Rabu, 18 Maret 2015

Andani citra 11: Selingkuh vs Selingkuh

Selingkuh vs Selingkuh
Kisah ini terjadi dua tahun yang lalu yaitu ketika masih umur 22 tahun
dan masih kuliah di tahun ke-tiga. Dalam libur Natal selama seminggu,
sepupu jauhku (anak dari sepupu mamaku) dari Semarang datang
berkunjung ke sini untuk menghadiri undangan pernikahan sekalian
mengisi liburan. Namanya Yessica, dia lebih muda dua tahun dariku
dan sedang kuliah tahun kedua di sebuah PTS di kotanya. Setelah lama
tidak bertemu, hampir tujuh tahunan aku sendiri agak pangling ketika
menjemputnya di bandara, soalnya penampilannya sudah jauh berbeda.
Dia yang dulunya pemalu dan konservatif kini telah menjadi seorang
gadis belia yang modis dan mempesona setiap pria, tubuhnya putih
langsing dengan perut rata, rambutnya juga hitam panjang seperti
gadis Sunsilk. Dia tiba di sini sekitar pukul tujuh malam, dari bandara
aku langsung mengajaknya makan malam di sebuah kafe. Ternyata dia
enak juga diajak ngobrol karena kami sama-sama cewek gaul, padahal
waktu kecil dulu kami tidak terlalu cocok karena waktu itu dia agak
tertutup.
Keesokan harinya aku mengajaknya jalan-jalan menikmati kota Jakarta
serta sempat berkenalan dengan Ratna dan cowoknya yang kebetulan
bertemu waktu lagi shopping di TA. Royal juga saudaraku yang satu
ini, belanjaannya banyak dan semuanya bermerk, aku saja sampai
geleng-geleng kepala melihatnya. Malamnya sepulang dari undangan
yang diadakan di sebuah restoran mewah di ibukota, aku langsung
menjatuhkan diri ke kasur setelah melepaskan gaun pestaku dan
menyisakan celana dalam pink saja. Aku rebahan bugil di ranjang
merenggangkan otot-ototku sambil menunggu Yessica yang sedang
memakai kamar mandi, dia tadi minum alkohol lumayan banyak,
kemungkinan dia muntah-muntah di dalam sana kali pikirku.
"Yes, sekalian ambilin kaos gua di gantungan baju di dalam dong,"
pintaku ketika dia keluar limabelas menit kemudian, matanya nampak
sayu karena pengaruh alkohol dan kelelahan.
Dia memberikan kaos itu padaku lalu memintaku membantu
melepaskan kait belakang gaun malamnya. Setelah memakai kaos, aku
membuka kait dan menurunkan resleting gaunnya. Yessica pun
memeloroti gaunnya sehingga nampaklah dadanya yang montok,
ukurannya tidak beda jauh dengan milikku, cuma putingnya lebih kecil
sedikit dari punyaku. Hanya dengan bercelana dalam G-string dia
berjongkok di depan kopornya mencari pakaian tidur.
"Kenapa Ci? Kok ngeliatin gua terus, jangan-jangan lu..?" katanya
nyengir karena merasa kulihat terus tubuhnya sambil membanding-
bandingkan dengan tubuhku.
"Yee.. Nggak lah yaw!! Dasar negative thinking aja lo ah!" ujarku
sambil tertawa.
Malam itu, sambil berbaring kami ngobrol-ngobrol, pembicaraan kami
cukup seru dari masalah fashion, kuliah, cinta dan sex sehingga
bukannya tertidur, kami malah larut dalam obrolan dan canda-tawa.
Terlebih lagi ketika memasuki topik seks dan aku menceritakan secara
gamblang kehidupan seksku yang liar, dia terkagum-kagum akan
keliaranku dan kelihatannya dia juga terangsang.
Namun ketika gilirannya bercerita, suasana jadi serius, di sini dia
menceritakan dirinya sedang ribut besar dengan pacarnya yang
selingkuh dengan cewek lain, aku dengan penuh perhatian
mendengarnya curhat padaku. Nampak matanya berkaca-kaca dan
setetes air mata menetes dari matanya yang sipit, dia memeluk bantal
lalu menangis tersedu-sedu dibaliknya. Sebagai wanita yang sama-
sama pernah dikhianati pria, aku juga mengerti perasaannya, maka
kurangkul dia dan kuelus-elus punggungnya untuk menenangkannya.
Aku berusaha keras menghiburnya agar tidak terlalu larut dalam
kesedihan dan memberikan air putih padanya.
Beberapa saat kemudian tangisnya mulai mereda, dengan masih
sesegukan dia memanggil namaku.
"Hh-mm.. Apa?"
"Ci, tadi lu bilang lu pernah bikin film bokep pribadi kan ya (adeganku
yang disyuting Verna, baca 'Pembalasan Verna')?"
"Mm.. Iya, so what?" jawabku sambil mengangguk.
"Boleh gua liat nggak, hitung-hitung penghilang stress.. Boleh ya?"
"Ehh.. Eh.. Gimana ya? Sekarang?" aku bingung karena risih juga kalau
film pribadiku dilihat orang lain.
Akhirnya karena didesak terus dan mengingat sama-sama cewek ini,
akupun menyerah. Kunyalakan komputer di seberang ranjangku dan
mengambil VCD-nya yang kusimpan di lemari. Yessica adalah orang
pertama di luar geng-ku yang pernah menonton vcd ini. Gambar di
layar komputer memperlihatkan diriku sedang dikerjai para tukang
bangunan, serta adegan seks massal dimana Verna juga belakangan
ambil bagian didalamnya membuat jantung kami berdebar-debar.
Yessica nyengir-nyengir ketika melihatku yang tadinya berontak
akhirnya takluk dan menikmati diperkosa oleh empat kuli bangunan
itu.
"Hi... hi... hi... Malu-malu mau nih yee!" godanya yang kutanggapi
dengan mencubit pahanya.
Aku merasakan vaginaku becek setelah menonton film yang kubintangi
sendiri itu, kurasa hal yang sama juga dialami oleh Yessica karena
waktu nonton tadi dia sering menggesek-gesekkan pahanya.
"Ci, gua juga mau dong bikin bokep pribadi kaya lu" pintanya yang
membuatku kaget.
"Ngaco lu, jangan yang nggak-nggak ah, nanti gua dibilang ngerusak
anak orang lagi, nambah-nambah dosa gua aja!" aku menolaknya.
"Aahh.. Ayolah Ci, lagian gua juga sudah nggak perawan ini, sudah
basah jadi tanggung sekalian aja mandi"
"Jangan Yes, gua nggak enak ke lu"
"Ayolah, gua cuma mau ngebales aja kok, Napoleon juga membalas
berselingkuh waktu tahu istrinya selingkuh, itu baru adil, ya kan"
katanya sok sejarah.
"Ya.. illah.. Napoleon aja sampai dibawa-bawa, kalaupun gua mau,
bikinnya sama siapa, cowoknya mana?"
"Di villa aja Ci, penjaga villa lu masih kerja di sana kan? Sekali-kali
gua mau coba gimana rasanya kontol kampung nih, please"
Karena didesak terus dan dia sendiri yang minta, maka akupun
terpaksa menyetujuinya, lagian aku sendiri sudah lama tidak
berkunjung ke sana, pasti Pak Joko dan Taryo senang apalagi aku ke
sana membawa 'barang baru'.
Kami tidur sekitar jam duabelas dan bangun jam delapan pagi. Setelah
sarapan, kami mengemasi barang bawaan, lalu pamit pada mamaku
memberitahukan bahwa kami akan ke villa. Aku memakai baju untuk
suasana rileks berupa halter neck merah yang memperlihatkan
punggungku dipadu dengan celana pendek jeans yang ketat. Yessica
memakai gaun terusan mini yang menggantung sejengkal di atas lutut,
rambutnya yang panjang diikat ke belakang dengan jepit rambut Tare
Panda. Kami berangkat dari Jakarta sekitar jam sepuluh dan tiba di
tujuan jam satu lebih, gara-gara liburan yang menyebabkan jalan agak
macet.
"Sudah siap lu Yes? Kalau mau berubah pikiran belum telat sekarang,
tapi kalau mereka sudah ngerjain lu, gua nggak bisa apa-apa lagi"
tanyaku ketika sudah mau dekat.
"I'm ready for it, lagian gua juga mau tahu rasanya diperkosa itu kaya
apa" katanya yakin.
