Rabu, 18 Maret 2015

Andani citra 3 : Para Peronda Malam

Para Peronda Malam
Hai, aku kembali menceritakan pengalaman seksku. Sebelumnya saya
pernah menceritakan pengalamanku dalam kisah 'Tukang Air, Listrik,
dan Bangunan' dan 'Gairah Pengemis Buta'. Aku adalah seorang
mahasiswi yang memiliki nafsu seks yang cukup tinggi. Sejak
keperawananku hilang di SMA aku selalu ingin melakukannya lagi dan
lagi. Kalau dipikir-pikir, entah sudah berapa orang yang menikmati
tubuhku ini, sudah berapa penis yang pernah masuk ke vaginaku ini,
aku juga menikmati sekali nge-seks dengan orang yang belum pernah
aku kenal dan namanya pun belum aku tahu seperti para tukang yang
pernah aku ceritakan pada kisah terdahulu.
Nah ceritanya begini, aku baru saja pulang dari rumah temanku seusai
mengerjakan tugas kelompok salah satu mata kuliah. Tugas yang
benar-benar melelahkan itu akhirnya selesai juga hari itu. Ketika aku
meninggalkan rumah temanku langit sudah gelap, arlojiku
menunjukkan pukul 8 lebih. Yang kutakutkan adalah bensinku tinggal
sedikit sekali, padahal rumahku cukup jauh dari daerah ini lagipula aku
agak asing dengan daerah ini karena aku jarang berkunjung ke
temanku yang satu ini. Di perjalanan aku melihat sebuah pom bensin,
tapi harapanku langsung sirna karena begitu mau membelokkan
mobilku ternyata pom bensin itu sudah tutup, aku jadi kesal sampai
menggebrak setirku, terpaksa kuteruskan perjalanan sambil berharap
menemukan pom bensin yang masih buka atau segera sampai ke
rumah.
Ketika sedang berada di sebuah kompleks perumahan yang cukup sepi
dan gelap, tiba-tiba mobilku mulai kehilangan tenaga, aku agak panik
hingga kutepikan mobilku dan kucoba menstarternya, namun walupun
kucoba berulang-ulang tetap saja tidak berhasil, menyesal sekali aku
gara-gara tadi siang terlambat kuliah jadi aku tidak sempat mengisi
bensin terjebak tidak tahu harus bagaimana, kedua orang tuaku sedang
di luar kota, di rumah cuma ada pembantu yang tidak bisa diharapkan
bantuannya. Tidak jauh dari mobilku nampak sebuah pos ronda yang
lampunya menyala remang-remang. Aku segera turun dan menuju ke
sana untuk meminta bantuan, setibanya di sana aku melihat 5 orang di
sana sedang ngobrol-ngobrol, juga ada 2 motor diparkir di sana,
mereka adalah yang mendapat giliran ronda malam itu dan juga 2
tukang ojek.
"Ada apa Non, malam-malam begini? Nyasar ya?", tanya salah seorang
yang berpakaian hansip.
"Eeh.. itu Pak, Bapak tau nggak pom bensin yang paling dekat dari
sini tapi masih buka, soalnya mobil saya kehabisan bensin", kujawab
sambil menunjuk ke arah mobilku.
"Wah, kalo pom bensin jam segini sudah tutup semua Non, ada yang
buka terus tapi agak jauh dari sini", timpal seorang Bapak berkumis
tebal yang ternyata tukang ojek di daerah itu.
"Aduuhh.. gimana ya! Atau gini aja deh Pak, Bapak kan punya motor,
mau nggak Bapak beliin bensin buat saya, ntar saya bayar kok",
tawarku.
Untung mereka berbaik hati menyetujuinya, si Bapak yang berkumis
tebal itu mengambil jaketnya dan segera berangkat dengan motornya.
Tinggallah aku bersama 4 orang lainnya.
"Mari Non duduk dulu di sini sambil nunggu".
