lemas di tangga kolam. Setelah
menaklukkan Indah, Muklas memanggilku yang mengelus-ngelus
kemaluanku sendiri menonton adegan mereka.
"Sini neng, mendingan dipuasin pake kontol saya aja daripada ngocok
sendiri" .
Akupun turun ke air yang merendam sebatas lutut kami, disambutnya
aku dengan pelukannya, tangannya mengelusi punggungku terus turun
hingga meremas bongkahan pantatku. Sementara tanganku juga turun
meraih kemaluannya.
"Gila nih kontol, masih keras juga..udah keluar berapa kali tadi?"
tanyaku waktu menggenggam batangnya yang masih 'lapar' itu.
"Baru sekali tadi.. abis saya masih nungguin neng sih" godanya
saambil nyengir.
Kemudian diangkatnya badanku dengan posisi kakiku dipinggangnya,
aku melingkarkan tangan pada lehernya agar tidak jatuh. Diletakkannya
aku pada lantai di tepi kolam, disebelah Indah yang terkapar, dia
merapatkan badannya diantara kedua kakiku yang tergantung.
Dia mulai menciumiku dari telinga, lidah itu menelusuri belakang
telingaku juga bermain-main di lubangnya. Dengusan nafas dan
lidahnya membuatku merasa geli dan menggeliat-geliat. Mulutnya
berpindah melumat bibirku dengan ganas, lidahnya menyapu langit-
langit mulutku, kurespon dengan mengulum lidahnya. Tanganku
meraba-raba kebawah mencari kemaluannya karena birahiku telah
demikian tingginya, tak sabar lagi untuk dientot. Ketika kuraih benda
itu kutuntun memasuki kemaluanku, tangan kanan Muklas ikut
menuntun senjatanya menembaki sasaran. Saat kepala penisnya
menyentuh bibir kemaluanku, dia menekannya ke dalam, mulutku
menggumam tertahan karena sedang berciuman dengannya. Ciuman
kami baru terlepas disertai jeritan kecil ketika Muklas mengehentakkan
pinggulnya hingga penisnya tertanam semua dalam vaginaku.
Pinggulnya bergerak cepat diantara kedua pahaku sementara mulutnya
mencupangi pundak dan leher jenjangku. Aku hanya bisa
menengadahkan kepala menatap langit dan mendesah sejadi-jadinya.
Kalau dibandingkan dengan Pak Imam, memang sodokan Muklas lebih
mantap selain karena usianya masih 30-an, badannya juga lebih berisi
daripada Pak Imam yang tinggi kurus seperti Datuk Maringgih itu. Di
tengah badai kenikmatan itu sekonyong-konyong aku melihat sesuatu
yang bergerak-gerak di jendela kamarku. Kufokuskan pandanganku
dan astaga.. ternyata si Verna, dia sedang disetubuhi dari belakang
dengan posisi menghadap jendela, tubuhnya terlonjak-lonjak dan
terdorong ke depan sampai payudaranya menempel pada kaca jendela,
mulutnya tampak mengap-mengap atau terkadang meringis, sungguh
suatu pemandangan yang erotis. Adegan itu ditambah serangan
Muklas yang makin gencar membuatku makin tak terkontrol, pelukanku
semakin erat sehingga dadaku tertekan di dadanya, kedua kakiku
menggelepar-gelepar menepuk permukaan air. Aku merasa detik-detik
orgasme sudah dekat, maka kuberitahu dia tentang hal ini. Muklas
memintaku bertahan sebentar lagi karena dia juga sudah mau keluar.
Susah payah aku bertahan agar bisa klimaks bersama, setelah
kurasakan ada cairan hangat menyemprot di rahimku, akupun melepas
sesuatu yang daritadi ditahan-tahan. Perasaan itu mengalir dengan
deras di sekujur tubuhku, otot-ototku mengejang, tak terasa kukuku
menggores punggungnya. Beberapa detik kemudian badanku terkulai
lemas seolah mati rasa, begitu juga Muklas yang jatuh bersandar di
pinggir kolam. Aku berbaring di pinggir kolam di atas lantai marmer,
kedua payudaraku nampak bergerak naik turun seiring desah nafasku.