Kamipun sampai ke villaku, Pak Joko membuka pintu garasi beberapa
saat setelah kubunyikan klakson.
"Waduh Neng, sudah lama kok nggak ke sini.. Bapak kangen nih!"
sapanya menyambut kami.
"Iya Pak.. habis Citra sibuk banget sih di Jakarta, kalau libur baru bisa
main," kataku, "O.. Iya Pak, kenalin itu sepupu Citra, namanya Yessica"
Pak Joko terkagum-kagum memandang Yessica yang baru saja turun
dari mobil, Yessica juga mengangguk dan tersenyum padanya.
Kusuruh Yessica meletakkan dulu tasnya di kamar sementara kami
mengeluarkan barang, setelah dia masuk, Pak Joko berbicara dengan
suara pelan padaku.
"Eh.. Neng, Neng Yessica itu boleh dientot apa nggak, habis nge-
gemesin banget sih, ayunya itu loh"
"Idih, Bapak jorok ah.. Dateng-dateng langsung mikirnya gitu"
"Duh, maaf-maaf Neng kalau nggak boleh, Bapak khilaf Neng"
"Nggak kok Pak, Bapak nggak salah, justru dia yang ngajak ke sini
minta digituin, malah minta disyuting lagi Pak, Bapak mau kan
disyuting, tenang aja Pak buat koleksi pribadi kok"
Pria setengah baya itu menunjukkan ekspresi senang mendengar
jawabanku, dia langsung bergegas mau menemui Yessica untuk
langsung mulai. Tapi buru-buru kutahan dengan menarik lengannya.
"Eh.. Sabar-sabar Pak nanti dulu dong, kita harus cari suasana dulu
biar lebih hot, lagian kita lapar nih mau makan siang dulu, Bapak
sekalian ikut makan aja yah" kataku sambil menyerahkan sekotak ayam
goreng KFC dan menyuruhnya menyiapkan nasi.
"O iya Pak, si Taryo ada nggak? Mau manggil dia juga nih" tanyaku
pada Pak Joko yang sedang beres-beres.
"Wah kurang tahu tuh Neng, telepon aja dulu"
Aku pun lalu menelepon vila sebelah, baru kujawab teleponnya setelah
beberapa kali di sana bilang 'halo.. Halo.. Siapa ini?' untuk mengenali
suaranya. Setelah yakin itu suara Taryo aku lalu mengundangnya ke
sini dan mengutarakan maksudku. Tentu dia senang sekali ditawari
seperti itu, tapi dia cuma bisa menemani hari ini saja karena dia bilang
besok siang majikannya mau datang berlibur. Ketika kututup telepon,
dibelakangku Yessica baru saja turun dari tangga lantai atas.
"Ngapain aja lu, lama amat beresin barang, yuk makan dulu, lapar nih!"
kataku.
"Duh sori tadi sakit perut, kepaksa setor dulu ke WC deh"
Aku memberi usul bagaimana kalau kita makan di taman belakang
dekat kolam renang saja, mumpung cuaca juga bagus, juga kusuruh
Pak Joko menggelar tikar seperti piknik. Ketika lagi beres-beres bel
berbunyi, itu pasti Taryo pikirku. Aku menyuruh Pak Joko meneruskan
beres-beres sementara aku ke depan membukakan pintu.
Taryo, si penjaga villa tetangga, muncul di depan pintu dan langsung
memelukku begitu pintu kututup. Kami berpelukan dengan bibir saling
berpagutan, tangannya mengelusi punggungku turun hingga berhenti
di pantat, di sana dia remas bokongku yang montok. Serasa sepasang
kekasih yang sudah lama tidak bertemu dan saling melepas rindu saja
deh, what.. Taryo jadi kekasihku? Nggak lah yaw.. Just as sex partner!
"Mmhh.. Jangan sekarang ah, mau makan dulu, yuk sekalian gua
kenalin sama sepupu gua!" aku melepaskan pelukannya sebelum dia
bertindak lebih jauh lagi mau memelorotkan celanaku.
"Ehehehe.. habis kangen banget sama neng sih, apalagi neng tambah
cantik kalau rambutnya kaya sekarang" katanya sambil mengomentari
rambutku yang sudah lebih panjang dari yang dulu (kini sudah
menyentuh bahu) dan kembali kuhitamkan.
Aku memberikan piring dan sendok garpu padanya dan mengajaknya
ke taman. Disana Pak Joko dan Yessica juga baru menyendok nasi dan
fried chicken ke piringnya. Kami mulai makan dalam suasana santai,
obrolan nakal mereka meramaikan suasana, malah sekali aku hampir
tersedak karena tertawa. Taryo menenangkan dengan menepuk-nepuk
punggungku dan dadaku, ujung-ujungnya tetap meremas payudaraku.
"Apa sih pegang-pegang malah tambah kesedak tahu!" omelku sambil
menepis tangannya.
Pelan-pelan Yessica mulai terbiasa dengan suasana seperti ini,
dengan keudikan kedua orang ini, bahkan dia pun mulai berani jawab
waktu ditanya aneh-aneh oleh mereka.
"Tuh, pahanya satu lagi, habisin aja Pak!" tawarku.
"Paha? Mana paha?" celoteh si Taryo pura-pura bego sementara
tangannya meraih pahaku.
Langsung kutampik lagi tangannya dan disambut gelak-tawa. Setelah
semua selesai makan limabelas menit kemudian kusuruh Pak Joko dan
Taryo membersihkan perangkat makan dan mencucinya dahulu sekalian
menunggu makanan di perut turun.
"Dah nggak risih lagi kan, habis ini kita action nih, siap nggak?"
tanyaku pada Yessica.
"Siapa takut, lagian gua seneng bisa ngebales si brengsek itu, biar dia
tahu cewek juga bisa selingkuh, apalagi gua selingkuhnya sama orang
yang nggak pernah dia duga" tegasnya.
"Tuh mereka sudah beres Yes, showtime" kataku melihat kedua
penjaga villa itu keluar, "Pak Joko, tolong handycamnya masih di meja
dalam"
Pak Joko pun masuk lagi dan keluar membawa handycamnya. Kami
duduk melingkar di tikar, aku memberi instruksi bak seorang sutradara.
Kuperingatkan pada kedua pria itu agar tidak menyentuhku dulu
selama aku mensyuting, agar hasilnya maksimal, tidak goyang seperti
hasil syuting Verna.
Setelah semua siap, keduanya merapatkan duduk mereka pada Yessica,
terlihat dia agak nervous dibuatnya.
"Santai aja Yes, ntar juga enjoy kok" saranku.
Kamera kunyalakan, tanpa disuruh lagi keduanya sudah mulai duluan.
Pak Joko meletakkan tangannya di paha Yessica yang duduk
bersimpuh, tangan itu merabai pahanya secara perlahan dan
menyingkap roknya. Taryo di sebelah kanan meremas payudaranya,
sepertinya agak keras karena Yessica meringis dan mendesah lebih
panjang. Sementara lidahnya menjilati leher jenjang Yessica, ke atas
terus menggelikitik kupingnya dan menyapu wajahnya yang mulus.
Tangan Pak Joko sudah masuk ke dalam rok Yessica yang tersingkap,
diremasinya kemaluannya yang masih tertutup celana dalam putih tipis
yang memperlihatkan bulu kemaluannya. Pria kurus itu juga membuka
resleting celananya hingga penisnya yang sudah tegak menyembul
keluar, lalu tangan Yessica digenggamkan padanya dan disuruh
mengocoknya. Bibir mungilnya dipagut oleh Taryo, mereka berciuman
dengan hot, lidah mereka keluar saling jilat dan belit. Sambil
berciuman Taryo menurunkan resleting punggung Yessica lalu
memeloroti bajunya lewat bahu, juga disuruhnya Pak Joko memeloroti
yang sebelah kiri, setelahnya bra-nya mereka lucuti pula. Kini
payudara montok saudaraku yang cantik ini terekspos sudah.
Pak Joko langsung mencaplok susu kirinya dengan liar dan ganas,
pipinya sampai kempot menyedot benda itu, aku mendekatkan
handycam untuk lebih fokus ke momen itu.
"Gimana Pak? Manis nggak susunya?" tanyaku sambil mensyuting.
"Mantap neng, ini baru pas susunya!" dia melepas sebentar emutannya
untuk berkomentar lalu kembali menyusu dan mengorek-ngorek
kemaluannya, tangan lainnya mengelusi punggung Yessica.
