Minggu, 08 Maret 2015

Schoolgirl's Diary 13: Betrayal, The Rain is Hot LikeFire

"Aduh apaan sich nihh??" telingaku kembali mendengar suara berbisik
yang agak keras, "hmm ??" sepertinya suara Reina dan suara Vivi.
"Humm..? emmm...?? Emhh Reiii...,Viiii, Ho-ammmh, Ha-ahh ??" aku
terkejut setengah mati ketika berusaha menggerakkan tubuhku, kedua
tanganku terikat ke belakang, sementara kedua kakiku juga terikat
tanpa daya, Hohoho, rupa-rupanya Vivi dan Reina sedang menggodaku,
dibondage!!, begitulah pemikiranku saat ini, Hiaaattttt..., kukerahkan
tenagaku, GRRRHHHH...HIAAAATTT...!!Whewwww...., kuat amat
ikatannya, tenang, masih ada cara lain untuk melepaskan diri....
"Rei..., Viii, lepasin akuuuu, nggak lucu ah becanda kaya gini....,
ngapain sih main ikat-ikatan begini..., HOaaahhhmmm" Aku merajuk
sambil kembali menguap lebar, mataku terpejam-pejam karena masih
mengantuk.
"Mayy.., bangun mayyy....!! MAYA..!!!duh nih anak gimana sihh!!"
Vivi berbisik keras di sisi kananku,
'Tinggg' aku membuka mataku lebar-lebar, ufh-ohh, dimana ini? aku
menolehkan kepalaku ke kanan dan ke kiri, Reina dan Vivi juga sama-
sama terikat tanpa daya., Eh koq Farida nggak ada??
"Viiii...!! Reii..!! Di mana ini...!! Farida di mana?? "
"Nggak tau May..., nggak tau..." Reina menggeleng-gelengkan
kepalanya, tubuhnya mencoba menggeliat untuk mengusir rasa pegal
yang menyiksa.
"Saat aku bangun Farida sudah nggak ada di dalam kamar" Vivi
menatapku, ia berusaha menenangkanku yang mulai terisak menangis.
"Vii, Reiii, aku taku-utttt....." aku, Vivi dan Reina saling berpandangan
dengan gelisah.
------
Sementara di luar kamar,
Seorang bertubuh gemuk duduk dengan santai di atas kursi di hadapan
sebuah meja makan, terkadang bibirnya meruncing untuk menyeruput
mie panas yang baru dimasaknya beberapa saat yang lalu. Sesekali
Andra menolehkan wajahnya ke arah pintu kamar yang tertutup ketika
sayup-sayup telinganya mendengar suara pekikan keras Farida dari
dalam kamar. Andra tahu dengan pasti apa yang tengah dilakukan oleh
Pak Agung terhadap Farida. Si pegulat tangguh mengusap-ngusap
perutnya kemudian melangkah menuju dapur. Setelah selesai
menggoreng beberapa potong daging ayam, sambil bersiul-siul ia
melangkah menuju ke sebuah kamar yang terkunci di samping tangga.
Perlahan-lahan tangannya membuka kunci dan mendorong pintu kamar
itu.
"Klekkkk... "
"Andraaa....!!" hampir bersamaan kami berseru terkejut
Harapann.....oh syukurlah....Andra pasti menyelamatkan kami, ohh,
Andra penolong kami yang bertubuh gemuk akhirnya menampakkan
batang hidungnya yang pesek mirip seperti jambu air itu.
"Andra tolongggg.... "
Aku segera memohon kepada Andra yang menyelinap masuk ke dalam
kamar, duh pegal amat tubuhku, entah berapa lama aku jatuh tak
sadarkan diri dalam keadaan terikat seperti ini.
"Haiii..., apa kabar ?? kalian baik-baik saja ??gimana tidur kalian
semalam apakah..." Andra duduk di pinggiran ranjang, wajahnya tampak
polos seperti biasa.
"Andra..., bukain dongg, cepettt..." Reina buru-buru memotong
pembicaraan Andra.
"Iya , cepet buka-in..., cepetann..." Vivi tampak gembira ketika Andra
membalikkan tubuhnya.
"Ee-eh...?? Andraaa...!! HEiiiii....!!" Vivi terkejut setengah mati, demikian
juga halnya dengan aku dan Reina, setelah melepaskan ikatan di kaki
Vivi, Andra menaiki tubuh 'si susu besar' dan menindihnya dari
belakang.
"ANDRA!! Kamu apa-apaan sihhh...!! Gila kamu.!! Lepasin Vivi...!! Jangan
ganggu diaaaa....!! " aku membentak Andra dengan kesal.
"ANDRA!! JANGAN MAIN-MAIN....!!SEKARANG BUKAN WAKTU-NYA
UNTUK BERMAIN-MAIN....ANDRAA!!" Reina mulai naik darah, sementara
Vivi memaki sambil meronta sekuat tenaga ketika tangan Andra
merayap meremas-remas payudaranya dari arah belakang,
Aku menekuk lututku kemudian Ciaaattttttttt..... BUKKKKK.....!!
"Brukkkk....!! WHADOWWWW..." tubuh Andra yang berlemak terjungkal
dari atas ranjang akibat kehilangan keseimbangan, ia meringis
kesakitan sambil mengusap-ngusap pinggulnya. Firasat buruk Vivi
berdentang dengan kuat ketika ia mengingat Farida.
"Andra !! Farida Dimana ?? Dimana Dia ?? AWAS kalau kamu berani
menyakiti Farida....!!" Vivi mendesis keras mengancam Andra, aku
kembali berusaha menendang Andra ketika ia kembali mendekati tubuh
Vivi yang terlungkup tanpa daya, namun dengan mudah kali ini Andra
menepiskan kakiku dan menggusur tubuh Vivi.
"He he he, kamu ingin tahu keadaan Farida ?? yuk ikut denganku biar
kamu ikut merasakan apa yang dirasakan oleh Farida..."
"Lepaskan Vivi...!! Andra....!!" Reina membentak.
"Andra, Vivi Mau dibawa kemana ?? Viviiiiiii....!! "Aku menjerit kesal
ditengah-tengah ketidak berdayaanku.
"Mayyyy.....!! Reiiiiiii......!!" suara Vivi menghilang dibalik pintu kamar
yang kembali dikunci.dari luar, suara makian Vivi yang sedang memaki
Andra terdengar semakin menjauh, Aku dan Reina saling menatap
dengan tatapan putus asa. Apa-apaan ini ?? apa yang sebenarnya
tengah terjadi??
"Lepaskan aku,
lepaskan!!"
"Udah.., ngak usah rewel,
he he he"
Andra menyeret Vivi ke
sebuah ruangan di
basement bungalow
mewah itu, si pegulat
tangguh melayangkan
pandangannya berkeliling,
sebuah bar kecil, meja
billiard dan darts.
"Viii, kamu lapar nggak ??
tunggu sebentar ya, aku
ambilkan sedikit makanan
buat kamu...."
Andra mencoba
meluluhkan hati Vivi,
setelah mendudukkan Vivi
di sebuah kursi, ia berlari
kecil menaiki anak
tangga. Vivi mendengus
kesal sambil memalingkan
wajahnya ke arah lain.
Tidak berapa lama
terdengar suara langkah kaki Andra kembali menuruni anak tangga.
Cuping hidung Vivi kembang kempis mengendus aroma daging ayam
goreng di sebuah piring yang dibawa Andra. Mau tidak mau ekor mata
Vivi melirik sambil menelan ludah berkali-kali karena merasa lapar dan
haus.
"Minum dulu Viii...." Andra menyodorkan segelas minuman dingin
kehadapan Vivi, bagaikan seorang pelayan Andra melayani Vivi dengan
baik dan sopan.
"Glukkk.. Glukkk... Glukkkk....." dengan bantuan Andra Vivi meneguk
habis segelas minuman dingin untuk meredakan rasa dahaganya.
"Lapar ??" Andra bertanya sambil mencabik sepotong daging ayam
goreng dan menjejalkannya ke mulut Vivi.
"HAPPPPP!!" Vivi membuka mulutnya lebar-lebar kemudian mengunyah
dengan lahap, beberapa potong daging ayam goreng pemberian Andra
habis disantap oleh Vivi.
"Viiii, Kamu nggak kepanasan ?? Andra buka yachhh...biar sejuk"Andra
meloloskan sebuah kancing baju seragam Vivi bagian atas.
"Jangan sentuh aku BRENGSEK...!!" Vivi menghardik si pegulat tangguh,
rupanya semakin dimaki birahi Andra malah semakin naik hingga ke
ubun-ubun, tangannya kembali beraksi.
Vivi memaki kesal ketika jemari Andra mempreteli kacing baju seragam
sekolahnya, satu persatu kancing baju si susu besar terlepas dari
sarangnya. Nafas Andra memburu kencang, kedua tangannya
menyibakkan baju seragam Vivi kemudian menarik cup branya ke
bawah, kini giliran Andra yang berkali-kali menelan ludah matanya
mendelik menyaksikan gundukan buah dada Vivi yang montok,
kencang, dan indah. Perlahan-lahan tangan Andra merayap,
mengusap-ngusap buah dada sebelah kiri. Andra mendekatkan
wajahnya ke wajah Vivi. Bibir si pegulat tangguh meruncing seperti
ikan gurame. Tanpa diduga Vivi membenturkan keningnya ke bibir
Andra.
"JEDAGGGG....!!
"NGUHAAK., HADONGH, VIGGGH...!!."
Kepala Andra terpental ke belakang, ia terhunyung dan tangan
kanannya menangkup hidung dan bibirnya, lumayan lama Andra
terbungkuk bungkuk kesakitan.