Seorang pemuda berumur kira-kira 18 tahunan menggeser duduknya
untuk memberiku tempat di kursi panjang itu. Seorang Bapak setengah
baya yang memakai sarung menawariku segelas air hangat, mereka
tampak ramah sekali sampai-sampai aku harus terus tersenyum dan
berterima kasih karena merasa merepotkan. Kami akhirnya ngobrol-
ngobrol dengan akrab, aku juga merasakan kalau mereka sedang
memandangi tubuhku, hari itu aku memakai celana jeans ketat dan
setelan luar berlengan panjang dari bahan jeans, di dalamnya aku
memakai tanktop merah yang potongan dadanya rendah sehingga
belahan dadaku agak terlihat. Jadi tidak heran si pemuda di sampingku
selalu berusaha mencuri pandang ingin melihat daerah itu.
Kompleks itu sudah sepi sekali saat itu, sehingga mulai timbul niat
isengku dan membayangkan bagaimana seandainya kuberikan tubuhku
untuk dinikmati mereka sekalian juga sebagai balas budi. Sehubungan
dengan cuaca di Jakarta yang cukup panas akhir-akhir ini, aku iseng-
iseng berkata, "Wah.. panas banget yah belakangan ini Pak, sampai
malam gini aja masih panas". Aku mengatakan hal tersebut sambil
mengibas-ngibaskan leher bajuku kemudian dengan santainya
kulepaskan setelan luarku, sehingga nampaklah lenganku yang putih
mulus. Mereka menatapku dengan tidak berkedip, agaknya umpanku
sudah mengena, aku yakin mereka pasti terangsang dan tidak sabar
ingin menikmati tubuhku. Si pemuda di sampingku sepertinya sudah
tak tahan lagi, dia mulai memberanikan diri membelai lenganku, aku
diam saja diperlakukan begitu. Salah satu dari mereka, seorang tukang
ojek berusia 30 tahunan mengambil tempat di sebelahku, tangannya
diletakkan diatas pahaku, melihat tidak ada penolakan dariku,
perlahan-lahan tangan itu merambat ke atas hingga sampai ke
payudaraku. Aku mengeluarkan desahan lembut menggoda ketika si
tukang ojek itu meremas payudaraku, tanganku meraba kemaluan
pemuda di sampingku yang sudah terasa mengeras.
Melihat hal ini kedua Bapak yang dari tadi hanya tertegun serentak
maju ikut menggerayangi tubuhku. Mereka berebutan menyusupkan
tangannya ke leher tanktop-ku yang rendah untuk mengerjai dadaku,
sebentar saja aku sudah merasakan kedua buah dadaku sudah
digerayangi tangan-tangan hitam kasar. Aku mengerang-ngerang
keenakan menikmati keempat orang itu menikmatiku.
"Eh.. kita bawa ke dalam pos aja biar aman!", usul si hansip.
Mereka pun setuju dan aku dibawa masuk ke pos yang berukuran 3×3
m itu, penerangannya hanya sebuah bohlam 40 watt. Mereka dengan
tidak sabaran langsung melepas tank top dan bra-ku yang sudah
tersingkap. Aku sendiri membuka kancing celana jeansku dan
menariknya ke bawah. Keempat orang ini terpesona melihat tubuhku
yang tinggal terbalut celana dalam pink yang minim, payudaraku yang
montok dengan puting kemerahan itu membusung tegak. Ini
merupakan hal yang menyenangkan dengan membuat pria tergiur
dengan kemolekan tubuhku, untuk lebih merangsang mereka, kubuka
ikat rambutku sehingga rambutku terurai sampai menyentuh bahu.
Si hansip menyuruh seseorang untuk berjaga dulu di luar khawatir
kalau ada yang memergoki, akhirnya yang paling muda diantara
mereka yaitu si pemuda itu yang mereka panggil Mat itulah yang diberi
giliran jaga, Mat dengan bersungut-sungut meninggalkan ruangan itu.
Si hansip mendekapku dari belakang dan tangannya merogoh-rogoh
celana dalamku, terasa benar jari-jarinya merayap masuk dan
menyentuh dinding kewanitaanku, sementara di tukang ojek
membungkuk untuk bisa mengenyot payudaraku, putingku yang sudah
menegang itu disedot dan digigit kecil. Kemudian aku dibaringkan
pada tikar yang mereka gelar disitu. Mereka bertiga sudah membuka
celananya sehingga terlihatlah tiga batang yang sudah mengeras, aku
sampai terpana melihat batang mereka yang besar-besar itu, terutama
punya si hansip, penisnya paling besar diantara ketiganya, hitam dan
dipenuhi urat-urat menonjol.