Taryo masih terus menciuminya, lidahnya terus menyapu rongga
mulutnya, begitu pula Yessica juga dengan liar beradu lidah
dengannya. Jempol Taryo menggesek-gesek putingnya diselingi
pencetan dan pelintiran. Yessica sendiri makin intens mengocoki penis
Pak Joko sehingga penjaga villaku ini terpaksa menghentikannya
karena tidak mau buru-buru keluar. Kini dia suruh sepupuku merunduk
(sehingga posisinya setengah berbaring ke samping) dan mengoral
penisnya. Dengan bernafsu, Yessica melayani penis Pak Joko dengan
mulut dan lidahnya, mula-mula dia jilati buah pelir dan batangannya
dengan pola naik-turun, sampai di kepalanya sengaja dia gelitik
dengan lidahnya dan dikulum sejenak. Pemiliknya sampai mengerang-
ngerang keenakan sambil meremasi payudaranya yang menggantung.
Taryo menarik gaun itu ke bawah hingga lepas, menyusul celana
dalamnya. Setelah menelanjangi Yessica, dia melepaskan bajunya
sendiri. Diobok-oboknya vagina Yessica dengan jari-jarinya, liang itu
pun semakin becek akibat perbuatannya, cairannya nampak meleleh
keluar dan membasahi jarinya.
"Enngghh.. Uuuhh.. Uhh!" desah Yessica disela-sela aktivitas
menyepongnya.
Kemudian Pak Joko rebahan di tikar dan dia suruh Yessica naik ke
wajahnya, rupanya dia mau menjilati vaginanya. Gantian sekarang
Taryo yang dikaraoke, penisnya yang hitam berurat dan lebih besar
dari Pak Joko dikocok-kocok oleh Yessica yang sedang mengemut
pelirnya. Dia menyentil-nyetilkan lidahnya pada lubang kencingnya
sehingga Taryo mengerang nikmat.
"Ayo dong Neng, masukin aja, jangan cuma bikin geli gitu" kata Taryo
sambil menekan penis itu masuk ke mulutnya, lalu wajahnya pun dia
tekan dalam-dalam saking tidak sabarnya sehingga mata Yessica
membelakak karena sesak. Dia meronta ingin melepaskan benda itu
dari mulutnya, tapi tangan Taryo yang kokoh menahan kepalanya.
"Sudah dong Tar, jangan sadis gitu ah, bisa mati tercekik dia, kontol
lu kan gede" bujukku agar Taryo memberinya sedikit kelegaan.
"Non Yessicanya seneng kok Neng, tuh buktinya!" tangkis Taryo
memperlihatkan Yessica yang kini malah memaju-mundurkan
kepalanya mengoral penisnya, tapi kepalanya tetap dipegangi sehingga
tidak bisa lepas.
Kamera kudekatkan ke wajah Yessica yang tengah asyik mengulum
penis Taryo, mulutnya penuh terisi oleh batang besar itu sehingga
hanya terdengar desahan tertahan. Kemudian kuarahkan ke bawah
mengambil adegan Pak Joko sedang melumat vaginanya, dia
menjulurkan lidahnya menyapu bibir vaginanya. Tangan kanannya
mengelus-elus pantat dan pahanya yang mulus, tangan kirinya
dijulurkan ke atas memijati payudaranya.
Ekspresi keenakan Yessica terlihat dari gerak pinggulnya yang meliuk-
liuk. Lidah Pak Joko menjilat lebih dalam lagi, dipakainya dua jari
untuk membuka bibir vaginanya dan disapunya daerah itu dengan
lidahnya. Kemaluannya jadi tambah basah baik oleh ludah maupun
cairan vaginanya sendiri. Walaupun terangsang berat aku masih tetap
mensyuting mereka sambil sesekali meremas payudaraku sendiri,
kemaluanku juga sudah mulai lembab.
"Emmh.. Emmhh.. Angghh!" Yessica mendesah tertahan dengan mata
merem-melek, tangannya meremasi rambut Pak Joko di bawahnya.
Cairan bening meleleh membasahi vaginanya dan mulut Pak Joko. Pak
Joko makin mendekatkan wajahnya ke selangkangannya dan menyedot
vaginanya selama kurang lebih lima menit, selama itu tubuh Yessica
menggelinjang hebat dan sepongannya terhadap penis Taryo makin
bersemangat. Puas menikmati vagina, Pak Joko menarik keluar
kepalanya dari kolong Yessica. Dia mengambil posisi duduk dan
menaikkan Yessica ke pangkuannya. Tangannya yang satu membuka
lebar bibir vaginanya sedangkan yang lain membimbing penisnya
memasuki liang itu.
Taryo cukup mengerti keadaannya dengan membiarkan Yessica
melepas penisnya yang sedang dioral untuk mengatur posisi dulu.
Yessica menurunkan tubuhnya menduduki penis Pak Joko hingga
penis itu melesak ke dalamnya diiringi erangan panjang. Pak Joko
juga melenguh nikmat akibat jepitan vagina Yessica yang kencang itu.
Aku mendekatkan kamera ke selangkangan mereka agar bisa meng-
close-up adegan itu. Yessica mulai naik-turun di pangkuannya,
payudaranya diremasi dari belakang oleh Pak Joko.
Kembali Taryo memasukkan penisnya ke mulut Yessica yang langsung
disambut dengan jilatan dan kuluman. Kurang dari lima belas menit,
Taryo sudah mengerang tak karuan sambil menekan kepala Yessica.
"Hhmmpphh.. Oohh.. Keluar Neng!" demikian erangnya panjang.
Pipi Yessica sampai kempot mengisapi sperma Taryo, namun hebatnya
belum nampak setetespun cairan itu meleleh keluar dari mulutnya,
padahal di saat yang sama Pak Joko juga sedang menggenjotnya dari
bawah. Hingga erangan Taryo berangsur-angsur mereda, dia pun mulai
melepas penis itu dan menjilati sisa-sisa sperma di batangnya. Penis
Taryo kelihatan sedikit menyusut setelah menumpahkan isinya.
"Wuihh.. Gile bener sepongan Neng Yessica nggak kalah dari Neng
Citra" komentarnya.
Kamera kudekatkan ke wajah Yessica yang sedang menjilati sisa-sisa
sperma di penis Taryo dengan rakus. Sambil men-charge penisnya,
Taryo bermain-main dengan payudara Yessica, kedua bongkahan
kenyal itu dia caplok dengan telapak tangannya dan dihisapi
bergantian. Kulit payudara yang putih itu sudah memerah akibat
cupangan Taryo. Suara erangan sahut-menyahut memanaskan
suasana.
Yessica terus menaik-turunkan tubuhnya dengan bersemangat,
semakin lama makin cepat dan mulutnya menceracau tak karuan.
"Oohh.. Aauuhh.. Aahh!" lolongnya dengan kepala mendongak ke langit
bersamaan dengan tubuhnya yang mengejang, didekapnya kepala
Taryo erat-erat sehingga wajahnya terbenam di belahan payudaranya.
Momen indah ini terabadikan melalui handycamku dan terus terang aku
sendiri sudah terangsang berat dan ingin segera bergabung, tapi
sepertinya belum saatnya, nampaknya mereka berdua sedang getol-
getolnya menggarap Yessica sebagai barang baru daripada aku yang
sudah sering mereka kerjai.
Yessica ambruk di atas tubuh Pak Joko dengan penis masih tertancap.
Pak Joko mendekapnya dan mencumbunya mesra, lidah mereka
berpaut dan saling menghisap. Kini Taryo yang senjatanya sudah di
reload meminta gilirannya. Pak Joko pun menurunkan Yessica dari
tubuhnya dan ke dalam mengambil minum. Kedua pergelangan kaki
Yessica dipegangi Taryo lalu dia bentangkan pahanya lebar-lebar.
Setelah menaikkan kedua betisnya ke bahu, Taryo menyentuhkan
kepala penisnya ke bibir vaginanya.
Walaupun vagina itu sudah basah, tapi karena penis Taryo termasuk
besar, lebih besar dari Pak Joko, Yessica meringis dan mengerang
kesakitan saat liang senggamanya yang masih rapat diterobos benda
hitam itu, tubuhnya tegang sambil meremasi tikar di bawahnya,
mungkin dia belum terbiasa dengan penis seperti itu. Taryo sendiri
juga mengerang nikmat akibat himpitan dinding vaginanya
"Uuuhh.. Uhh.. Sempit banget sih, asoy!" erangnya ketika melakukan
penetrasi.