"Viiii, jangan gitu dooongggg, kitakan teman baikkkk...."
"Temannn ?? emang pernah kenalan ??"
"Vii, ini aku Vii, Andra...masa nggak kenal ??"
"NGGAKKK KE....NAAALLL...!!" Vivi menjawab dengan ketus.
"beneran nihhh nggak kenal?? jangan salahkan aku ya!!" Andra
mengancam Vivi.
Andra mulai melepaskan pakaiannya sendiri, si pegulat tangguh
mendengus panjang. Tangannya bergerak lincah membongkar sebuah
electric lighter, sebuah benda berbentuk tabung mengeluarkan
percikan-percikan listrik dari sebuah kabel kecil berwarna biru tua
ketika Andra menekan-nekan knop tabung kecil itu, C-TEKKKK...!! C-
TEKKKK....!!C-TEkkkk...!!
"Awwww.. Awwwwww!!" tubuh Vivi terperanjat tersengat aliran listrik
yang dikeluarkan oleh tabung kecil di tangan Andra. Andra tertawa
sambil mengelus rambut Vivi ia kembali bertanya.
"Gimana Vi ? mau nurut sama aku ??"
"Nggak sudii!"
Mendengar penolakan Vivi, Andra berkali-kali menyengati bahu Vivi.
Gadis itu tetap bertahan mati-matian kemudian pada suatu kesempatan
Vivi berusaha menyabetkan kakinya ke selangkangan Andra,
Whuuuttt....!!
"Weeiiittt....!! Anjrittt....!! Viii, kira-kira doongg..!!, bahaya tauu..."
Andra melompat kebelakang menghindari sabetan kaki Vivi, ia protes
keras sambil mendelikkan matanya, nafasnya memburu, amarahnya
bercampur aduk dengan nafsu. Kali ini Andra tidak mau berbuat
gegabah. Ia mengikat kedua kaki Vivi mengangkang pada kaki kursi
kemudian diikatnya punggung Vivi menyatu dengan sandaran kursi.
Andra bersujud di antara paha Vivi yang mengangkang. Tangan Andra
merayap liar mengelusi permukaan paha Vivi yang mulus tanpa cela. Si
pegulat tangguh membalikkan telapak tangannya ke atas kemudian
mengusapi selangkangan Vivi yang terkangkang tanpa daya, mulut
Andra begitu sibuk menghisap dan melumati leher si dada besar,
sesekali dengan gemas Andra menggigit leher Vivi hingga
meninggalkan bekas-bekas gigitan.
"Ha Ha HA, Muachh Grrrhhh, Muachh.. Mmmmm.. Muahhh He he he"
"Auhhh...!! Aggghhh...dasar bajingan!!"
"Biarin, emang gue pikirin, biar bajingan tapi yang pentingkan bias
ngentotin kamu...nih aku remas Vii, Remassss, duhh gemas aku.
REMASSSSS....!! REMASSSS...!! Ha HA....."
"AWWWW... aduh-duhh.. Ahhhhhhhhhhhh.....!!"
Andra meremas-remas payudara Vivi, sesekali mulutnya mengenyot-
ngenyot puting susu gadis yang sudah tak berdaya itu.
Berkali-kali jemari Andra mencubit dan memilin-milin puting Vivi yang
coklat kemerahan. Kemudian kedua tangannya kembali meremasi susu
Vivi, lidahnya menyentil dan menggelitiki putting susu si susu besar.
Dengan lahap Andra mengenyot-ngenyot buntalan payudara Vivi
bergantian yang kiri dan kanan hingga payudara Vivi menjadi basah
terbasuh oleh air liurnya.
"Auhh... Awww... !! Akkhhhh.....!!"
Tiba-tiba tubuh Vivi terperanjat, Andra terkekeh sambil menyengati
ujung putting susu Vivi yang mengeras. Gadis itu masih juga tetap
bertahan. Ia tidak sudi menyerah dihadapan Andra.
"Ampun ngak Vi ??"
"Ctekkk...!"
"Aauhhh...!!.Keparat kau Andra !! aduhhhh...!!"
Butiran keringat membanjiri tubuh gadis cantik itu pertanda ia berusaha
bertahan mati-matian. Tubuhnya menggeliat-geliat menahan sengatan-
sengatan arus listrik dari tabung kecil ditangan Andra,
"Ctekkk..!! Ctekkk...!!CTEKKK...!!!"
"aduhh... awww...., awww..., aduhhhh...."
Setiap kali bunyi itu terdengar pada saat yang bersamaan terdengar
pula suara pekikan-pekikan dan keluh kesah Vivi yang semakin
membuat Andra bergairah, wajah Andra merah pada menahan nafsu
yang berkobar.
"hemmmm, masih bandellll, gimana kalau yang ini ?? he he he he"
Andra mengarahkan tabung kecil itu ke ujung kaki Vivi. .
"Ctekkkk....!!"
"AWWWWWWWWWW!!"
Vivi menjerit keras ketika Andra menyengat jemari kakinya. Vivi masih
juga berusaha bertahan, dengus nafas Vivi terputus-putus, pandangan
matanya agak nanar akibat siksaan Andra yang bersifat melecehkan
dirinya.
Kini dengan mengenakan sarung tangan karet jemari Andra
menyibakkan bibir vagina Vivi. Ia tersenyum mesum pada secuil daging
mungil yang terselip diantara belahan vagina Vivi kemudian
ditempelkannya ujung kabel kecil itu pada klitoris Vivi.
"Nah sekarang kamu pikir baik - baik, bagaimana rasanya jika sampai
daging kecil ini yang kena..., ampun NGGAKK...!!!.HAYO JAWABBB...!
JAWAB VIII....!!!" terdengar teriakan keras Andra yang membentaki Vivi
dengan kasar ia berusaha mengikis keteguhan hati si susu besar
Sambil mengancam jari Andra menekan knop tabung kecil itu, mau
tidak mau Vivi memohon sebelum tabung kecil itu memercikkan
sengatan listriknya, tidak terbayangkan rasa sakit yang akan
dideritanya jika sampai daging kecil itu tersengat sengatan listrik dari
tabung kecil ditangan Andra.
"Ampun Andra, ampun, jangan.."
"Bener ampun..!!Ayo JAWABB...!!JAWAB Viiii!!"
"Iy-iya.., ammmpphhunnn.., ammpphunn Andraaaaa...., Ampunn" suara
Vivi bergetar karena ketakutan, ia tertunduk tidak sanggup menatap
wajah Andra yang beringas..
"mulai detik ini kamu harus nurut sama aku ngertiiii...!!"
Andra kembali membentak ia berusaha mematenkan kemenangannya.
Air mata Vivi meleleh ketika ia mengangguk kecil. Si pegulat tangguh
melemparkan tabung kecil ditangannya kemudian membuka ikatan pada
tubuh dan tangan Vivi sementara kedua kaki Vivi dibiarkan terikat
mengangkang pada kaki kursi.
"buka mulut kamu Vii..." Andra berdiri di hadapan Vivi, dengan
seenaknya Andra memerintah Vivi agar gadis itu membuka mulutnya.
"bagussss..., sekarang kamu emut titit Andra yak..^_^ "
Si pegulat tangguh tersenyum, tangannya menarik kepala Vivi ke arah
selangkangannya. Andra menyodorkan penisnya masuk ke dalam mulut
Vivi yang ternganga. Centi demi centi Andra mendesakan batang
penisnya semakin dalam. Ia mengajari Vivi agar si cantik bersusu besar
terbiasa untuk di deepthoath. Mata Andra terpejam keenakan ketika
ujung penisnya diremas oleh kerongkongan Vivi.
"..uhumm...mnhhhhhhmmmm. emmmhh"
Wajah Vivi mengernyit ketika ujung penis Andra terselip dalam
kerongkongannya. Tangan Andra semakin kuat menekankan belakang
kepala Vivi hingga wajah si susu besar semakin merapat pada
selangkangannya. Dengus nafas Vivi terasa hangat menghembusi bulu
jembut Andra yang rimbun.
"Ufhhh, nghossshh.., nghossshhhh"
Vivi berusaha mengambil nafas ketika Andra menarik penisnya.
Payudaranya bergerak cepat saat gadis itu mengambil nafas. Andra
segera mengelusi sepasang bukit indah didada Vivi, tangannya
meremasi payudara Vivi yang putih besar.
"Emmhhh.. ahh.. Ahhhhhh......emmhhh Mhhhhhhh...."
Vivi mendesah ketika Andra bersujud dan menjilati putting susunya,
tangan Andra menarik leher Vivi, bibir si pegulat tangguh mencaplok
dan mengemut bibir Vivi. Pagutan-pagutan Andra bertambah liar
sementara kedua tangannya tak pernah berhenti meremas-remas
payudara si susu besar. Setelah mengikat kembali kedua tangan Vivi ke
belakang, Andra melepaskan ikatan pada kakinya, kemudian
membaringkan si susu besar di atas lantai karpet, batang penis Andra
meneduhi wajah Vivi.
"Dijilat Viii, DIJILATTT..."
"Sllkkkkkk... slllppphhh... ckk slllkkkkk....He-mummmh"
Lidah Vivi terjulur menjilati batang penis Andra, sesekali Andra
mencelupkan batang penisnya ke dalam mulut si susu besar.
Selangkangan Andra mendesaki wajah Vivi yang kewalahan. Tubuh
mulusnya menggejang terkadang menggeliat lemah ketika sebatang
penis mendeepthoatnya habis-habisan.
"Uhh. Uhukk.. hukkk...."