Kugerakkan mataku, di jendela Verna dan Pak Imam sudah tak nampak
lagi, di sisi lain Indah yang sudah pulih merendam dirinya di air
dangkal untuk membasuh tubuhnya.
Kami beristirahat sebentar, bahkan beberapa diantara kami tertidur.
Pesta dimulai lagi sekitar pukul 8 malam setelah makan. Kami
mengadakan permainan gila, ceritanya kami bertiga bermain poker
dengan taruhan yang kalah paling awal harus rela dikeroyok kedua
penjaga villa itu dan diabadikan dalam video klip dengan HP Nokia
model terbaru milik Verna, filenya akan disimpan dalam komputer
Verna untuk koleksi dan tidak akan boleh dicopy atau dilihat orang
lain selain geng kami, mengingat kasus bokep Itenas. Kami duduk
melingkar di ranjang, Pak Imam dan Muklas kusuruh menjauh dan
kularang menyentuh siapapun sebelum ada yang kalah, mereka
menunggu hanya dengan memakai kolor, sambil sebentar-sebentar
mengocok anunya sendiri Aku mulai membagikan kartu dan permainan
dimulai. Suasana tegang menyelimuti kami bertiga, setelah akhirnya
Indah melempar kartunya yang buruk sambil menepuk jidatnya, dia
kalah. Kedua orang yang sudah tak sabar menunggu itu segera maju
mengeksekusi Indah.
Indah sempat berontak, tapi berhasil dilumpuhkan mereka dengan
dipegangi erat-erat dan digerayangi bagian-bagian sensitifnya. Muklas
menyusupkan tangannya ke kimono Indah meraih payudaranya yang
tak memakai apa-apa di baliknya. Pak Imam menyerang dari bawah
dengan merentangkan lebar-lebar kedua paha Indah dan langsung
membenamkan kepalanya pada kemaluannya yang terawat dan berbulu
lebat itu. Perlakuan ini membuat rontaan Indah terhenti, kini dia malah
mengelus-elus penis Muklas yang menegang sambil memejamkan
mata menikmati vaginanya dijilati Pak Imam dan dadanya diremas
Mulkas. Aku melihat lidah Pak Imam menjalar jari belahan bawah
hingga puncak kemaluan Indah, lalu disentil-sentilkan pada
klistorisnya. Indah tidak tahan lagi, dia merundukkan badan untuk
memasukkan penis Muklas ke mulutnya, benda itu dikulumnya dengan
rakus seperti sedang makan es krim. Event menarik itu tidak
dilewatkan Verna dengan kamera-HP nya.
Indah terengah-engah melayani penis super Muklas, sepertinya dia
sudah tidak peduli keadaan sekitarnya, rasa malunya hilang digantikan
dengan hasrat yang besar untuk menyelesaikan gairahnya. Dia
mempertunjukkan suatu live show yang panas seperti aktris bokep dan
Verna sebagai juru kameranya. Pak Imam yang baru saja melepaskan
kolornya menggesek-gesekkan benda itu pada bibir kemaluan Indah,
sebagai pemanasan sebelum memasukinya. Kemulusan tubuh Indah
terpampang begitu Muklas menarik lepas tali pinggang pada
kimononya, sesosok tubuh yang putih mulus serta terawat baik
diantara dua tubuh hitam dan kasar, sungguh perpaduan yang kontras
tapi menggairahkan. Pak Imam mempergencar rangsangannya dengan
menciumi batang kakinya mulai dari betis, tumit, hingga jari-jari
kakinya. Indah yang sudah kesurupan 'setan seks' itu jadi makin gila
dengan perlakuan seperti itu
"Ahh.. awww.. Pak enak banget.. masukin aja sekarang!" rintihnya
manja sambil meraih penis Pak Imam yang masih bergesekan dengan
bibir vaginanya.
Pak Imam pun mendorong penis itu membelah kedua belahan
kemaluan Indah diiringi desahan nikmat yang memenuhi kamar ini
sampai aku dibuat merinding mendengarnya. Aku mengeluarkan
payudara kiriku dari balik kimono dan meremasnya dengan tanganku,
tangan yang satu lagi turun menggesek-gesekkan jariku ke
kemaluanku, Verna yang juga sudah horny sesekali mengelus
kemaluannya sendiri. Indah nampak sangat liar, kemaluannya digenjot
dari depan, dan Muklas yang menopang tubuhnya dari belakang
meremasi kedua payudaranya serta memencet-mencet putingnya.