Aku sebagai juru kamera sudah terlalu menghayati sampai tak sadar
kalau tangan kiriku menyelinap lewat bawah bajuku dan memijiti
payudaraku sendiri, kuputar-putar putingku yang sudah mengeras dari
tadi. Taryo mulai menggerakkan penisnya perlahan yang direspon
Yessica dengan rintihannya. Pak Joko kembali dari dalam, dia
bersimpuh di samping mereka lalu meletakkan tangan Yessica pada
penisnya. Dia menikmati penisnya dipijat Yessica sambil meremas
payudaranya.
Taryo menaikkan tempo permainannya, disodoknya Yessica sesekali
digoyangnya ke kiri dan kanan untuk variasi, tak ketinggalan
tangannya meremasi pantatnya yang montok. Yessica semakin
menggeliat keenakan, desahannya pun semakin mengekspresikan rasa
nikmat bukan sakit. Pak Joko merundukkan badannya agar bisa
menyusu dari payudaranya, diemut-emut dan ditariknya puting itu
dengan mulutnya.
Sekitar limabelas menit kemudian mereka berganti posisi karena Pak
Joko juga sudah mau mencoblos lagi. Kali ini tanpa melepas penisnya
Taryo mengangkat tubuh Yessica, dia sendiri membaringkan diri di
tikar sehingga Yessica kini diatasnya. Kemudian Pak Joko
menyuruhnya agar mengangkat pinggulnya, Yessica lalu
mencondongkan badannya ke depan sehingga pantatnya menungging
dan payudaranya tepat di atas wajah Taryo.
"Bapak tusuk di pantat yah Neng, tahan yah kalo agak sakit" kata Pak
Joko meminta ijin.
"Jangan terlalu kasar yah Pak, saya takut nggak tahan" kata Yessica
dengan suara lemas.
"Engghh.. Pak!" erangnya saat Pak Joko memasukkan telunjuknya ke
anusnya, lalu dia masukkan juga jari tengahnya sambil diludahi dan
digerak-gerakkan untuk melicinkan jalan bagi penisnya.
Setelah merasa cukup, Pak Joko mulai memasukkan barangnya ke
sana, kelihatannya cukup susah sehingga dia harus pakai cara tarik
ulur, keluarin satu senti masukkan tiga senti sampai menancap cukup
dalam dan setelah setengahnya lebih dengan sedikit tenaga dia
hujamkan hingga mentok.
"Akkhh.. Sakit..!!" erangannya berubah jadi jeritan ketika pantatnya
dihujam seperti itu.
Kedua penjaga villa ini bagaikan kuda liar menggarap kedua liang
senggama sepupuku, kedua tubuh hitam yang menghimpit tubuh putih
mulus itu seperti sebuah daging ham diantara dua roti hangus, mereka
sudah bermandikan keringat dan nampak sebentar lagi akan mencapai
puncak. Aku sejak tadi sibuk berpindah sana-sini untuk mencari sudut
yang bagus.
Yessica mulai mengejang dan mengerang panjang menandai
klimaksnya. Tapi kedua penjaga villa itu tanpa peduli terus
menggenjotnya hingga beberapa menit kemudian. Mereka mencabut
penisnya dan menelentangkan Yessica di tikar. Mereka cukup mengerti
permintaan Yessica agar tidak membuang di dalam karena sedang
masa subur, Pak Joko menumpahkan ke wajah dan mulutnya,
sedangkan Taryo ke perut dan dadanya. Meskipun masih lemas,
Yessica tetap menggosokkan sperma itu ke badannya. Ketiganya
rebahan dan mengatur kembali nafasnya.
"Gimana Yes, puas nggak?" tanyaku.
"Aduh Ci.. Lemes banget, kayak nggak bisa bangun lagi rasanya deh!"
jawabnya lemas dengan sisa tenaganya.
"Gimana Bapak-Bapak, masih kuat nggak? Gua belum dapat nih!"
kataku pada kedua orang itu.
"Iya ntar Neng, harus isi tenaga dulu nih!" jawab Pak Joko.
"Ya sudah istirahat aja dulu, gua mau minum nih haus!" kataku
meninggalkan mereka dan menuju ke dalam.
Aku menuangkan air dingin dari kulkas dan meminumnya. Setelah
menutup pintu kulkas dan membalik badan tiba-tiba Taryo sudah di
belakangku, kaget aku sampai gelas di tanganku hampir jatuh.
"Duh.. Ngagetin aja lu Tar, dateng nggak kedengeran gitu kaya setan
aja!" omelku, "Ngapain? Mo minum?"
Tanpa berkata-kata dia mengambil gelas yang kusodorkan dan
meminumnya. Aku melihat tubuhnya yang telanjang, penisnya dalam
posisi setengah tegang, pelirnya menggantung di pangkal pahanya
seperti kantung air. Setelah berbasa-basi sejenak aku mendekati dan
memeluknya, berpelukan mulut kami mulai saling memagut, lidah
bertemu lidah, saling jilat dan saling belit, kugenggam penisnya dan
kupijati. Elusannya mulai turun dari punggungku ke bongkahan
pantatku yang lalu dia remasi.
Kemudian kuajak dia ke ruang tengah lalu kupersilakan dia duduk di
sofa. Aku berdiri di hadapannya dan melepas pakaianku satu persatu
hingga tak menyisakan apapun di badanku dengan gerakan erotis. Aku
berhenti tepat di depannya yang sedang duduk, nampak dia
terbengong-bengong menyaksikan keindahan tubuhku, tangannya
merabai paha dan pantatku.
"Neng cukur jembut yah, jadi rapih deh hehehe.." komentarnya
terhadap bulu kemaluanku yang beberapa hari lalu kurapihkan pinggir-
pinggirnya hingga bentuknya memanjang.
Menanggapinya aku hanya tersenyum seraya mendekatkan kemaluanku
sejengkal dan sejajar dari wajahnya, seperti yang sudah kuduga, dia
langsung melahapnya dengan rakus.
"Eemmhh.. Yess!" desahku begitu lidahnya menyentuh vaginaku.
Kurenggangkan kedua pahaku agar lidahnya bisa menjelajah lebih
luas. Sapuan lidahnya begitu mantap menyusuri celah-celah
kenikmatan pada kemaluanku. Aku mendesah lebih panjang saat
lidahnya bertemu klitorisku yang sensitif. Mulutnya kadang mengisap
dan kadang meniupkan angin sehingga menimbulkan sensasi luar
biasa. Sementara tangannya terus meremas pantatku dan sesekali
mencucuk-cucuk duburku. Aku mengerang sambil meremas rambutnya
sebagai respon permainan lidahnya yang liar. Puas menjilati vaginaku,
dia menyuruhku duduk menyamping di pangkuannya. Dengan liarnya
dia langsung mencaplok payudaraku, putingnya dikulum dan dijilat,
tangannya menyusup diantara pahaku mengarah ke vagina.
Selangkanganku terasa semakin banjir saja karena jarinya mengorek-
ngorek lubang vaginaku.
Selain payudaraku, ketiakku yang bersih pun tak luput dari jilatannya
sehingga menimbulkan sensasi geli, terkadang dihirupnya ketiakku
yang beraroma parfum bercampur keringatku. Tanganku merambat ke
bawah mencari penisnya, benda itu kini telah kembali mengeras seperti
batu. Kuelusi sambil menikmati rangsangan-rangsangan yang
diberikan padaku. Jari-jarinya berlumuran cairan bening dari vaginaku
begitu dia keluarkan. Disodorkannya jarinya ke mulutku yang langsung
kujilati dan kukulum, terasa sekali aroma dan rasa cairan yang sudah
akrab denganku.
Tubuhku ditelentangkan di meja ruang tamu dari batu granit hitam itu
setelah sebelumnya dia singkirkan benda-benda diatasnya. Nafasku
makin memburu ketika penis Taryo menyetuh bibir vaginaku.
"Cepet Tar, masukin yang lu dong, nggak tahan lagi nih!" pintaku
sambil membuka pahaku lebih lebar seolah menantangnya.
Karena mejanya pendek, Taryo harus menekuk lututnya setengah
berjinjit untuk menusukkan penisnya. Aku menjerit kecil merasa perih
akibat cara memasukkannya yang sedikit kasar. Selanjutnya kami larut
dalam birahi, aku mengerang sejadi-jadinya sambil menggelengkan
kepala atau menggigit jariku. Kini dia berdiri tegak memegangi kedua
pergelangan kakiku, sehingga pantatku terangkat dari meja.