Setelah Vivi selesai berbatuk ria, Andra memperbaiki posisi
selangkangannya agar lebih leluasa mendeepthroat si susu besar.
Sambil tersenyum lebar tangan kiri Andra menjejalkan batang penisnya
ke dalam mulut Vivi. Batang penis Andra bergerak turun menusuki
kerongkongan Vivi sedalam mungkin hingga gadis cantik berdada besar
itu kembali terbatuk.
"Nggak mau Andra, uhuk Nggak mau, uhuk-uhukkk" Vivi menolak
ketika Andra berusaha menjejalkan kembali batang penisnya. Bibir Vivi
mengatup rapat menahan desakan kepala penis Andra, ia memaling-
malingkan wajahnya menghindari penis Andra.
"Ya sudah, kalau nggak mau juga nggak apa-apa, Andra nggak maksa
koq, permisi ya Viiii..., Andra mau nindih kamu nihhh, maaf agak
beratttt.....he he he"
Si pegulat tangguh menggeser tubuhnya hingga meneduhi tubuh Vivi.
Tubuh Andra gemetar saat tubuhnya bergesekan dengan tubuh Vivi
yang mulus halus. Kedua tangan si pegulat tangguh membelit tubuh
Vivi, suara geraman Andra membuat bulu kuduk gadis cantik itu
merinding, Vivi memejamkan kedua matanya rapat-rapat saat wajah
Andra yang mesum memayungi wajahnya.
"cupphh.. cupphhh.. cuppp.. Viii,Ck ckk. ckkkk "
Berkali-kali kecupan-kecupan Andra mampir dibibirnya, menciuminya
dan mengulum bibirnya dengan penuh nafsu, Vivi berusaha merapatkan
kedua kakinya untuk menghalangi kebejatan Andra. Sementara Andra
menyusupkan kepalanya kesela-sela leher Vivi kemudian dijilatinya
batang leher Vivi yang jenjang, dihisapinya leher jenjang gadis cantik
itu hingga meninggalkan bekas-bekas cupang kemerahan.
Payudara Vivi yang besar menempel erat di dada Andra hingga dengan
jelas Andra dapat merasakan detak jantung gadis itu yang ketakutan.
Dugg, dug,dug,dug...,untuk berapa saat lamanya Andra menatap dalam-
dalam mata Vivi yang sipit kemudian mulai menciumi dagu dan rahang
Vivi dengan gemas. Cumbuannya yang panas perlahan merambat turun
ke arah dada, nafas si susu besar berdengusan keras ketika jemari
tangan Andra menggerayangi buntalan payudaranya yang putih besar.
"aw-ah..!aduh-duh.." Vivi mengaduh kesakitan ketika Andra meremas
induk payudaranya dengan kuat, sorot mata Andra begitu liar, berbinar
penuh dengan hawa nafsu, sungguh berbeda dengan tatapan mata Vivi
yang ketakutan.
"E-eh, maaf Viiiii, abis gemes sich, montok euy, kenceng,
duhhhh,nyomh-nyoomh, nyooott-nyoott, Hummhh...muaaumhh-nyoot-
hummmmmmmp"
Andra tampak bernafsu mencumbui payudara Vivi yang putih besar.
Tubuh Vivi mengelinjang kegelian ketika mulut Andra memanguti
sepasang buah dadanya yang membuntal padat sambil sesekali jari
Andra mencapit puting susu gadis itu kemudian memilin dan melinting
pentilnya yang mengeras, berulang kali mulut Andra mencapluk-capluk
puncak payudara Vivi, dikemutinya puncak dada Vivi yang semakin
membuntal.
"Ah-ah, eshh-emh, owhhhhhh-hssssshhhh"
Vivi mendesis keras saat mulut Andra menghisapi puncak payudaranya.
Ada semburan-semburan hawa panas-nikmat dari dengusan hidung
dan mulut Andra, Vivi semakin kesulitan untuk mengendalikan diri
apalagi ketika cumbuan Andra mulai merambat turun, ke perut, pinggul
dan menuju ke......ahhhhhh, Vivi tidak sanggup lagi untuk berpikir lebih
jauh, ketika semburan-semburan hawa hangat yang nikmat itu menerpa
permukaan vaginanya, pangutan bibir dan jilatan - jilatan batang lidah
Andra membuat angan Vivi melayang-layang jauh ke angkasa, lama
kelamaan cumbuan liar si pegulat tangguh ternyata berhasil
merobohkan benteng kemarahan Vivi si cantik berdada bongsor.
"ohhhhhhhhhhhhhhh........." si susu besar mendesah panjang saat jemari
Andra merekahkan bibir vaginanya perlahan namun pasti Vivi semakin
pasrah merenggangkan kedua pahanya melebar, ia merintih merasakan
jilatan-jilatan lidah Andra menyapu pahanya sebelah dalam. Andra
seolah terbius oleh aroma vagina Vivi, matanya menatap tajam pada
belahan vagina Vivi yang becek oleh cairan kewanitaan yang beraroma
khas, hidungnya mengendus rekahannya yang berwarna merah muda.
"Sniiiffffffhhhhh, Viii, harum bangetttt.....snifffhh.., sniffffhh...wuihhh,
gurih amattt... he he he, Andra udah nggak sabar nich, pengen
ngerasain belah duren..."
Andra menarik nafas dalam-dalam mengendusi aroma vagina si susu
besar. Lidahnya terjulur keluar untuk membasuh selangkangan Vivi,
detak jantung Andra bertambah keras ketika selangkangannya
mengangkangi selangkangan Vivi, seumur hidup baru pertama kali ini
Andra mencoba memperawani seorang gadis, kepala penisnya bergerak
menekan-nekan ia berusaha membelah belahan bibir vagina Vivi yang
masih suci.
"Achh-Aa..., Ouhhhhhhh, j-jangan Andra, Jj-jangan"
"Diam Vii, jangan bergerak-gerak terusssshh, Hihhh! Grrrrhhhh..!!
Rhhhhh... Heii!! Diam katakuu....!!aduhhh, jadi kepeleset kan..., diem
dong, diemmm Viiii, dieeeeemmmm....!!"
Andra semakin bernafsu, kanan tangan Andra mencengkram pinggul
Vivi, sementara tangan kirinya menjejal-jejalkan kepala penisnya. Penis
Andra terus mendesaki belahan bibir vagina gadis itu, sedikit demi
sedikit ujung kepala penis Andra mulai membelah belahan vagina si
susu besar. Andra menggeram-geram keenakan merasakan ujung
kepala penisnya mulai terselip pada cepitan liang vagina Vivi yang
hangat-hangat-basah.
"AKHHHH...aduhh" air mata mulai berlinang di mata Vivi saat kepala
penis Andra mulai terbenam di celah vaginanya, Vivi mengaduh saat
Andra menekankan kepala penisnya dengan hentakan yang agak keras..
"Anjinggg....! Viiiii...Enakkk..!!"
Tubuh Andra dan Vivi mengejang berbarengan, Andra mengumpat
ketika kepala penisnya mencelat masuk ke wilayah intim Vivi, lingkaran
otot vagina Vivi mengigit leher penis Andra. Vivi semakin gelisah saat
penis Andra terus mendesaki belahan vaginanya sementara Andra
keenakan saat menekan-nekankan batang penisnya pada cepitan liang
vagina Vivi yang mungil.
"emmm, hhsshh.., ahhh,aaa....hh"
Terdengar desahan-desahan Vivi ketika centi demi centi penis Andra
membelah vaginanya, gerakan Andra tertahan oleh sesuatu yang
menghalangi laju kepala penisnya. Vivi menatap Andra dengan tatapan
mata memelas seolah memohon agar Andra jangan melakukan
perbuatan terkutuk itu. Andra tersenyum kemudian pinggulnya
menggenjot berkali-kali.
"drrttt... drrtttt.. rrttttt....aje gileeee!!" mata Andra membeliak saat batang
penisnya merobek-robek selaput perawan Vivi.
"AUhhhhhhhh....!! Arhhhhhhhh.....!!sakit..!SAKiIIT-OW-OWWh!!"
Vivi membeliak seolah tidak percaya, sebatang benda asing terkutuk di
selangkangan Andra merobek-robek selaput daranya dengan kasar,
sekujur tubuh Vivi mengejang hebat, perutnya terasa kram ketika benda
terkutuk di selangkangan Andra terus menyodok berusaha masuk
dengan gerakan kasar membelah vaginanya, begitu pedih rasanya
ketika benda itu menusuk menancap semakin dalam, tenaganya laksana
dibetot keluar dari tubuhnya.
"Oahhh, enakk banget Viiiii, Urhhhh...hihhhhh...!!Hihh!!"Andra
keranjingan, ia menyentakkan batang penisnya dengan kuat, batang
penis Andra bergerak keluar masuk, menyodoki belahan liang vagina
Vivi..
"Aduh, ADUH.., Sakitttt., Andraaa... Saki.....ttttt...Awww..Aduh"
Tanpa mempedulikan jeritan Vivi yang kesakitan Andra terus
menjejalkan batang penisnya semakin dalam. Si pegulat tangguh baru
menghentikan tusukan-tusukan liarnya ketika selangkangannya
mendesak selangkangan Vivi. Isak tangis Vivi ternyata tidak mampu
untuk meredam nafsu liar Andra.
Dengan bernafsu Andra mulai menarik dan membenamkan batang
kemaluannya, memompai vagina Vivi hingga ia menjerit dan menangis
di bawah tindihan tubuh Andra. Tubuh Vivi terguncang dalam isak
tangis dan rintihan kesakitan yang memilukan.