Rambutnya yang sudah terurai itu disibakkan Muklas, lalu melumat
leher dan pundaknya dengan jilatan dan gigitan ringan. Hal ini
menyebabkan Indah tambah menggelinjang dan mempercepat
kocokannya pada penis Muklas.
Serangan Pak Imam pada vagina Indah semakin cepat sehingga
tubuhnya menggelinjang hebat.
"Aaakhh..aahh!" jerit Indah dengan melengkungkan tubuhnya ke atas.
Indah telah mencapai orgasme hampir bersamaan dengan Pak Imam
yang menyemprotkan spermanya di dalam rahimnya. Adegan ini juga
direkam oleh Verna, difokuskan terutama pada wajah Indah yang
sedang orgasme. Tanpa memberi istirahat, Muklas menaikkan Indah ke
pangkuannya dengan posisi membelakangi. Kembali vagina Indah
dikocok oleh penis Muklas. Walaupun masih lemas dia mulai
menggoyangkan pantatnya mengikuti kocokan Muklas. Muklas yang
merasa keenakan hanya bisa mengerang sambil meremas pantat Indah
menikmati pijatan kemaluannya. Pak Imam mengistirahatkan penisnya
sambil menyusu dari kedua payudara Indah secara bergantian. Aku
semakin dalam mencucukkan jariku ke dalam vaginaku saking
terangsangnya, sampai-sampai cairanku mulai meleleh membasahi
selangkangan dan jari-jariku.
Bosan dengan gaya berpangkuan, Muklas berbaring telentang dan
membiarkan Indah bergoyang di atas penisnya. Kemudian dia
menyuruh Verna naik ke atas wajahnya agar bisa menikmati
kemaluannya. Verna yang daritadi sudah terangsang itu segera
melakukan apa yang disuruh tanpa ragu-ragu. Seluruh wajah Muklas
tertutup oleh daster transparan Verna, namun aku masih dapat melihat
dia dengan rakusnya melahap kemaluannya sambil menyusupkan
tangannya dari bawah daster menuju payudaranya. Pak Imam yang
anunya sudah mulai bangkit lagi menerkamku, kami berguling-guling
sambil berciuman penuh nafsu. Dengan tetap berciuman Pak Imam
memasukkan penisnya ke vaginaku, cairan yang melumuri
selangkanganku melancarkan penetrasinya. Dengan kecepatan tinggi
penisnya keluar masuk dalam vaginaku hingga aku histeris setiap
benda itu menghujam keras ke dalam. Aku cuma bisa pasrah di bawah
tindihannya membiarkan tangannya menggerayangi payudaraku,
mulutnya pun terus menjilati leherku. Aku masih memakai kimonoku,
hanya saja sudah tersingkap kesana kemari.
Aku melihat Muklas masih berasyik-masyuk dengan kedua temanku,
hanya kali ini Verna sudah bertukar posisi dengan Indah. Sekarang
mereka saling berhadapan, Verna bergoyang naik turun diatas penis
Muklas sambil berciuman dengan Indah yang mekangkangi wajah
Muklas. Indah membuka kakinya lebar-lebar sehingga cairannya
semakin mengalir, cairan itu diseruput dengan rakus oleh si Muklas
sampai terdengar suara sluurrpp.. sshhrrpp..Ketika aku sedang
menikmati orgasmeku yang hebat, dia tekan sepenuhnya penis itu ke
dalam dan ini membawa efek yang luar biasa padaku dalam
menghayati setiap detik klimaks tersebut, tubuhku menggelinjang dan
berteriak tak tentu arah sampai akhirnya melemas kembali. Pesta gila-
gilaan ini berakhir sekitar jam 11 malam. Aku sudah setengah sadar
ketika Pak Imam menumpahkan maninya di wajahku, tulang-tulangku
serasa berantakan. Indah sudah terkapar lebih dulu dengan tubuh
bersimbah peluh dan ceceran sperma di dadanya, dari pangkal pahanya
yang terbuka nampak cairan kewanitaan bercampur sperma yang
mengalir bak mata air.