Payudaraku terguncang-guncang mengikuti irama goyangannya yang
kasar.
Dalam waktu duapuluh menit saja aku sudah dibuatnya orgasme
panjang sementara dia sendiri belum menunjukkan tanda-tanda akan
keluar.
Sekarang dia merubah posisi dengan menurunkan setengah tubuhku
dari meja, dibuatnya aku nungging dengan kedua lututku bertumpu di
lantai, tetapi badan atasku masih di atas meja sehingga kedua
payudaraku tertekan di sana. Dia kembali menusukku, tapi kali ini dari
belakang, posisi seperti ini membuat sodokannya terasa makin deras
saja.
Aku ikut menggoyangkan pantatku sehingga terdengar suara badan
kami beradu yaitu bunyi plok.. plok.. tak beraturan yang bercampur
baur dengan erangan kami. Tak lama kemudian aku kembali orgasme,
tubuhku lemas sekali setelah sebelumnya mengejang hebat, keringatku
sudah menetes-netes di meja.
Namun sepertinya Taryo masih belum selesai, nampak dari penisnya
yang masih tegang. Aku cuma diangkat dan dibaringkan di sofa,
lumayan aku bisa beristirahat sebentar karena dia sendiri katanya
kecapekan tapi masih belum keluar. Kami menghimpun kembali tenaga
yang tercerai-berai.
"Yessica sama Pak Joko mana Tar? Kok nggak masuk-masuk?"
tanyaku pelan.
"Nggak tahu juga Neng, mungkin sudah mulai ngentot lagi di luar, kita
lihat aja yuk!"
"Oo... kalo gitu ntar aja deh, masih lemas"
Namun sebagai jawabannya Taryo malah menggendong tubuhku dan
membawaku ke kebun. Di sana Yessica maupun Pak Joko sudah tidak
ada lagi yang ada hanya baju mereka yang berceceran di atas tikar.
Sayup-sayup terdengar suara desahan tak jauh dari sini, tepatnya dari
kolam renang.
Dengan menggendongku, Taryo berbelok ke kanan menuju ke kolam. Di
sana kami melihat di kolam daerah dangkal Pak Joko sedang asyik
menggenjot sepupuku dari belakang dengan doggy style. Yessica
mendesah-desah dan sesekali menjerit kecil menerima sodokan Pak
Joko, rambut panjangnya kini basah oleh air dan terurai karena ikat
rambutnya sudah dilepas.
"Neng, kita nyebur juga yuk, biar seger" ajak Taryo.
Aku menganggukkan kepala menyetujuinya, diapun melangkah turun
ke air, di sana tubuhku dia turunkan hingga terendam air. Hmm..
Rasanya dingin dan menyegarkan, sepertinya keletihanku agak terobati
oleh air.
"Masih kuat juga Pak Joko, sejak kapan mulai lagi nih?" sapa Taryo.
"Kuat dong, buat neng-neng cantik ini kapan lagi," sahut Pak Joko di
tengah aktivitasnya.
Air kolam merendamku hingga dada ke atas, aku sandaran pada
dinding kolam mengendurkan otot-ototku. Taryo kembali menghampiri
dan menghimpit tubuhku. Diciumnya aku dibibir sejenak lalu
ciumannya merambat ke telinga dan leher sehingga aku menggeliat
geli. Penisnya kugenggam lalu kukocok di dalam air. Dia angkat satu
kakiku dan mendekatkan penisnya ke vaginaku. Dengan dibantu
tanganku dan dorongan badannya, masuklah penis itu ke vaginaku.
Air semakin beriak ketika dia memulai genjotannya yang berangsur-
angsur tambah kencang. Kakiku yang satunya dia angkat sehingga
tubuhku melayang di air dengan bersandar pada tepi kolam. Aku
menengadahkan wajah menatap langit yang sudah mulai senja dan
mengeluarkan desahan nikmat dari mulutku. Mulutnya melumat
payudaraku dan mengisapnya dengan gemas membuatku semakin tak
karuan.
Aku menoleh ke sebelah untuk melihat Yessica yang berada sekitar
lima meter dari kami, sekarang mereka sudah berganti posisi, Yessica
duduk di atas pangkuan Pak Joko menggoyang-goyangkan tubuhnya
di atas penis Pak Joko yang disaat bersamaan sedang mengenyot
payudaranya. Tangan kiri Pak Joko bergerilya mengelusi punggung
dan pantatnya. Taryo memang sungguh perkasa, padahal kan
sebelumnya dia sudah menggarap Yessica sampai orgasme berkali-
kali. Aku sendiri sudah mulai kecapekan dan setengah sadar karena
sodokan-sodokan brutalnya. Gesekan-gesekan penisnya dengan
dinding vaginaku seperti menimbulkan getaran-getaran listrik yang
membuatku gila. Mataku mebeliak-beliak keenakan hingga akhirnya
aku klimaks lagi bersamaan dengan Taryo. Spermanya yang hangat
mengalir mengisi rahimku.
"Neng.. Neng keluar nih saya!" erangnya panjang sambil meringis.
Rasanya sungguh lemas, badan seperti mati rasa, mataku juga makin
berat. Mungkin karena kecapaian di perjalanan atau Taryo yang terlalu
bersemangat, akupun tak sadarkan diri, padahal jarang sekali aku
pingsan setelah bersenggama. Aku masih sempat merasakan diriku
digendong Taryo lalu dibaringkan di pinggir kolam, juga menyaksikan
Yessica sedang mengoral Pak Joko yang berdiri berkacak pinggang,
nampaknya mereka juga sudah mau selesai, tapi entahlah karena aku
keburu tidak sadar.
Aku terbangun ketika langit sudah gelap di kamarku, masih telanjang
dan terbaring di ranjang. Yessica lah yang membangunkanku dengan
mengguncangkan tubuhku. Dia juga masih telanjang, cuma ada kami
berdua di kamar ini. Aku mengucek-ngucek mataku sambil menggeliat.
"Jam berapa Yes?" tanyaku dengan pelan.
"Setengah tujuh, mandi yuk, gua juga baru bangun!" ajaknya.
"Entar ah, masih lemes sepuluh menit lagi deh!" jawabku dengan malas
dan menarik selimut menutup tubuh bugilku.
"Ci, handycamnya mana? Lihat dong hasilnya, bagus nggak?"
"Mm.. Di ruang tengah kali, terakhir gua taro sana, coba lihat aja"
"O iya, Yes.. Sekalian buatin air hangat yah, tinggal buka krannya aja
kok, itu otomatis!" pintaku sebelum dia keluar dari kamar.
Dia kembali tak lama kemudian dengan membawa handycam dan
segelas air putih. Kugeser tubuhku duduk bersandar ke ujung ranjang.
Dia minta aku menyalakan alat itu karena tidak mengerti. Kami
menyaksikan hasil rekamanku tadi melalui layar kecil pada alat itu.
"Hot juga lu Yes mainnya, bakat jadi bintang bokep nih!" godaku
melihat keliarannya, "By the way, gimana perasaan lu sesudah ngeliat
ini?"
"Lega Ci, gua akhirnya bisa juga ngebales cowok brengsek itu, biar
tahu rasa dia ceweknya main sama orang-orang kaya gini, putus ya
putus, gua dah nggak peduli lagi kok" katanya berapi-api.
"Sudah dong jangan nafsu gitu Yes, serem ah liatnya!" kataku sambil
mengelus-elus punggungnya menenangkan.
"Eh.. Gimana airnya, bisa tumpah nih!" kataku mendadak baru ingat
limabelas menit kemudian gara-gara asyik ngobrol sambil menonton
rekaman itu.
Kami buru-buru ke kamar mandi dengan berlari kecil dan benar saja
airnya sudah meluap tapi sepertinya belum lama karena lantainya
belum terlalu banjir. Terpaksa harus kubuang sedikit airnya, lalu
kutaburi buble bath dan mengocoknya hingga berbusa. Kusuruh
Yessica agar membawa saja handycamnya ke sini agar bisa nonton
sambil berendam. Hhmm.. Segarnya berendam di air hangat berbusa
itu, sepertinya segala beban seharian hilang sudah oleh kesegarannya.