"Adddduhhhh... aduhhhh, aduh Andra, Aduhhhh...Ahhhhh, sakittt...,
sak....hiiiiitttt...OWWWW...!!"
Suara erangan dan rintih kesakitan Vivi berbaur dengan dengus -
dengus nafas Andra. Andra menghempas-hempaskan batang penisnya
dalam ritme hentakan yang teratur, sesekali andra menggoyang-
goyangkan penisnya kekiri dan kekanan kemudian membenamkan
batang penisnya sedalam mungkin hingga tubuh Vivi mengejang hebat.
"Ohhhh, aduh Andraaa, Aduhhhh...awww"
Sebuah senyum kemenangan mengembang semakin lebar di wajah si
pegulat tangguh, ia menekuk wajahnya ke arah selangkangan. Mata
Andra menatap tajam pada batang penisnya yang menancap di vagina
Vivi. Perlahan-lahan Andra menarik batang penisnya hingga sebatas
leher penisnya saja yang mengait vagina gadis itu. Selain cairan
kewanitaan Vivi ada cairan kemerahan yang membasuh batang
penisnya, darah perawan dari gadis cantik yang ia perkosa, Vivi
menjerit keras saat penis Andra kembali bergerak menggenjoti
vaginanya.
"Jrossshhh,Jrosssshhhh.. Blussshhhhhh, Jrebb-Blussshh..."
Seiring dengan naiknya libido si pegulat tangguh, batang penis Andra
bergerak semakin dan lebih cepat lagi, menumbuki vagina Vivi dengan
kuat. Tubuh gadis cantik itu terguncang hebat seirama dengan
sodokan-sodokan batang penis Andra yang menusuki belahan
kewanitaannya.
"hkkk.. hkkk hkkkkk...."
"Clep.. pepphhh.., clepppppphhh..."
Suara Isak tangis Vivi bagaikan bumbu penyedap di tengah suara
tumbukan-tumbukan becek batang penis Andra yang semakin lancar
menikmati kenikmatan liang vagina gadis cantik itu.
"Cleeeppp.. clepppphhh.. Cleppppp...pephhhhh. Cleppp..."
"Aduh-duh- aduhhhhh...!!Akhhhhh...., ennnhhhhhhhh....add-huhhhh"
Vivi mengaduh saat Andra meraih pinggangnya, tanpa melepaskan
batang penisnya Andra dari belahan vagina Vivi, ia mengubah
posisinya menjadi duduk saling berhadapan dengan gadis cantik itu.
Vivi merasakan penis Andra bergerak seperti sebuah dongkrak yang
tengah mendongkrak liang vaginanya ketika Andra berusaha untuk
merubah posisinya, disertai suara rintihan Vivi yang menggairahkan
akhirnya Andra berhasil untuk melaksanakan niatnya.
"Nahh gimana rasanya duduk diatas titit Andra ?? enak ya Vi, Andra
juga enak koq didudukin sama memek kamu he he he he"
Vivi si susu besar kini menduduki batang penisnya, kedua kaki Vivi
yang halus mulus mengangkang pasrah seperti huruf "U" mencapit
pinggang Andra, tangan Andra membelai wajah Vivi yang tengah
meringis antara sakit dan nikmat, dengan mesra Andra melumat-lumat
bibir Vivi sebelah bawah kemudian melumat bibir Vivi sebelah atas.
Setelah puas barulah Andra melumat bibir Vivi, dikulumnya bibir si
susu besar kemudian dipangutinya dengan liar. Andra bersandar santat
pada dinding di pojok basement.
"Hemmmmm, Mmmmmm Ckkk.. Ehemmmmhh... Mmmmmm"
Terdengar suara mulut Vivi yang tengah diemut, dicaplok dan dilumat
dengan paksa oleh Andra. Si pegulat tangguh memerintahkan Vivi agar
menjulurkan lidahnya keluar, Nyoott..! Nyooooooottt...
Nyooooootttt....nyoootttttt Andra menghisapi lidah Vivi. Vivi yang mulai
terlena oleh bujuk rayu birahi membalas pangutan-pangutan bibir
Andra.
"Ungh-Uh, owh-ow-ah...ahhhh, Andraa-hhhhh......"
"Sleppphhh.. Bleshhhh..., Bleppphhh... Slepppphhh..."
Tubuh Vivi terlonjak-lonjak saat batang penis Andra menusuk ke atas
menghujami vagina gadis cantik itu, kedua tangan Andra mencapit
pinggang Vivi kemudian disertai geraman keras si pegulat tangguh
mempercepat tusukan-tusukan mautnya. Sungguh malang nasib Vivi,
tubuhnya terlompat tanpa daya diatas batang penis Andra yang melesat
kuat menggempur belahan bibir vaginanya.
"Aduh Vi, Aduh, Enak amat..., Ngahh, Oo-uuhhh...!!"
"oh-ohh-aaaggghhhh...auhhhh, Andraaa, affffhh, nnnggghhh...nnnnhhh,
emmmmhhh"
Keluh kesah Vivi berbaur menyatu dengan geraman dan desahan-
desahan Andra. Si pegulat tangguh bekerja dengan giat menghentak-
hentakkan batang penisnya keatas dengan ketukan 1/2 ketuk, Mata Vivi
yang sipit terpejam - pejam menikmati batang penis Andra yang
mengocoki cepitan vaginanya, cairan kewanitaan Vivi meleleh
membasuh batang penis Andra yang berkilat seperti sebatang kayu
yang dipernis.
"OUGGHHH...., Viviiii...!! Enak Vi!!, umh-munhh,Enakkhh..!! Nyot-nyottt-
nyott" sambil mengangkat angkat dan menariki pinggang Vivi ke bawah.
Andra menyusu dengan rakus bergantian di kedua payudara Vivi yang
montok. Lidahnya berkali-kali terjulur mengulas-ngulas melingkari
puting susu gadis itu yang keras meruncing. Mulut Andra tampak
kempot saat ia mengenyot-ngenyot kuat putik susu Vivi hingga gadis
itu merintih hebat dalam dekapan nafsu birahi Andra.
"unh-unnhHHHHHH,,,, crrrrr... crrrr creeeetttthhh"
Andra terpana ketika tubuh Vivi tiba-tiba mengejang kemudian
menggeliat dengan indah. Liang vagina Vivi terasa semakin nikmat
ketika vaginanya berkontraksi menyemburkan cairan-cairan kenikmatan.
Dengus nafas Vivi disertai rintihan-rintihan kecilnya membuat Andra
semakin bergairah Ia menggigit leher Vivi hingga si susu besar
mengeluh keras.
"Auhh....!!!"
Gadis cantik bermata sipit itu hanya dapat mendesah pasrah ketika
tumbukan demi tumbukan batang penis Andra meluluh lantakkan
kembali pertahanannya, lagi..lagi dan lagii hingga ia terkulai lemas
kehabisan tenaga.
"Cleppp.. Cleppppp.. CLEPP...!! CLEPPPHHH... CLEEEPPPHHHH..!!"
"Ahhhh.. Ahhh Ahhhh aaaaaaaahhhhhh.. crrrrr.. creettttthhhh..."
Dengan rajin dan giat Andra terus memacu batang penisnya sambil
mendekap tubuh Vivi yang sudah dibanjiri keringat dalam pelukan
nafsunya. Andra menggeram-geram hebat bagaikan seekor binatang
yang sedang terluka, irama tusukannya semakin kuat-kencang tak
beraturan. Jemari Andra mencengkram buah pantat Vivi kemudian
menekan bokong gadis cantik itu hingga kemaluan mereka bertaut erat,
batang penis Andra terbenam sedalam-dalamnya ke dalam liang vagina
Vivi.
"HUNGH-ARRGGGHH...!! CROTTT... CROTTTT...."
Terdengar suara Andra mengejang keras. Sperma si pegulat tangguh
menyembur dari lubang penisnya mengisi liang vagina Vivi. Blukkk...
punggung Andra terhempas ke belakang pada dinding, ia mendekap
tubuh mulus Vivi yang terkulai lemah dalam pelukannya, sesekali
telapak tangan Andra mengusapi punggung Vivi yang basah. Butiran-
butiran keringat mengguyur tubuh Vivi dan si pegulat tangguh, dengus
nafas gadis cantik itu terdengar keras, sekeras dengus nafas Andra.
"Vii, memek kamu nikmat banget... he he he"
Andra mengusap-ngusap rambut Vivi. Setelah beristirahat beberapa
saat lamanya, Andra membopong tubuh Vivi dan membaringkan gadis
itu di atas sebuah kursi sofa panjang berwarna coklat tua. Andra berdiri
menyaksikan lekuk liku tubuh mulus Vivi yang molek, lelehan peluh
membuat tubuh mulus gadis cantik itu mengkilap indah. Sebuah
senyum mesum mengiringi kebangkitan batang terkutuk di
selangkangan si pegulat tangguh. Mata Andra berbinar-binar
menyaksikan payudara Vivi bergerak turun naik seirama dengan helaan
nafas gadis cantik itu sementara batang penis Andra mengangguk-
angguk mengeras.
"Awwww., akkhhhhsss...unnnhh!" Vivi memekik kecil ketika Andra
melompat dan menerkamnya.
Dengan liar Andra menggeluti tubuh si susu besar yang menggeliat
lemah, terdengar suara lenguhan kecil Vivi ketika Andra membalikkan
tubuh mulusnya. Dengan paksa ia menarik pinggul vivi menungging.