Celana dalamku mereka lucuti jadi sekarang aku sudah telanjang bulat.
Aku langsung meraih penisnya, kukocok lalu kumasukkan ke mulutku
untuk dijilat dan dikulum, selain itu tangan lembutku meremas-remas
buah zakarnya, sungguh besar penisnya ini sampai tidak muat
seluruhnya di mulutku yang mungil, paling cuma masuk tiga
perempatnya. Si tukang ojek mengangkat sedikit pinggulku dan
menyelipkan kepalanya di antara kedua belah paha mulusku, dengan
kedua jarinya dia sibakkan kemaluanku sehingga terlihatlah vagina
pink-ku di antara bulu-bulu hitam. Lidahnya mulai menyentuh bagian
dalam vaginaku, dia juga melakukan jilatan-jilatan dan menyedotnya,
tubuhku menggelinjang merasakan birahi yang memuncak, kedua
pahaku mengapit kencang kepalanya karena merasa geli dan nikmat di
bawah sana. Bapak bersarung menikmati payudaraku sambil penisnya
kukocok dengan tanganku dan payudaraku yang satunya diremasi si
hansip yang sedang ku-karaoke.
Aku sering melihat sebentar-sebentar Mat nongol di jendela
mengintipku diperkosa teman-temannya, nampaknya dia sudah gelisah
karena tidak sabaran lagi untuk bisa menikmati tubuhku. Tak lama
kemudian aku mencapai orgasme pertamaku melalui permainan mulut
si tukang ojek pada kemaluanku, tubuhku mengejang sesaat, dari
mulutku terdengar erangan tertahan karena mulutku penuh oleh penis
si hansip. Cairanku yang mengalir dengan deras itu dilahap olehnya
dengan rakus sampai terdengar bunyi, "Slurrpp.., sluupp..". Puas
menjilati vaginaku, si tukang ojek meneruskannya dengan memasukkan
penisnya ke vaginaku, eranganku mengiringi masuknya penis itu,
cairan cintaku menyebabkan penis itu lebih leluasa menancap ke
dalam. Aku merasakan nikmatnya setiap gesekannya dengan melipat
kakiku menjepit pantatnya agar tusukannya semakin dalam. Bapak
bersarung menggeram-geram keenakan saat penisnya kujilati dan
kuemut, sedangkan si hansip sekarang sedang meremas-remas
payudaraku sambil menjilati leher jenjangku. Aku dibuatnya kegelian
nikmat oleh jilatan-jilatannya, selain leher dia jilati juga telingaku lalu
turun lagi ke payudaraku yang langsung dia caplok dengan mulutnya
Beberapa saat lamanya si tukang ojek menggenjotku, tiba-tiba
genjotannya makin cepat dan pinggulku dipegang makin erat, akhirnya
tumpahlah maninya di dalam kemaluanku diiringi dengan erangannya,
lalu dia lepaskan penisnya dari vaginaku. Posisinya segera digantikan
oleh si hansip yang mengatur tubuhku dengan posisi bertumpu pada
kedua tangan dan lututku. Kembali vaginaku dimasuki penis, penis
yang besar sampai aku meringis dan mengerang menahan sakit ketika
penis itu.
"Wuah.. memek Non ini sempit banget, untung banget gua hari ini bisa
ngentot sama anak kuliahan.. emmhh.. ohh..", komentar si hansip.
Sodokan-sodokannya benar-benar mantap sehingga aku merintih
keras setiap penis itu menghujam ke dalam, kegaduhanku diredam
oleh Bapak bersarung yang duduk mekangkang di depanku dan
menjejali mulutku dengan penisnya, penis itu ditekan-tekankan ke
dalam mulutku hingga wajahku hampir terbenam pada bulu-bulu
kemaluannya. Aku sangat menikmati menyepong penisnya, kedua buah
zakarnya kupijati dengan tanganku, sementara di belakang si hansip
mengakangkan pahaku lebih lebar lagi sambil terus menyodokku, si
tukang ojek beristirahat sambil memain-mainkan payudaraku yang
menggantung. Si Bapak bersarung akhirnya ejakulasi lebih dulu di
mulutku, dia melenguh panjang dan meremas-remas rambutku saat
aku mengeluarkan teknik mengisapku, kuminum semua air maninya,
tapi saking banyaknya ada sedikit yang menetes di bibirku.