Di bathtub kami saling menggosok punggung kami sambil menonton
handycam yang diletakkan di tepi bak yang agak lebar, aku juga
membantu Yessica mengkramas rambutnya yang panjang itu. Setelah
dua puluh menitan kamipun menyelesaikan mandi kami, kuguyur
badanku dengan air membersihkan busa-busa yang menempel lalu
mengelap badan dengan handuk. Yessica ke kamar dahulu karena aku
mau buang air kecil dulu. Aku keluar dari kamar mandi sambil
mengikat tali pinggang kimonoku, di ruang tengah aku berpapasan
dengan Pak Joko yang juga baru masuk dari pintu yang menuju kolam.
"Eh Bapak, Taryo mana Pak, kok nggak keliatan?" sapaku.
"Oo.. Tadi katanya mau pulang dulu ke rumahnya, ndak tahu deh
ngapain," jawabnya, "Tapi nanti katanya mau ke sini lagi sekalian
bawain makanan"
Aku lalu meninggalkannya dan masuk ke kamarku, di sana Yessica
yang masih memakai gulungan handuk di kepalanya sedang
mengoleskan body lotion pada pahanya. Tak lama kemudian terdengar
bel berbunyi, Taryo datang membawa empat bungkus nasi uduk, dia
bilang tadi dia menengok istri dan orang tuanya dulu di desa tak jauh
dari sini. Kami makan di meja makan, tidak terlalu enak sih, tapi
lumayan lah buat sekedar ganjal perut.
Di tengah makan, terdengarlah suara dering HP dari kamarku.
"HP lu tuh Yes, sana gih terima dulu!" kataku padanya.
Yessica bergegas ke kamar meninggalkan makannya yang belum habis
sementara kami bertiga meneruskan makan. Taryo selesai paling awal,
saat itu Yessica masih belum kembali juga, lama juga neleponnya
pikirku.
"Saya panggilin Neng Yessi dulu yah!" kata Taryo setelah meminum
airnya seraya melangkah ke kamarku.
Pak Joko sudah selesai makan, sedangkan aku tidak habis karena
nasinya kebanyakan, tak enak pula jadi sisanya kubuang. Kami berdua
membereskan sendok-garpu dan gelas ke bak cucian, serta membuang
kertas pembungkus ke tempatnya.
"Yes, ini makannya habisin dulu dong, dingin nanti!" teriakku padanya,
"Wah jangan-jangan si Taryo dah mulai lagi tuh, habis belum keluar-
keluar sih"
Kami berdua pun segera ke kamarku dan benar juga apa kataku tadi.
Taryo sudah telanjang, duduk selonjoran di ranjang dan mendekap
Yessica yang duduk membelakanginya bersandar pada tubuhnya.
Kimono putih bermotif bunga-bunga kuningnya tersingkap kemana-
mana, payudara kirinya yang terbuka dipencet-pencet dan dimainkan
putingnya oleh Taryo. Pahanya terbuka lebar dan dipangkalnya tangan
Taryo bermain-main diantara kerimbunan bulunya, mengelusi dan
mengocok dengan jarinya.
Tak ketinggalan bahu kirinya yang terbuka dicupangi olehnya. Yessica
hanya mendesah dengan ekspresi wajah menunjukkan kepasrahan dan
rasa nikmat.
Pak Joko yang terangsang sudah mulai grepe-grepe pantatku dan
mulai menyingkap bagian bawah kimonoku. Namun kutepis tangannya.
"Ntar dong Pak, baru juga makan, masih penuh nih perutnya, nggak
enak"
"Ya sudah nggak apa-apa pemanasan aja dulu neng, boleh ya"
jawabnya sambil membuka bajunya sendiri.
Dia menyuruhku jongkok di depan penis hitamnya yang setengah
ereksi. Akupun menggenggam penis itu dan mulai memainkan lidahku,
kuawali dengan menjilati hingga basah kepala penisnya, lalu menciumi
bagian batangnya hingga pelirnya. Kantong bola itu kuemut disertai
mengocok batangnya dengan tanganku.
Perlahan tapi pasti benda itu ereksi penuh karena teknik oralku.
Desahan Yessica tidak terdengar lagi, kulirikan mataku melihatnya,
ternyata, keduanya sedang asyik berfrech-kiss. Posisi mereka tidak
berubah, Yessica hanya menengokkan kepalanya ke samping saja agar
bisa saling memagut bibir dengan Taryo.
Pak Joko menikmati sekali permainan lidahku, dia terus merem-melek
dan mendesah tak henti-hentinya saat penisnya kukulum dan kuhisap-
hisap. Lama juga aku mengkaraokenya, sampai mulutku pegal,
akhirnya dia suruh aku berhenti agar tidak cepat-cepat keluar. Saat itu
Taryo dan Yessica sudah ber-posisi 69 dengan pria di atas. Yessica
masih mengenakan kimononya yang sudah terbuka sana-sini
memainkan penis Taryo yang menggantung dengan mulutnya.
Sedangkan Taryo sibuk melumat vagina Yessica, klitorisnya dijilati
sehingga tubuh Yessica menegang kenikmatan. Kulihat paha mulusnya
menegang dan menjepit kepala Taryo.
Setelah berdiri Pak Joko memagut bibirku yang kubalas dengan tak
kalah hot, aku memainkan lidahku sambil tanganku memijat penisnya.
Tangannya meraih tali pinggangku dan menariknya lepas hingga
kimonoku terbuka. Sambil terus berciuman tangannya menggeser kain
yang menyangga pada kedua bahuku maka melorotlah kimono itu,
ditubuhku pun sudah tidak menempel apapun lagi.
Aku melepas ciuman untuk mengajaknya ke ranjang agar lebih nyaman.
Di sebelah Yessica dan Taryo yang masih ber-69 kutelungkupkan
tubuh telanjangku dan menaruh kepalaku di atas kedua lengan terlipat
seperti posisi mau dipijat, dari sini dapat kulihat jelas ekspresi wajah
Yessica yang meringis menikmati vaginanya dilumat Taryo, sementara
dia memainkan penis yang menggantung di atas wajahnya. Pak Joko
menaikiku lalu mencium juga mengelusi punggungku, aku mendesah
merasakan rangsangan erotis itu. Ciumannya makin turun sampai ke
pantatku, disapukannya lidahnya pada bongkahan yang putih sekal itu,
diciumi, bahkan digigit sehingga aku menjerit kecil.
Mulutnya turun ke bawah lagi, menciumi setiap jengkal kulit pahaku.
Betis kananku dia tekuk, lalu dia emuti jari-jari kakiku. Beberapa saat
kemudian dia menekuk paha kananku ke samping sehingga pahaku
lebih terbuka. Aku mulai merasakan jari-jarinya menyentuh vaginaku,
dua jari masuk ke liangnya, satu jari menggosok klitorisku. Rambutku
dia sibakkan dan aku merasakan hembusan nafasnya terasa dekat
wajahku. Leher dan tengukku digelikitik pakai lidahnya, juga telingaku,
aku tertawa-tawa kecil sambil mendesah dibuatnya. Aku suka
rangsangan dengan sensasi geli seperti ini.
Sementara di sebelah kami semakin seru karena Taryo sudah menindih
Yessica dan memacu tubuhnya dengan cepat. Yessica menggelinjang
dan mengerang setiap kali Taryo menyentakkan pinggulnya naik-turun,
tangannya kadang meremasi sprei dan kadang memeluk erat si Taryo.
Pak Joko mengangkat pantatku ke atas, kutahan dengan lututku dan
kupakai telapak tangan untuk menyangga tubuh bagian atasku. Sesaat
kemudian aku merasakan benda tumpul menyeruak ke vaginaku.
Seperti biasa aku meringis dengan mata terpejam menghayati moment-
moment penetrasi itu. Aku tak kuasa menahan desahanku menerima
hujaman-hujaman penisnya ke dalam tubuhku. Sensasi yang tak
terlukiskan terutama waktu dia memutar-mutar penisnya di vaginaku,
rasanya seperti sedang dibor saja, aku tak rela kalau sensasi ini
cepat-cepat berlalu, makannya aku selalu mendesah:
"Terus.. Terus.. Jangan pernah stop!"
Yessica dan Taryo berguling ke samping sehingga kini Yessica yang
berada di atas dan lebih memegang kendali. Dengan liarnya dia
menggoyangkan tubuhnya di atas Taryo, diraihnya tangan Taryo untuk
meremas payudaranya. Wow.. Kali ini dia bahkan lebih binal dan
agresif dari tadi siang, di tengah erangannya dia memaki-maki
pacarnya yang menyakiti hatinya.