Vivi hanya dapat kembali menangis ketika selangkangan Andra menaiki
dan meneduhi buah pantatnya. Vivi tahu apa yang hendak dilakukan
oleh Andra. Air matanya semakin deras meleleh saat sebuah benda
menggeseki belahan pantatnya kemudian menekan-nekan liang
duburnya. Benda keparat itu bergerak kasar menekan dan terus
mendesak dengan kuat, lingkaran otot dubur Vivi dipaksa merekah dan
terus direkahkan oleh kepala benda keparat di selangkangan Andra.
Satu lesatan yang kasar merobek liang anus gadis itu hingga Vivi
menjerit, melolong kesakitan.
"AOWWWWWWW, NGHHH...!! Sakittt.. Andraaa... , AMPHUNNH
OWWWWWWW .!! AWWWWWW... Aduhh AMPUNNNN...,AKH"
Mendengar jerit dan rintihan Vivi, Andra malah semakin bernafsu
membenamkan batang penisnya membongkar paksa liang anus Vivi.
Tubuh Vivi menggigil hebat menahan rasa sakit ketika batang penis
Andra menghentak-hentak menyelinap memasuki liang duburnya.
"AJE-GILE, ENAK TENANNNN.! Viiiii...! Liang sesempit dan senikmat ini
kan mubazir kalau sampe ngak dipake, buset dahhhh.... he he he he
he...."
Seorang siswi cantik berdada bongsor menjerit-jerit dan menangis
keras kesakitan dalam keadaan kedua tangannya terikat ke belakang
sementara seorang sahabatnya yang berdarah Jawa-Ambon menggeram
keras keenakan menunggangi buah pantatnya yang bulat padat. Mata
Andra mendelik-delik nikmat ketika batang penisnya terbenam semakin
dalam menyelami liang anus Vivi.
"Arrrhhh,Uh-Awhh...AWWWW...!!hsh-hsh-awh, SAKITTTT..ARH.!"
Vivi mengerang keras saat batang penis Andra menusuki liang anusnya
yang peret-sempit, jerit kesakitan dan erangan Vivi terdengar semakin
memilukan ketika Andra memompakan batang penisnya bergerak lebih
cepat dan kuat menggedor-gedor liang anus gadis itu, tubuh Vivi
tersungkur-sungkur dengan sebatang penis tertancap mengait di
lubang duburnya.
"Pokkhh... Pokkkhh... Pokkhhhh... POKHHHHH...!!"
"Viiiii....!! Urrrhhhh....!! OUGGHH...., EDUANNNN....!!"
"Aduhhh, aduhhh, Akkhhh Aduhhhhhh...!!"
"Plofhh...plofhhh..plofhh..plofff...PLAKKK...PLAAKKK...PLAKKK...PLAKK!!"
Andra semakin ganas mengayunkan batang penisnya memompa liang
anus Vivi dengan gerakan yang kasar. Tubuh Vivi terdesak maju-
mundur mengikuti helaan batang penis Andra. Terdengar suara
benturan- benturan keras yang khas pada saat selangkangan Andra
beradu dengan buah pantat Vivi yang empuk.
"Enh-enh-enhhh...!, awwwww....!!, ssudah-Andra sshudahhh...Awh-Ahh,
perih-perihhhh-sakiiiiittttt-ahhh" Vivi merengek kesakitan.
"D-jrebb--Jrebb-Dreppphh..Slpphh-ook.!!. Seph-phokk-Seph-
phokkk..!!"
seolah tidak mendengar jerit kesakitan Vivi, batang penis Andra
bergerak liar.
Si pegulat tangguh memejamkan matanya ia terlena dibuai oleh
kenikmatan. Dengan gencar Andra terus menusukkan batang penisnya
memompa liang anus Vivi. Kedua tangannya mencengkram pinggang
Vivi kuat-kuat, serentetan tusukan batang penis Andra membuat Vivi
kembali memohon belas kasihan Andra, liang anusnya terasa pedih dan
panas, sakit sekali rasanya.
"Pelan-pelanh, Andra-Oww, Pelannnhhhh...., sakit sekali andraaaaa..,
SAKIT.. aaa-aaduhhhh... Achhhhhhh...sudahh.. hentikann..."
"Bolehhh, aku akan berhenti.., tapi sebagai gantinya kamu harus
menserviceku, gimana Vi??"Andra bertanya sambil menghujamkan
batang penisnya dalam-dalam.
"Iy-iya, ...Iyaaaaa-ahhhh...., adu-duhh, perih.., Aouwwhh"
Sebuah senyuman melebar di wajah Andra, kedua tangannya
melepaskan ikatan tangan Vivi. Gadis cantik itu mendesah lega saat
Andra mencabut batang penisnya, namun sayangnya rasa lega itu
hangus dalam waktu sekejapan mata ketika Andra menempelkan ujung
penisnya kembali pada otot anus Vivi.
"Andra, jangan di situ Andrahh..pedihh!!"
"Pelan koq Vii... he he he..."
Andra terkekeh sambil menggesek-gesekkan kepala penisnya pada
belahan buah pantat Vivi, ujung penis Andra mencolek-colek dubur
Vivi yang kini sedikit merekah, diulek-uleknya otot dubur Vivi yang
terasa hangat nikmat. Dengan desah nafas nafsu yang memburu Andra
mendesakkan kepala penisnya memasuki jepitan otot anus Vivi yang
nikmat. Senti demi senti penis Andra merayap masuk semakin dalam
membelah anus Vivi yang kembali merintih-rintih kecil. Andra
menjambak rambut Vivi hingga kepala Vivi terangkat, jemari Andra
mengurut-ngurut clitoris Vivi, mengucek-ngucek belahan bibir vagina
Vivi sementara penisnya kembali memompa menikmati liang anus gadis
cantik itu.
"aaahhhh...., crrrrr... srrrrrrrr......"nafas Vivi tertahan batang penis Andra
bersorak menang, saat Vivi mendesah mencapai puncak klimaks.
"Unnnnnnnggggghhhhhh...!!" Vivi melenguh saat Andra mendesakkan
batang penisnya dalam-dalam, selangkangannya mendesak buah pantat
Vivi yang empuk lembut.
"Kecrotttt...croootttt..." tubuh Andra rubuh menindih punggung Vivi,
beberapa saat kemudian dengan nafas yang masih terengah sipegulat
tangguh mencabut penisnya dari anus Vivi, tubuh Andra berjalan
limbung. Ia duduk bersandar sambil mengangkang di atas sofa,
sementara Vivi terdiam, ia meringis sambil memegangi bokongnya.
Telapak tangan Vivi menyusut air liur Andra yang tertinggal di
bongkahan payudaranya yang putih besar menggairahkan, wajah Vivi
yang cantik tampak semakin sensual ketika ia meringis, tubuh
moleknya yang seksi ditunjang sepasang buah dada yang ranum besar
membuat nafsu Andra kembali bangkit, batang penisnya menggeliat dan
teracung bagaikan sebatang tombak yang siap untuk kembali
ditusukkan pada belahan kenikmatan di selangkangan Vivi.
"Vii..koq malah diem sich...naek sini...kita ngentot lagi"
Si susu besar menghampiri Andra, tangan si pegulat tangguh meraih
pinggang Vivi. Dengan menahan rasa malu Vivi naik ke pangkuan Andra
dalam posisi FACE-To-FACE-SITTING, dengan reflek Vivi menarik buah
dadanya ketika lidah Andra terjulur keluar hendak menjilat putting
susunya. Vivi berhasil menghindari satu jilatan-nakal Andra namun
tidak dengan jilatan susulan si pegulat tangguh. Tangan kanan Andra
menekan punggung Vivi hingga buah dadanya membusung ke depan
"Slllphhhhhh... slllppphhhh... ckkk..slllphhhh" lidah Andra menjilati
puting susu Vivi kemudian mulutnya memangut bulatan susu Vivi yang
putih besar tanpa terlewatkan satu centi-pun, dengan lembut Andra
mengusap-ngusap bongkahan payudara Vivi, mata Andra menatap
nanar sambil meremas-remas buah dada Vivi yang montok, mulut
Andra mencucup putting susu Vivi kemudian menghisap dengan kuat.
"Hssh..uh-uh..., Andraaaaa...ouhhh!! Sssss, Andra... aku..
aku..ohhhhh..!! Andra ...ahhhhh...hisapp, hisappppp aaa-ahhhhhh"
Vivi mendekap kuat kepala Andra yang kini tengah asik menyusu di
dadanya. Mulut Andra memangut-mangut di beberapa tempat sehingga
Vivi mendesah dalam rintihan memanjang, sentuhan hangat bibir dan
lidah Andra semakin menggila sehingga membuat gairah Vivi melonjak-
lonjak tanpa dapat ditahan-tahan. Vivi sempat menjerit keras beberapa
kali untuk melepaskan birahi jalang yang semakin menguasai gerakan-
gerakan tubuhnya yang liar.
"Hmuufffhhh, Amfunnn.. Viimmh.. Amffuhn...!! MAMFUSH AHFUUU...
Huffhh... Hufffffffhhhh....!!HUFHHH...!!"Suara Jeritan Andra Teredam
diantara belahan payudara Vivi, tubuh Andra menggelepar-gelepar
kehabisan nafas, Andra berusaha mendorong tubuh Vivi, namun kini
Vivi melawan, dipitingnya leher Andra kuat-kuat hingga Andra
mengeluh tak berdaya.
"AmHpHuM ViiiMMHH.. ERMMHH....!!."
"Beneran ampunn ??"
Andra mengangkat dua jarinya keatas membentuk huruf V, Vivi
melongkarkan pitingannya, ia tersenyum manis, mengusapi rambut
Andra kemudian menjewer kuping si pegulat tangguh. Merasa diberi
angin, Andra sesuka hati meremasi induk payudara Vivi, mulutnya
kembali beraksi mengenyot-ngenyot puncak payudara Vivi, digelitikinya
puting susu Vivi yang meruncing dengan ujung lidahnya,. Setelah puas
menjilat dan mencumbui buntalan susu Vivi yang montok, Andra
meminta sesuatu yang lebih.......