Sebelum tak sadarkan diri aku masih sempat melihat Muklas
menyodomi Verna yang masih dalam gaun transparan yang sudah
berantakan, tubuh keduanya sudah mandi keringat. Karena letih dan
ngantuk aku pun segera tertidur tanpa kupedulikan jeritan histeris
Verna maupun tubuhku yang sudah lengket oleh sperma. Besok
paginya aku terbangun ketika jam sudah menunjukkan pukul setengah
sepuluh pagi dan aku hanya mendapati Indah yang masih terlelap di
sebelah kiriku. Kuguncang tubuh Indah untuk membangunkannya.
"Gimana Dah.. puas semalem?" tanyaku .
"Gila gua dientotin sampe kelenger, barbar banget tuh dua orang, eh..
omong-omong pada kemana yang lain si Verna juga ga ada?"
"Ga tau juga tuh gua juga baru bangun kok, duh lengket banget mandi
dulu yuk.. udah lengket gini" ajakku karena merasa tidak nyaman
dengan sperma kering terutama di wajahku, rasanya seperti ada sarang
laba-laba menempel di sana.
Baru saja keluar dari kamar, sayup-sayup sudah terdengar suara
desahan, kuikuti asal suara itu yang ternyata dari kamar mandi. Kami
berdua segera menuju ke kamar mandi yang pintunya setengah terbuka
itu, kami tengok ke dalam dan melihat Verna dan kedua penjaga villa
itu. Darahku berdesir melihat pemandangan erotis di depan kami,
dimana Verna sedang dikerjai oleh mereka di lantai kamar mandi.
Muklas sedang enak-enaknya mengocok senjatanya diantara kedua
gunung bulat itu, sedangkan Pak Imam berlutut diantara paha jenjang
itu sedang menyetubuhinya, air dan sabun membuat tubuh mereka
basah berkilauan. Kedatangan kami sepertinya tidak terlalu membuat
mereka terkejut, mereka malah menyapa kami sambil terus 'bekerja'.
Aku dengan tidak terlepas dari live show itu berjalan ke arah shower
dan membuka kimonoku diikuti Indah dari belakang. Air hangat
mengucur membasuh dan menyegarkan tubuh kami, kuambil sabun cair
dan menggosokkannya ke sekujur tubuh Indah. Demikian juga Indah
dia melakukan hal yang sama padaku, kami saling menyabuni satu
sama lain.
Kami saling mengelus bagian tubuh masing-masing, suatu ketika
ketika tanganku sampai ke bawah, iseng-iseng kubelai bibir
kemaluannya sekaligus mempermainkan klistorisnya.
"Uuhh.. Ci!" dia menjerit kecil dan mempererat pelukannya padaku
sehingga buah dada kami saling berhimpit.
Tangan Indah yang lembut juga mengelusi punggungku lalu mulai
turun ke bawah meremas bongkahan pantatku. Darahku pun mengalir
makin cepat ditambah lagi adegan panas Verna dengan kedua pria itu
membuatku makin naik. Indah mendekatkan wajahnya padaku dan
mencium bibirku yang terbuka karena sedang mendesah, selama
beberapa menit bibir kami berpagutan. Kemudian aku memutar
badanku membelakangi Indah supaya bisa lebih nyaman menonton
Verna.
Aku melihat wajah horny Verna yang cantik, dia meringis dan
mengerang menikmati tusukan Pak Imam pada vaginanya, sementara
Muklas hampir mencapai orgasmenya, dia semakin cepat menggesek-
gesekkan penisnya diantara gunung kembar itu, tangannya pun
semakin keras mencengkram daging kenyal itu sehingga pemiliknya
merintih kesakitan. Akhirnya menyemprotlah spermanya membasahi
dada, leher dan mulut Verna. Mataku tidak berkedip menyaksikan
semua itu sambil menikmati belaian Indah pada daerah sensitifku.
Dengan tangan kanannya dia memainkan payudaraku, putingnya
dipencet dan dipilin hingga makin menegang, tangan kirinya meraba-
raba selangkanganku. Perbuatan Indah yang mengobok-obok vaginaku
dengan jarinya itu hampir membuatku orgasme, sungguh sulit
dilukiskan dengan kata-kata betapa nikmatnya saat itu.