"Randy bangsat.. Ahh.. Lu kira aku uuhh.. nggak bisa.. Nyeleweng apa!
Engghh.. Terus Bang.. Entot gua buat ngebales.. Aahh.. Cowok sialan
itu!!"
Kocokan Pak Joko padaku bertambah cepat dan kasar, otomatis
eranganku pun tambah tak karuan, sesekali bahkan aku menjerit kalau
sodokannya keras. Karena sudah tak bisa bertahan lagi, aku
mengalami orgasme dahsyat, sementara Pak Joko dia tak
mempedulikan kelelahanku, justru semakin gencar menyodokku. Tanpa
melepas penisnya dia baringkan tubuhku menyamping dan menaikkan
kaki kiriku ke pundaknya, dengan begini penisnya menancap lebih
dalam ke vaginaku. Selangakanku yang sudah basah kuyup
menimbulkan bunyi kecipak setiap menerima tusukan.
Dalam posisi ini aku bisa menyaksikan Taryo dan Yessica tanpa
menoleh. Payudaranya yang berayun-ayun akibat goyangan badannya
mendapat kuluman Taryo, beberapa kali kulumannya lepas karena
Yessica menggoyangkan tubuhnya dengan kencang, namun dengan
sabar Taryo menangkapnya dengan mulut dan mengulumnya lagi.
"Yahh.. Entot aku Bang.. Sedot susuku sampai puas.. Ahh.. Perlakukan
aku sesukamu.. Biar bajingan itu tahu rasa!!" erangnya terengah-engah
melampiaskan dendamnya
Sambil terus menggenjot, Pak Joko menyorongkan kepalanya ke
payudaraku, putingnya ditangkap dengan mulut kemudian digigit dan
ditarik-tarik, aku merintih dan meringis karena nyeri, namun juga
merasa nikmat. Sementara situasi di sebelah nampaknya makin seru,
kalau tadi siang Yessica didominasi oleh mereka berdua, kini
sebaliknya Yessicalah yang lebih mendominasi permainan dan justru
Taryo dibuat ngos-ngosan oleh keliarannya. Setelah menggelinjang
dan mendesah ketika mencapai klimaks, dia mencabut penis itu dari
vaginanya, lalu menggeser dirinya ke bawah dan menjilati serta
mengulum penis itu seperti orang kelaparan. Taryo sampai merem-
melek dan mendesah-desah dibuatnya.
Dalam jangka waktu lima menitan cairan putih kentalnya sudah
menyemprot bagaikan kilang minyak, bercipratan membasahi wajah
Yessica, Yessica terus mengocok dengan tangannya, mulutnya dibuka
membiarkan cipratan itu masuk ke mulutnya, rambutnya yang panjang
itu juga terkena cipratan sperma. Setelah semprotannya reda, dia
menjilati sisanya yang masih menetes, kepala penis Taryo yang seperti
jamur hitam itu disedot-sedot. Sesudahnya dia mengelap cipratan di
wajahnya dengan jarinya, dihisapnya jari-jarinya yang belepotan
sperma itu, sisanya dibalurkan merata di wajahnya. Kemudian dia
rebahan di atas tubuh Taryo, kepalanya bersandar di dadanya,
keduanya berpelukan seperti sepasang kekasih.
Aku merasakan sebentar lagi giliran aku klimaks, dinding vaginaku
makin berdenyut.
"Ayoo.. Pak, terus.. Citra sudah mau..!" desahku dengan nafas
tersenggal-senggal.
Tak lama kemudian aku merasakan tubuhku makin terbakar, aku
menggeliat sambil memeluk guling erat-erat. Desahan panjang
menandakan orgasmeku bersamaan dengan mengucurnya cairan
cintaku membasahi selangkanganku. Dia melepas penisnya dan
menurunkan kakiku, spermanya dikeluarkan di dadaku, setelah itu dia
ratakan cairan kental itu ke seluruh payudaraku hingga basah
mengkilap.
Belum habis rasa lelahku, dia sudah tempelkan kepala penisnya di
bibirku, menyuruh membersihkannya. Dengan sisa-sisa tenaga aku
genggam benda itu dan menyapukan lidahku dengan lemas, kujilat
bersih dan sisa-sisa spermanya kutelan saja. Akhirnya kami pun
terbaring bersebelahan, keringatku bercucuran dengan deras, dadaku
naik-turun dengan cepat karena ngos-ngosan.
"Ck.. Ck.. Ck.. What a naughty girl you are, Ci!" terdengar Yessica
berkata dari sebelahku.
Aku menoleh ke arahnya yang masih berbaring di tubuh Taryo, dan
membalasnya tersenyum. Kami masih sempat ngobrol-ngobrol
beberapa menit sebelum satu-persatu tertidur kecapekan.
Pagi jam sembilan aku terbangun dan menemukan diriku telanjang
tertutup selimut, tidak ada siapapun di kamar semua sudah pergi.
Jendela sudah terbuka sehingga sinar matahari menerangi kamar ini,
dari luar terdengar suara kecipak air. Aku turun dari ranjang dan
melihat ke luar jendela, di kolam Yessica sedang berenang sendirian,
tanpa sehelai benangpun.
"Yes.. Ooii!" sapaku sedikit teriak sambil melambai, "Mana tuh dua
orang itu!?"
Dia menoleh ke asal suara dan balas melambai, "Nggak tahu tuh, kalau
Pak Joko tadi lagi nyapu di depan, sini Ci, segar loh renang pagi gini!"
Aku keluar dari kamar dan menyusulnya ke kolam. Baru turun dari
tangga, aku hampir bertabrakan dengan Pak Joko yang muncul di
sebelah dengan memegang sapu, dia baru masuk ke sini setelah
selesai membersihkan halaman depan.
"Aduh, Bapak, ngagetin aja.. Hampir deh!" kataku sambil mengelus
dada, "O ya, Taryo hari ini nggak bisa ke sini ya katanya?"
"Haduh.. Bapak juga kaget Neng nongolnya mendadak gini.. Taryo ya,
tadi pagi dia pulang ke kampungnya lagi, tapi memang dia bilang hari
ini nggak bisa ke sini soalnya entar siang majikannya datang!"
Kebetulan dia ingin minta ijin padaku untuk menengok cucunya yang
baru sembuh di desa, tapi sesudah makan siang dia berjanji akan
kembali. Setelah dia pergi tinggallah kami dua gadis di villa ini.
Hampir sejam lamanya kami berenang dan mengobrol di kolam. Setelah
mandi bersih aku memasak dua bungkus mie Korea untuk sarapan.
Habis makan aku mengajaknya jalan-jalan mengelilingi kompleks
sekalian menikmati suasana pegunungan yang tenang dan sejuk.
Sepanjang jalan, hampir semua orang yang kami temui (terutama pria)
memperhatikan kami, bahkan beberapa sempat menggoda dengan
kata-kata. Tidak heran sih, karena aku memakai pakaian kemarin yang
seksi itu, sedangkan Yessica memakai rok mini warna hitam dengan
atasan kaos u can see kuning yang ketat sehingga mencetak bentuk
badan dan payudaranya yang menantang. Untung hari ini tidak banyak
angin, kalau tidak rok yang bahannya lembut itu sudah tertiup angin
kemana-mana.
Kami sih berlagak cuek aja dengan tatapan-tatapan nakal mereka.
Siapa sangka justru penjaga villa yang biasa kurang dianggap malah
lebih beruntung dibanding om-om dan pemuda kaya yang kami temui.
Ketika pulang kami melihat di villa sebelah sudah terparkir dua buah
mobil dan beberapa anak-anak asyik bermain di balik pagar. Majikan
Taryo dan familinya sudah datang, berarti dia tidak bisa menemani
kami lagi karena sibuk melayani mereka.
Di rumah, Yessica meminta kalau nanti ML lagi agar kembali disyuting,
dia juga menyayangkan kenapa aku tidak mensyutingnya semalam,
padahal menurut dia semalam itu sangat hot adegannya. Iya juga sih
pikirku, tapi kan waktu itu nafsu sudah diubun-ubun sampai lupa mau
mensyuting juga.