"Viiii...,kita ngewe sambil berdiri...yuk, pasti lebih nikmat....."
Vivi melepaskan diri dari dekapan Andra. Si Pegulat Tangguh ikut
bangkit kemudian memeluk pinggang Vivi. Gairah kewanitaan Vivi
kembali timbul, dengan jalang dan liar Vivi menyerang Andra dengan
ciuman-ciumannya, lidahnya terjulur-julur mengulas bibir dan lidah
Andra. Andrapun tak mau kalah, dengan liar dan ganas Andra balas
melumat, mengulum dan mengemut-ngemut bibir dan lidah Vivi.
Tangan Vivi meraih penis Andra kemudian ia mengocok-ngocok penis
Andra, sementara kedua tangan Andra sibuk menggerayangi lekuk liku
tubuh Vivi. Bibir Andra Dan Vivi semakin seru berperang, mereka saling
memangut dengan gairah yang menggebu-gebu, lelehan peluh semakin
deras membasuh tubuh dua insan yang asik melampiaskan nafsu
terlarang.
"ooohhhhhhhhh.. nnnnnhhhh... nnnnhhhhh"
Vivi menyodorkan vaginanya menyambut desakan penis Andra. Batang
penis si pegulat tangguh mengait vagina Vivi, suara pekikan kecil Vivi
yang menggairahkan membuat Andra semakin bernafsu menyodoki
belahan bibir vagina gadis itu. Terkadang Vivi mengeluh saat penis
Andra mengaduh-ngaduk liang vaginanya. Andra menggeram nikmat
saat Vivi membalas dengan menggoyangkan pinggulnya mirip seperti
goyangan penari Hawai.
"Andraaa.., andrahhhh, ahhhh... Ohhhh"
"Terus Viiiii, terusssss...."
"WAhh Bapak ketinggalan nihhh...."
"Ohhh..." Vivi menolehkan wajahnya ke belakang ketika mendengar
suara pak Agung dibelakang tubuhnya, gerakan pinggul Vivi mendadak
terhenti.
"WA-ha ha ha, ngak ketinggalan-ketinggalan amat koq Pakkk..., Viiii,
pak Agung pengen tuchhhh......Pluppphhh..." terdengar suara letupan
lepasnya alat kelamin ketika Andra mencabut batang penisnya dari
vagina Vivi.
Si gemuk mendorong Vivi ke arah pak Agung, dengan cepat Pak Agung
meraih tubuh molek si susu besar, dengan mesra ia mencumbui leher
Vivi dari belakang. Dipangutinya pundak dan bahu gadis itu. Kedua
tangan pak Agung menangkap dan meremasi payudara Vivi dari
belakang. Vivi terdiam saat Pak Agung membimbingnya ke arah meja
billiard, tangan Vivi bertumpu pada pinggiran meja billiard untuk
menjaga keseimbangan ketika Pak Agung menarik pinggulnya ke atas.
Sementara Andra berjongkok di samping tubuh Vivi, ia membelai-belai
payudara Vivi yang terayun dengan indah ketika Pak Agung mulai
menjejalkan kepala penisnya mendesak lingkaran otot vagina Vivi yang
mungil, Pak Agung memaksa agar batang besarnya masuk ke dalam
belahan vagina Vivi.
"Aa-eunhh...!! Sssss.. sssssss..... OAWWWW....!!"
Vivi menjerit keras ketika kepala penis pak Agung mencelat memasuki
liang vaginanya yang sempit mungil, tubuhnya mengejang menahan
hentakan batang penis besar panjang yang semakin dalam menyelami
belahan liang vaginanya.
"Aduh-duh, ngilu pak, ngiluu...cabuth, AWWW.... BhaPAKKKKKK....!!"
Vivi menjerit melengking, nafas pak Agung memburu, ia terangsang
mendengar suara jeritan Vivi, Broossshh..!! dengan kasar sang guru
malah menyodokkan batang penisnya. Batang besar di selangkangan
pak Agung melesak kasar membelah belahan vagina Vivi. Pak Agung
terus menjejalkan batang besarnya hingga mentok.
"ADUH-DUH...!! ADUHHH-AWWWW...., Owahh, bbebb-besarrr amathh
AGGGGGHHHH....!!" Vivi mengeluh, gadis cantik itu menceracau tidak
karuan.
"C-gluk... CEglukkkk....,Glukk" berkali-kali pak Agung menelan ludah
menikmati kelembutan buah pantat Vivi yang bergesekan dengan
selangkangannya, untuk beberapa saat pak Agung merendam batang
penisnya di dalam cepitan vagina Vivi yang sempit. Andra menggeser
posisinya, si pegulat tangguh berjongkok tepat di bawah susu Vivi
yang menggantung indah, kedua tangannya membelit pinggang Vivi,
wajahnya terangkat ke atas menciumi payudara Vivi yang
menggantung.
"HAPPPP....!! HAPPPP!!nyot-nyott-nyott-NYOTT...!!", Andra mengenyot-
ngenyot putting susu Vivi.
Pak Agung mulai membetot dan menjebloskan batang penisnya. Tubuh
mulus Vivi mulai terdesak-desak maju-mundur. Mulanya perlahan
namun semakin lama semakin cepat.
"Slephhh... Slebbbhhhhh..!! Dheppphh.. Blepphhhh....Drreepphh"
Mata Vivi membeliak-beliak saat penis pak Agung berkali-kali melesat-
kuat, menghajar liang vaginanya. Tangan pak Agung menarik-narik
pinggul Vivi pada saat yang bersamaan guru bejat itu berkali-kali
menyodok-nyodokkan batang penisnya hingga terdengar suara
tumbukan-tumbukan keras, sesekali pak Agung memperlembut kocokan
penisnya kemudian tiba-tiba menyerang dengan brutal.
"OWW..! Owwwwhhh...!! Ah-ah-ahh....BAPAKK...., AUHH...!!"
"PLAKKK...!! PLAKKK...!! PLAKKKK !!!!".
"S-rrruuuchhhh... Crrruuttttt... crrrrrrrrrrt......."
Tubuh Vivi gemetar hebat, vaginanya berkedutan, cairan vaginanya
membanjir dengan nikmat, serangan Andra yang terus mengemut-
ngemut putting susunya dan juga serangan serangan pak Agung yang
prima membuat Vivi merintih tanpa daya. Sesekali pak Agung menarik
keatas pinggul Vivi yang turun agar lebih leluasa menyodoki liang
vagina gadis bersusu besar itu dari arah belakang.
"J-jangan..!! JANGAN DISITU PAKKKK....!!"
Entah mendapatkan tenaga dari mana Vivi meronta sekuat tenaga ketika
kepala penis pak Agung mendesak kuat liang duburnya. Saat
cengkraman pak Agung terlepas Vivi membalikkan tubuh dan
mendorong pak Agung kuat-kuat.
"E-ehh... Viii...jangan lari gitu dong ahh...hiaatt..., Blukk!!"
Andra mengejar Vivi yang berusaha meloloskan diri, tangan Andra
bergerak menyambar mencekal kuat-kuat pergelangan tangan si susu
besar. Dengan paksa Andra merobohkan Vivi dalam keadaan terlungkup
kemudian memiting tangan Vivi ke belakang sementara pak Agung
menerkam buah pantat Vivi, diremasinya buah pantat gadis cantik itu.
"Rileks Viiii..., rilekssss... he he he he"
"Andraaa, Aku nggak mau disituuu, jangan, Andra, lepaskan aku...,
PAKK.., nggak mauuuuu, jangannn....!!"
Andra merejang Vivi yang meronta-ronta, sementara pak Agung
menaiki bokong Vivi, beberapa kali batang penisnya mengusap belahan
buah pantat si susu besar, kemudian dengan liar pak Agung menjejal-
jejalkan batang penisnya berusaha menjebol dubur Vivi, batang besar
pak agung tampak kesulitan saat berusaha menyelinap masuk kedalam
dubur gadis cantik itu.
"JANGAN PAKK...!! BAPAKKKKKKKKK..!! HEGKHHHH....!! NNGG-
AKKHHH , aaaaaaa-aaaaaWW!!"
Suara jeritan Vivi melengking semakin keras, kemudian lenyap
menghilang, digantikan oleh dengusan nafas dan erangan -
erangannya, kepala penis pak Agung yang besar mendesak kasar
membongkar otot duburnya. Tubuh mulus Vivi mengejang hebat ketika
pak Agung menyentakkan batangnya berkali-kali penis besar pak
agung merobek-robek liang anusnya.
"Unnnhhhh..., Nikmatttt..." pak Agung membatin keenakan, sementara
batang penisnya terus mendesak membongkar liang anus Vivi, sesekali
Pak Agung menghentikan desakan penisnya ketika mendengar Vivi
merintih kesakitan, setelah agak lama pak Agung kembali melanjutkan
gerakannya menyodomi anus Vivi.
"Buka mulut Viii...., yaphhh....gitu..." Andra menjejalkan penisnya
kedalam mulut Vivi, sementara pak Agung menarik pergelangan tangan
Vivi ke belakang, hingga wajah Vivi sejajar dengan penis Andra.
"Houfffhh...fuffhhhh...Heu-mmhh, ngakk.. Hufff-emmmhh...!!" mulut Vivi
disumpal oleh batang penis Andra.
"Farida lagi ngapain Pak ?? "
"Lagi tidurann, sepertinya dia masih kecapaian...."