"Wah, si Non ini.. cantik-cantik demen nenggak peju!", komentar si
tukang ojek melihatku dengan rakus membersihkan penis si Bapak
bersarung dengan jilatanku.
Tiba-tiba pintu terbuka, aku sedikit terkejut, di depan pintu muncul si
Mat dan si tukang ojek berkumis tebal yang sudah kembali dari
membeli bensin.
"Wah.. ngapain nih, ngentot kok gak ngajak-ngajak", katanya.
"Iya nih, cepetan dong, masa gua dari tadi cuma disuruh jaga, udah
kebelet nih!", sambung si Mat.
"Ya udah, lu dua-an ngentot dulu sana, gua yang jaga sekarang", kata
si tukang ojek yang satu sambil merapikan lagi celananya.
Segera setelah si tukang ojek keluar dan menutup pintu, mereka
berdua langsung melucuti pakaiannya, si Mat juga membuka kaosnya
sampai telanjang bulat, tubuhnya agak kurus tapi penisnya lumayan
juga, pas si tukang ojek berkumis melepas celananya barulah aku
menatapnya takjub karena penisnya ternyata lebih besar daripada
punya si hansip, diameternya lebih tebal pula.
"Gile, bisa mati kepuasan gua, keluar satu datang dua, mana kontolnya
gede lagi!", kataku dalam hati.
Si hansip yang masih belum keluar masih menggenjotku dari belakang,
kali ini dia memegangi kedua lenganku sehingga posisiku setengah
berlutut. Si Mat langsung melumat bibirku sambil meremas-remas
dadaku, dan payudaraku yang lain dilumat si tukang ojek itu. Nampak
Mat begitu buasnya mencium dan memain-mainkan lidahnya dalam
mulutku, pelampiasan dari hajat yang dari tadi ditahan-tahan, aku pun
membalas perlakuannya dengan mengadukan lidahku dengannya.
Kumis si tukang ojek yang lebat itu terasa sekali menyapu-nyapu
payudaraku memberikan sensasi geli dan nikmat yang luar biasa. Si
Bapak bersarung sekarang mengistirahatkan penisnya sambil
mencupangi leher jenjangku membuat darahku makin bergolak saja
memberi perasaan nikmat ke seluruh tubuhku. Ketika aku merasa
sudah mau keluar lagi, sodokan si hansip pun terasa makin keras dan
pegangannya pada lenganku juga makin erat. "Aaahh..!", aku
mendesah panjang saat tidak kuasa menahan orgasmeku yang hampir
bersamaan dengan si hansip, vaginaku terasa hangat oleh semburan
maninya, selangkanganku yang sudah becek semakin banjir saja
sampai cairan itu meleleh di salah satu pahaku. Tubuhku sudah basah
berkeringat, ditambah lagi cuaca yang cukup gerah.
Setelah mencapai klimaks panjang mereka melepaskanku, lalu si Bapak
bersarung berbaring di tikar dan menyuruhku menaiki penisnya. Baru
saja aku menduduki dan menancapkan penis itu, si tukang ojek
menindihku dari belakang dan kurasakan ada sesuatu yang menyeruak
ke dalam anusku. Edan memang si tukang ojek ini, sudah batangnya
paling besar minta main sodomi lagi. Untung daerah selanganku sudah
penuh lendir sehingga melicinkan jalan bagi benda hitam besar itu
untuk menerobosnya, tapi tetap saja sakitnya terasa sekali sampai aku
menjerit-jerit kesakitan, kalau saja ada orang lewat dan mendengarku
pasti disangkanya sedang terjadi pemerkosaan. Dua penis besar
mengaduk-aduk kedua liang senggamaku, si Bapak bersarung asyik
menikmati payudaraku yang menggantung tepat di depan wajahnya. Si
Mat berlutut di depan wajahku, tanpa disuruh lagi kuraih penisnya dan
kukocok dalam mulutku, tidak terlalu besar memang, tapi cukup keras.