Jam tigaan, setelah Pak Joko kembali, Yessica memintaku
mensyutingnya lagi. Kali ini settingnya di ruang tengah tempat Taryo
menggarapku kemarin. Yessica dan Pak Joko duduk bersebelahan di
sofa, begitu kuberi aba-aba, mereka berpelukan, Pak Joko melumat
bibir Yessica dan lidah mereka mulai beradu. Sambil berciuman tangan
Pak Joko meraba-raba paha mulusnya semakin ke atas menyingkap
roknya yang pendek, Yessica pun tidak kalah aktif, dia meremasi
selangkangan Pak Joko dari luar celananya. Kemudian Pak Joko
menjatuhkan tubuhnya ke depan menindih Yessica. Mereka mulai
saling melucuti pakaian pasangannya sampai bugil.
Yessica dua kali orgasme di atas sofa, selanjutnya kami pindah ke
kamar mandi, mereka bercinta di bawah siraman shower, Yessica
menyandarkan tangannya di tembok menerima sodokan Pak Joko dari
belakangnya. Sambil menggenjot, Pak Joko menyuruhku mengambil
sabun cair dekat bathtub, dia menuangkannya ke tangannya lalu
membalurinya ke tubuh Yessica. Tangannya yang kasar itu menggosok
seluruh tubuhnya, paha, pantat, perut, naik ke payudaranya, lama-lama
tubuh sabun cair itu semakin berbusa di tubuh Yessica.
Usai menyabuni Yessica, dia membalik tubuhnya menghadapnya. Kaki
kanannya diangkat sepinggang, penisnya diarahkan memasuki lubang
senggamanya. Dengan gencarnya dia mengocok sepupuku dalam
posisi berdiri. Tak lama kemudian Yessica menengadah dan mengerang
panjang mengalahkan suara shower.
"Oohh.. Keluar Pak!!" sambil mempererat pelukannya.
Yessica berlutut dan menerima semprotan sperma Pak Joko di
wajahnya. Adegan di kamar mandi ini menyudahi persenggamaan siang
ini. Malam harinya kami main threesome di kamarku. Pak Joko
berbaring sambil menikmati vagina Yessica yang naik ke wajahnya,
sementara aku sibuk melayani penisnya dengan mulut dan lidahku.
Semakin kukulum semakin keras dan berdenyut benda itu, kulakukan
itu sepuluh menit lamanya. Sayang sekali kalau cepat-cepat orgasme
sedangkan aku belum mencapai kepuasanku. Akupun naik ke
selangakangannya dan memasukkan benda itu ke vaginaku.
"Uuugghh..!" desahku saat benda itu menusuk ke dalam.
Di sela-sela kegiatan menikmati vagina sepupuku, dia juga mendesah
merasakan jepitan vaginaku terhadap penisnya. Liarnya goyanganku
membuatnya makin liar memperlakukan Yessica, jilatan-jilatannya
nampak lebih seru sampai suara menyeruput cairannya pun terdengar.
Tangannya dijulurkan ke atas meraih kedua payudaranya, meremasnya
sambil terus menyedot vaginanya.
"Ahh.. Ohh.. Pak!" desah Yessica sambil menggeliat-geliat.
Setelah Yessica mencapai orgasme, Pak Joko mengajak ganti posisi.
Kali ini aku nungging di atas Yessica dengan gaya 69, kembali Pak
Joko menusukku dari belakang, sesekali kurasakan lidah Yessica pada
vaginaku, di bawah sana dia sedang menjilati vagina dan penis Pak
Joko yang sedang keluar masuk. Sebagai responnya, aku juga
menjilati vaginanya yang basah oleh cairan orgasme dan ludah. Aku
menjilati bibir vaginanya hingga klitorisnya yang merah itu. Hhmm..
Dia memakai pembersih kewanitaan dengan merek yang sama seperti
punyaku, aku sudah hafal dengan aromanya.
Tangan Pak Joko mulai merayap di payudaraku, memilin putingnya dan
memijatinya. Aku tidak bisa menahan lebih lama lagi sesuatu yang
mau meledak dalam diriku, aku mengerang panjang saat mencapai
puncak. Genjotannya masih berlangsung beberapa menit ke depan
sehingga memberiku kenikmatan lebih lama. Selesai membawaku ke
puncak, kini dia mengincar Yessica. Dia rebahan lalu menyuruh
Yessica menaiki penisnya yang masih mengacung tegak, benda itu
basah mengkilap berlumuran lendirku. Dia mengisi vaginanya dengan
penis itu diiringi desahan, setelah berhasil menancapkannya tanpa
buang waktu lagi dia menggoyangkan tubuhnya. Pak Joko sendiri
turun menyentak-nyentakkan pinggulnya ke atas merespon goyangan
badannya.
Birahiku mulai naik lagi, maka aku menaiki wajah Pak Joko dalam
posisi berhadapan dengan Yessica. Tanpa diminta lagi, lidahnya sudah
beraksi menyusuri organ kewanitaanku, jilatannya diselingi kocokan
jari tangan yang bergerak liar di dalam vaginaku, desahanku pun
semakin menjadi-jadi. Kedua telapak tanganku saling genggam dengan
Yessica. Rasa nikmatku kulampiaskan dengan memagut bibir
sepupuku, lidah bertemu lidah lalu saling jilat. Lidah Pak Joko bukan
saja menjilati vaginaku, duburku pun tidak luput darinya.
"Yeeaah, gitu Pak.. Terus.. Yahh.. Jilati aku sepuasmu!" demikian
desahku menghayati setiap jilatannya.
Orgasmeku hanya lebih beberapa detik dari Yessica, tubuh kami
menggelinjang di atas tubuh Pak Joko diiringi erangan yang sahut-
menyahut. Cairan yang meleleh dari vaginaku dilahapnya dengan rakus
sekali sampai terdengar suara menyeruputnya. Yessica mencabut
penis itu dari vaginanya kemudian rebahan di antara paha Pak Joko
mengoral penisnya. Aku juga merundukkan badanku ke depan
mendekati penis yang masih tegak itu. Berdua kami melayani Adik
kecilnya dengan kocokan, jilatan, dan hisapan selama lima menit
hingga isinya muncrat ke wajah kami. Kami masih terus mengocok-
ngocoknya hingga tetes terakhir, pemiliknya sampai berkelejotan dan
melenguh nikmat akibat perbuatan kami. Maninya sudah tidak
sebanyak kemarin sehingga kami sedikit berebutan untuk
mendapatkannya.
Kami terkulai lemas, tubuh kami sudah berkeringat, nafas pun sudah
putus-putus.
"Hebat juga ya Bapak ini, bisa tahan segitu lama sama dua cewek"
pujiku.
"Ahh..Neng ini, sebenernya sih berkat jamu tadi sore hehehe!" katanya
dengan tersipu malu.
"Oo.. Pantes tadi nafasnya bau gitu, tapi hebat juga ya jamunya Pak"
sahut Yessica sambil merapat dan menyandarkan kepalanya pada
dadanya.
Sungguh seperti kaisar saja Pak Joko malam itu, tidur diapit dua gadis
muda dan cantik, suatu hal yang membuat banyak cowok iri tentunya.
Dia juga berterima kasih pada kami karena telah membuatnya merasa
muda kembali di usianya. Besoknya jam sebelas kami sudah berangkat
kembali ke Jakarta. Tidak lupa kami memberi ciuman perpisahan
padanya, Yessica pipi kiri dan aku pipi kanan, lalu dibalasnya dengan
menepuk pantat kami bersamaan.
Hari itu juga, sore harinya kami membawa rekaman handycam itu ke
Verna untuk ditransfer dalam bentuk vcd (komputer Verna memang
paling lengkap walau sebenarnya milik adiknya yang sedang kuliah di
luar negeri). Cd masternya dibawa Yessica sebagai koleksi pribadinya,
copy-nya untuk kami, tentunya hanya untuk kalangan kita-kita saja.
Dia mengabariku seminggu setelah kepulangannya bahwa dia telah
memutuskan hubungan dengan pacarnya setelah sebelumnya dia
mengajak cowoknya menonton bersama rekaman di villa itu sebagai
pembalasannya. Kata-kata terakhir pada cowoknya sebelum berpisah
adalah...
"Kalau lu bisa main gila, gua juga bisa bikin yang lebih gila!"
Sekarang ini dia sudah mempunyai pacar baru yang lebih muda empat
tahun darinya, sifatnya juga lembek, biar lebih gampang dikendalikan
katanya. Duh.. Dasar Yessica, jadi woman rule nih ceritanya. O, ya met
skripsi juga Yes, good luck and success.

Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda

0 komentar:

Posting Komentar

Silahkan komentar tapi dilarang yang berbau sara dan provokativ.