"Ha Ha Ha.., bapak sih, ngak kira-kira..."
"O, iya menurut kamu siapa sih yang paling cantik diantara keempat
temanmu?" pak Agung meminta pendapat Andra sambil terus
menyodokkan batang penisnya keluar-masuk, menyodomi anus Vivi.
"Hemmm ?? susah pak, mereka semuanya CUAN-TIKKKKK......"
"Dasar PLAYBOY Ha ha ha ha....."
"Tapi bapak setuju sama Andra kan ?? HA ha ha ha, Ayo Pak terus...!!
Rojok yang kuat....., HARDCORE PAK, HARDCOREEE...!!"
Sambil mendesakkan penisnya ke dalam mulut Vivi, Andra
menyemangati pak Agung untuk memompakan penisnya, tanpa diminta
dua kali pak Agung segera bekerja keras mengayunkan penis besarnya
kuat-kuat. Andra menarik penisnya dari mulut Vivi ketika gadis
bersusu besar itu terbatuk-batuk, kemudian kembali menyumpal mulut
Vivi dengan penisnya setelah batuk Vivi agak reda. Pak Agung
menyodomi Vivi dengan kasar begitu pula dengan Andra yang begitu
liar mendeepthroat si cantik berdada bongsor.
"Ah-ah-ahhhh, Sudah-pak uhukk.., uhukkkkk, sudah-sudah-awwww...."
Pak Agung menjatuhkan tubuhnya kebelakang sambil menarik pinggul
Vivi, kini dubur Vivi menduduki penis Pak Agung yang berbaring
dilantai. Pak Agung menarik tungkai kaki Vivi mengangkang. Andra
mendorong bahu Vivi hingga punggung si susu besar menimpa tubuh
Pak Agung. Si pegulat tangguh menggesekkan ujung penisnya pada
belahan vagina Vivi yang merekah.
"Andra ?? kamu mau ngapain, Ee-ekhhh...,"
"Ouhhhhh......JREB-BLuSSSHH...!! AKH..!UNGG- HHHH" Vivi melenguh
keras, liang anus dan liang vaginanya terasa sesak diisi oleh penis
Andra dan pak Agung, tubuh Vivi menggigil hebat.
"Gimana Viii ?? enak ngak...??"
Pak Agung dan Andra terkekeh mesum mendengar suara rintihan lirih
Vivi, tubuh Vivi menggeliat keenakan diantara jepitan tubuh Andra dan
Pak Agung, sisusu besar merasakan sesuatu yang belum pernah
dirasakan seumur hidupnya. Birahi Vivi bergolak hebat, gairah
kewanitaanya berontak, begitu jalang, liar dan ganas. Pak Agung dan
Andra saling berlomba menghujam-hujamkan batang penis mereka,
rintihan-rintihan dan jeritan liar Vivi membuat mereka berdua semakin
bergairah, semakin terlarut dalam kenikmatan birahi yang ganas dan
liar.
"Ahhh-ahh BAPAKK...Owww-ANDRAAA....Ahhhhh.. AWW..!!" terdengar
suara seorang gadis cantik berdada besar yang menjerit-jerit didera
oleh nafsu birahi ditengah suara - suara kekehan dua orang penjahat
kelamin yang terus berlomba memacu batang penis mereka menusuki
anus dan vagina gadis itu
Gerakan-gerakan ketiganya tampak indah menggairahkan, panas sekali
rasanya menyaksikan tubuh seorang gadis cantik bersusu besar yang
tengah terjepit diantara tubuh dua orang pria bejat.
"En-ngghh Crrutttt.. Cruuttttt......" entah berapa kali Vivi dipaksa
meledakkan puncak klimaksnya, pandangan matanya semakin kabur
kemudian disertai rintihan panjang Vivi jatuh tak sadarkan diri,
Entah apa yang merasuki Andra dan pak Agung mereka bedua masih
asik memacu batang penis mereka masing-masing sambil sibuk
menggerayangi lekuk liku tubuh Vivi. Andra dan Pak Agung bagaikan
sedang berlomba mereguk kenikmatan sepuas-puasnya dari tubuh
molek si susu besar yang seksi tanpa mempedulikan keadaan siswi
cantik itu.
"KECROOTTT.... CROTTTTT...."
"CROOOTTT......!!"
Andra dan pak Agung memeluk erat-erat tubuh Vivi sekuat yang
mereka mampu, sementara kepala penis mereka memuntahkan cairan
panas mengisi liang anus dan vaginanya, setelah agak lama Andra dan
Pak Agung bangkit berdiri, mereka tersenyum puas menyaksikan tubuh
mulus Vivi yang tergeletak tak sadarkan diri. Lelehan sperma Pak
Agung dan Andra meleleh dari belahan vagina dan liang anus gadis itu.
Mata pak Agung menatap tajam belahan bibir vagina Vivi yang
merekah, sang guru kembali terangsang, libidonya berontak, benda
diselangkangan kembali mengeras bagaikan sebuah pasak bambu yang
panjang besar. Pak Agung meraih tubuh Vivi yang menggairahkan.
"Lohh?? Mau dibawa ke mana Pak ?? "
"Ehh, anuuu, Vivi pasti cape, pegel, BAPAK MAU mijitin dia, kasihan
kan.."
"he he he he, mijit apa "mijittttt" ???" Andra menyindir pak Agung saat
ia membopong tubuh Vivi menaiki anak tangga, guru bejat itu
mengacuhkan sindiran Andra.
Pak Agung membopong tubuh Vivi yang masih pingsan , mata Pak
Agung tak henti-henti merayapi tubuh Vivi yang molek, dibaringkannya
tubuh mulus si susu besar di pinggiran kolam renang kemudian
dibasuhnya wajah Vivi dengan air kolam itu.
"Viiii, bangun sayaaaang, bangunnnn!!" Pak Agung menepuk-nepuk
pipi gadis itu berusaha untuk menyadarkan Vivi.
"Emmmhhh... " Vivi mengerjap-ngerjapkan matanya, buah dadanya
bergerak menggairahkan seirama dengan helaan-helaan nafasnya, gadis
cantik itu menahan nafas saat Pak Agung mengelusi payudaranya yang
membuntal padat.
"Kamu ngak apa-apa kan??" Pak Agung tersenyum lembut.
Byurrrrr.....sang guru masuk kedalam kolam ,setelah agak lama barulah
kemudian pak Agung menarik tubuh Vivi, Byurrrr.... terdengar kembali
suara ceburan yang mengusik keheningan kolam. Vivi terdiam,
pandangan matanya tampak kosong ketika tangan Pak Agung meremas-
remas pinggulnya, kemudian meluncur ke bawah mengusap-ngusap
belahan di selangkangannya, Pak Agung menarik Vivi kebagian kolam
itu yang lebih dalam hingga tubuh Vivi terendam sampai sebatas leher.
Ia mengangkat pinggul Vivi sementara Vivi berpegangan pada bahu
kanan dan kiri guru bejat itu, mata Vivi beradu pandang dengan mata
sang guru.
"DEGGG.. DEGGGG..DEGGG..."
Pak Agung terpesona oleh tatapan mata Vivi, wajah oriental yang
sensual ditunjang tubuh molek dengan payudara besar putih montok.
Sementara di dalam air, ujung penis pak Agung semakin aktif mencari-
cari liang kenikmatan di selangkangan Vivi. Guru bejat itu tersenyum
ketika sepasang kaki Vivi berkalung di pinggangnya, tangan Pak Agung
menyangga buah pantat Vivi,
"O-ohhhhh.....Baa-PAKK, Ahhhhhhhhhhhh....." wajah Vivi terangkat ke
atas ketika sesuatu mendesak kuat belahan bibir vaginanya, penis
besar pak Agung merayap masuk diiringi suara rintihan lirih dan
desahan panjang gadis itu.
Air kolam beriakan ketika Vivi mencoba untuk mengayun-ngayunkan
pinggulnya, sementara Pak Agung menyentakkan batang penisnya
menyambut hempasan-hempasan vagina si susu besar. Sesekali
pinggul Vivi bergoyang liar, mirip seperti sedang bermain hulahop, Pak
Agung berdecak kagum sambil mengayunkan batang penisnya.
"OUGH..!! memek kamu legit sekali sayang, terus goyang manis,
teruss..!!, bagusss....,!! kamu pintar sekali sayangggg, TERUS..!!"
Pak Agung memberi semangat, memuji kelihaian Vivi, pinggul Vivi
bergoyang dengan efektif mengimbangi batang penis pak Agung yang
terayun cepat memanahi belahan bibir vagina Vivi yang mungil. Bibir
Pak Agung dan Vivi saling memangut lama sekali bibir Pak agung dan
Vivi saling mengulum, hingga akhirnya Vivi menarik bibirnya. Ia
berdesahan berusaha mengambil nafas mengisi dadanya yang terasa
sesak. Rintik-rintik air hujan mengguyur tubuh dua orang anak manusia
yang tengah asik bercinta. Lidah Vivi terjulur-julur keluar, menjilat-jilat
bibir pak agung dan Happp...!! Mulut guru bejat itu mencapluk,
menghisapi lidah Vivi. Vivi tak mau kalah ia balas melumat dan
menghisapi lidah pak Agung. Vivi memalingkan wajahnya ke arah lain
menghindari tatapan mesum sang guru, nafasnya berdengusan dengan
keras saat batang penis Pak Agung mengocok-ngocok liang
vaginanya..
"Ohhhh, Bapakkk, Bapakkkkk... Akkkhhh Baaapakkkk..."