Aku masih menikmati jari-jari Indah bermain di vaginaku ketika Muklas
yang baru menyelesaikan hajatnya dengan Verna berjalan ke arahku,
penisnya agak menyusut karena baru orgasme. Jantungku berdetak
lebih kencang menunggu apa yang akan terjadi. Tangannya mendarat
di payudara kiriku dan meremasnya dengan lembut sambil sesekali
memelintirnya. Lalu dia membungkuk dan mengarahkan kepalanya ke
payudara kananku yang langsung dikenyotnya. Aku memejamkan mata
menghayati suasana itu dan mengeluarkan desahan menggoda. Lalu
aku merasakan kaki kananku diangkat dan sesuatu mendesak masuk ke
vaginaku. Sejenak kubuka mataku untuk melihat, dan ternyata yang
bertengger di vaginaku bukan lagi tangan Indah tapi penis Muklas
yang sudah bangkit lagi. Kembali aku disetubuhi dalam posisi berdiri
sambil digerayangi Indah dari belakang. Tubuhku seolah terbang
tinggi, wajahku menengadah dengan mata merem-melek merasakan
nikmat yang tak terkira.
Hampir satu jam lamanya kami melakukan orgy di kamar mandi.
Akhirnya setelah mandi bersih-bersih kami bertiga mencari udara segar
dengan berjalan-jalan di kompleks sekalian makan siang di sebuah
restoran di daerah itu. Setelah makan kami kembali ke vila dan
mengepak barang untuk kembali ke Jakarta. Indah dan Verna keluar
dari kamar terlebih dulu meninggalkanku yang masih membereskan
bawaanku yang lebih banyak. Cukup lama juga aku dikamar gara-gara
sibuk mencari alat charge HP-ku yang ternyata kutaruh di lemari meja
rias. Waktu aku menuju ke garasi terdengar suara desahan dan ya
ampun.. ternyata mereka sedang bermain 'short time' sambil
menungguku.
Indah yang celana panjang dan dalamnya sudah dipeloroti sedang
menungging dengan bersandar pada moncong mobil, Pak Imam
menyodokinya dari belakang sambil memegangi payudaranya yang
tidak terbuka. Sementara di pintu mobil, Verna berdiri bersandar
dengan baju dan rok tersingkap, paha kirinya bertumpu pada bahu
Muklas yang berjongkok di bawahnya. Celana dalamnya tidak dibuka,
Muklas menjilati kemaluannya hanya dengan menggeser pinggiran
celana dalamnya, tangannya turut bekerja meremasi payudara dan
pantatnya.
"Weleh.. weleh.. masih sempat-sempatnya lu orang, asal jangan
kelamaan aja, ntar kejebak macet kita" kataku sambil geleng-geleng
kepala.
"Tenang neng ga usah buru-buru, masih pagi kok, ini cuma sebentar
aja kok" tanggap Pak Imam dengan terengah-engah.
Akhirnya setelah 15 menitan Pak Imam melepas penisnya dan
memanggilku untuk bergabung dengan Indah menjilatinya. Aku tadinya
menolak karena tak ingin make upku luntur, tapi karena didesak terus
akhirnya aku berjongkok di sebelah Indah.
"Tapi kalo keluar lu yang isep ya Dah, ntar muka gua luntur" kataku
padanya yang hanya dijawab dengan anggukan kepala sambil
mengulum benda itu.
Sesuai perjanjian tidak lama kemudian Pak Imam menggeram dan
cepat-cepat kuberikan penis itu pada Indah yang segera memasukkan
ke mulutnya. Pria itu mendesah panjang sambil menekan penisnya ke
mulut Indah, Indah sendiri sedang menyedot sperma dari batang itu,
sepertinya yang keluar tidak banyak lagi soalnya Indah tidak terlalu
lama mengisapnya.
"Yuk cabut, udah ga haus lagi kan Dah?" ujar Verna yang sudah
merapikan kembali pakaiannya.
Kami naik ke mobil dan kembali ke kota kami dengan kenangan tak
terlupakan. Dalam perjalanan kami saling berbagi cerita dan kesan-
kesan dari pengalaman kemarin dan membicarakan rencana untuk
mengerjai si Ratna yang hari ini absen.

Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda

0 komentar:

Posting Komentar

Silahkan komentar tapi dilarang yang berbau sara dan provokativ.