Kulihat wajahnya merah padam sambil mendesah-desah, sepertinya
dia grogi
"Enak gak Mat? Kamu udah pernah ngentot belum?", tanyaku di tengah
desahan.
"Aduh.. enak banget Non, baru pernah saya ngerasain ngentot",
katanya dengan bergetar.
Aku terus mengemut penis si Mat sambil tanganku yang satu lagi
mengocok penis supernya si hansip. Si Mat memaju-mundurkan
pantatnya di mulutku sampai akhirnya menyemprotkan maninya
dengan deras yang langsung kuhisap dan kutelan dengan rakus. Tidak
sampai dua menit si tukang ojek menyusul orgasme, dia melepas
penisnya dari duburku lalu menyemprotkan spermanya ke punggungku.
Si Bapak bersarung juga sepertinya sudah mau orgasme, tampak dari
erangannya dan cengkeramannya yang makin erat pada payudaraku.
Maka kugoyang pinggulku lebih cepat sampai kurasakan cairan hangat
memenuhi vaginaku. Karena aku masih belum klimaks, aku tetap
menaik-turunkan tubuhku sampai 3 menit kemudian aku pun
mencapainya.
Setelah itu si Bapak bersarung itu keluar dan si tukang ojek yang tadi
berjaga itu kembali masuk.
"Aduh, belum puas juga nih orang.. bisa pingsan gua lama-lama nih!",
pikirku
Tubuhku kembali ditelentangkan di atas tikar. Kali ini giliran si Mat,
dasar perjaka.. dia masih terlihat agak canggung saat ke mau mulai
sehingga harus kubimbing penisnya untuk menusuk vaginaku dan
kurangsang dengan kata-kata
"Ayo Mat, kapan lagi lu bisa ngerasain ngentot sama cewek kampus,
puasin Mbak dong kalo lu laki-laki!".
Setelah masuk setengah kusuruh dia gerakkan pinggulnya maju-
mundur. Tidak sampai lima menit dia nampak sudah terbiasa dan
menikmatinya. Si hansip sekarang naik ke dadaku dan menjepitkan
penisnya di antara kedua payudaraku, lalu dia kocok penisnya disitu.
Aku melihat jelas sekali kepala penis itu maju mundur di bawah
wajahku. Si tukang ojek berkumis menarik wajahku ke samping dan
menyodorkan penisnya. Kugenggam dan kujilati kepalanya sehingga
pemiliknya mendesah nikmat, mulutku tidak muat menampung
penisnya yang paling besar di antara mereka berlima. Aku sudah tidak
bisa ngapa-ngapain lagi, tubuhku dikuasai sepenuhnya oleh mereka,
aku hanya bisa menggerakkan tangan kiriku, itupun untuk mengocok
penis si tukang ojek yang satu lagi. Tubuhku basah kuyup oleh
keringat dan juga sperma yang disemburkan oleh mereka yang
menggauliku.
Setelah mereka semua kebagian jatah, aku membersihkan tubuhku
dengan handuk basah yang diberikan si hansip lalu memakai kembali
pakaianku. Mereka berpamitan padaku dengan meneput pantatku atau
meremas dadaku. Si tukang ojek berkumis mengantarku ke mobil
sambil membawa sejerigen bensin yang tadi dibelinya. Setelah
membantuku menuangkan bensin ternyata dia masih belum puas,
dengan paksa dilepaskannya celanaku dan menyodokkan penisnya ke
vaginaku. Kami melakukannya dalam posisi berdiri sambil berpegangan
pada mobilku selama 10 menit. Untung saja tidak ada orang atau mobil
yang lewat disini. Setibanya di rumah aku langsung mengguyur
tubuhku yang bau sperma itu di bawah shower lalu tidur dengan
perasaan puas.
Sungguh pengalaman yang memuaskan, dan aku suka dengan seks liar
seperti ini. Pada kesempatan lain akan kuceritakan pengalamanku
ngeseks dengan pelatih mengemudiku, 2 orang pengamen, dosenku,
satpam kampusku, tukang becak yang mangkal di kompleksku, Pak RT,
karyawan di kampusku, dan lain sebagainya.

Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda

0 komentar:

Posting Komentar

Silahkan komentar tapi dilarang yang berbau sara dan provokativ.