Pak Agung tersenyum sambil menjilati dan mencumbui leher Vivi,
sesekali sang guru menggigit kecil leher siswi cantik bermata sipit itu
yang jenjang hingga meninggalkan bekas-bekas gigitan kemerahan,
tubuh Vivi meronta lembut seperti gelisah, sesuatu membuatnya resah.
Pak Agung yang sudah banyak makan asam garam langsung mencerna
gejala ini, di tusukinya Vagina Vivi dengan lebih cepat dan kuat hingga
gadis bersusu besar itu memekik kecil.
"Ah-sss-ah-sssss....Aw..!!owahh-oww, nikmatt hssshhh..., baaa-pakk,
aduhh...,ahhhhhh..."
Tidak terdengar lagi jeritan kesakitan dari bibir sisusu besar, yang ada
hanya desahan dan rintihan kenikmatan saat tubuhnya bagian bawah
terdesak-desak mundur akibat sodokan-sodokan batang penis pak
Agung yang besar panjang.
Tangan pak Agung yang asik menyangga buah pantat Vivi menjaga
agar tubuh sebelah bawah gadis itu tidak mundur terlalu jauh.
"Dhubb...dhubbb..dhubbbbb..dhubbb" tumbukan-tumbukan penis pak
Agung yang kuat dan cepat berkali-kali membuat wajah Vivi
mengernyit nikmat, tubuh mulusnya menggeliat-geliat resah, suara
rintik hujan terdengar merdu diantara suara rintihan - rintihan kecil
vivi.
"Uh-uhhhh, BAPAKKK...!! Ennhh.. Crrutttt... Crrrrrrtttt...."
Pak Agung semakin erat memeluk tubuh Vivi ketika gadis itu
mengejang hebat, kuku Vivi terbenam pada bahu Pak Agung. Sang
guru tersenyum, Dikecupinya kening dan mata gadis itu yang terpejam
rapat tengah menikmati puncak klimaksnya. Telapak tangan kanannya
menopang buah pantat Vivi yang bulat empuk, tangan kirinya memeluk
tubuh mulus Vivi yang merintih hebat saat sang guru membenamkan
batang besarnya sedalam mungkin kemudian mengaduk-ngaduk lembut
liang vagina siswi cantik itu.
"Enak manis. ?? gimana rasanya kontol bapak..??hemmm ??"
Wajah Vivi merona merah saat pak Agung berbisik mesum di
telinganya. Pak Agung membawa tubuh Vivi ke daerah yang lebih
dalam lagi, hingga dagu pak Agung terendam air kemudian ia
mengangkat pinggul Vivi dan mendudukkannya dipinggiran kolam. Kaki
mulusnya tertekuk mengangkang membentuk huruf M di tepian kolam
renang. Sang guru membasuh selangkangan Vivi dengan air kolam
dengan telaten Pak Agung membersihkan wilayah intim gadis itu,
kedua tangan Vivi bertumpu ke belakang untuk menjaga keseimbangan
ketika kedua kakinya semakin lebar dikangkangkan oleh pak Agung.
Tubuh Vivi menggeliat kegelian ketika bibir Pak Agung mengecup
mesra bibir vaginanya.
"Ahhhhhhhhhh.... " Vivi mendesah keras, tubuhnya terperanjat keenakan
menerima jilatan-jilatan dan cumbuan mesum sang guru yang begitu
rakus melahap dan melumat-lumat belahan bibir vaginanya.
"Buset dahh...," sang guru bejat melotot menatap belahan bibir vagina
Vivi yang sedikit merekah, dengan lembut ditariknya bibir vagina gadis
itu. Cuping hidung pak Agung kembang-kempis mengendusi aroma
kewanitaan Vivi. Lidahnya terjulur keluar untuk meraih daging kecil
mungil yang agak menonjol itu. Terdengar suara rintihan-rintihan Vivi
ketika ujung lidah pak Agung menyapu clitorisnya, lidah pak Agung
bergerak taktis mempermainkan kelentit si susu besar.
"PAKKkk...!!, ough-aaah-aaaaaa, adu-duh, duhhh, nhhh-nhhh, akhhh"
Keluh kesah Vivi membuat nafsu birahi pak Agung menggebu-gebu
liar, diemutnya bibir vagina Vivi. Tubuh si cantik bersusu besar itu
tersentak bagaikan tersengat alirin listrik yang sangat nikmat.
"Srrrrppp.., srrrrpphhhh srrrrhhhh"
Mulut pak Agung menghisap lelehan cairan gurih diselangkangan Vivi.
Cairan lengket bak madu kegemaran para pria pencari kenikmatan,
telapak tangan Pak Agung merayapi sepasang kaki mulus gadis itu
yang jenjang mengangkang indah, pak guru membenamkan wajahnya
dalam-dalam di wilayah intim Vivi, sesekali lidah pak Agung membelit-
belit rambut jembut Vivi., saat Vivi terlena mulut Pak Agung mencucup
liang vaginanya.
"Ah-ah-awww...!!"
Vivi menarik pinggulnya, pak Agung menarik pinggul Vivi yang hendak
melarikan diri dan HAPPPPPP.....!! mulut pak Agung mencapluk
selangkangannya, mengenyot ngenyot vaginanya dengan kuat, tubuh
Vivi menggeliat indah kemudian blukkk, punggungnya terjatuh ke
belakang, rintik-rintik hujan deras bagaikan ribuan paku kenikmatan
yang memaku tubuh molek si cantik berdada bongsor.
"uuu-uhhh.. Srrutttt-cruutt-crutt-cruttttt...."
"Srrrr-phhh.. slllrrr-ruuuupppphhhhh.., nyooottt..., nyemm nyooottthh"
Vivi menatap pak Agung yang tengah menyedot cairan gurih dari
wilayah tubuhnya yang terintim, kedua kaki Vivi melejang-lejang
dengan indah saat lidah pak Agung membasuh vaginanya, jemari sang
guru mengelus-ngelus selangkangannya dengan lembut dipijatinya
bibir vagina gadis itu yang memar kemerahan. Vivi menggeser
tubuhnya, pak Agung keluar dari dalam air, merangkak dan duduk
disisinya, dengan lembut pak Agung memeluk tubuh Vivi, ia
mengajaknya berbincang-bincang di tengah-tengah guyuran hujan
deras. Vivi hanya menjawab ala kadarnya, rayuan-rayuan pak agung
dan usapan-usapan lembut sang guru yang menggerayangi lekuk liku
tubuhnya membuatnya kembali terangsang.
"ck-ck-ck...,wah-wah besarnyaaa...!!" Pak Agung membatin di dalam
hati sambil melirikkan ekor matanya pada dada Vivi.
Nafas Vivi tertahan, telapak tangan kanan Pak Agung menangkup
bulatan payudaranya yang membusung kemudian meremas-remas induk
susu Vivi bergantian yang kiri dan yang kanan, bibirnya melumati bibir
Vivi.
"Ayo sayang..., naik manis..."
Sambil membaringkan tubuh dipinggiran kolam renang pak Agung
menarik tubuh si susu besar agar menaiki tubuhnya yang kekar berotot,
sebelum naik si susu besar mengerlingkan ekor matanya pada sesuatu
di selangkangan sang guru, kedua tangannya bertumpu pada dada pak
Agung. Vagina Vivi memayungi batang besar di selangkangan Sang
Guru, hingga selamat dari guyuran hujan deras, Vivi terdiam dalam
posisi woman on top.
"Ayo sayanggg, masukin, bapak sudah ngak tahannnn"
"susah pakkkk...., terlalu besar.. emph-auhh..."Vivi mencoba
menurunkan belahan vaginanya, agar penis pak agung segera
mamasuki dirinya.
"coba terus Viiii, nanti juga masukk, ayoo terus sayang.. tadi juga kan
bisa masuk...!! ayooo-terus...tekan..!! tekan terus sayanggg masukin
kontol bapakkkk" tangan kanan pak Agung membantu menarik pinggul
Vivi ke bawah, sementara tangan kirinya menjejal-jejalkan penisnya
pada belahan vagina si susu besar.
"Emphh-mphhh... aaa-ahhhhh...!!!!"
Nafas Vivi terputus-putus, otot vaginanya yang mungil merekah
berusaha menggigit kepala penis sang guru yang mulai tak sabaran
menyodokkan batang penisnya ke atas kuat-kuat ingin segera
berendam dalam liang sempit si susu besar yang nikmatnya bukan
kepalang.
"ssh-seb-sebenthar PAKK...., aaauh-AWWWWWWWWW.....!!"
Vivi membeliak menatap pak Agung, mulutnya ternganga lebar ketika
batang besar itu melesat disentakkan oleh pemiliknya. Wajah Vivi
tertekuk berusaha mengintip kearah selangkangannya yang terasa
sesak. Bibir vaginanya terdesak-desak kedalam ketika 'helm' besar itu
memaksa untuk masuk.
"Blubbbbb,AUHHHH....!!" kepala penis Pak Agung mencelat masuk dan
terjepit hingga sebatas leher penis, belum juga hilang suara keluhan
keras gadis cantik itu......., pak Agung mencoblos belahan bibir vagina
Vivi kuat-kuat
"He-enghh-OWWW...!! OWWW-Ahhhhhhhhh, aaaaaaaaaa..,,"
Tubuh gadis bersusu besar tersentak-sentak ke atas ketika Pak Agung
menyodok-nyodokkan batang penisnya, gerakan-gerakan Pak Agung
baru berhenti ketika selangkangannya beradu rapat dengan
selangkanganVivi. Matanya berbinar-binar merayapi keelokan tubuh
Vivi, tangannya mengusap-ngusap sepasang buntalan payudara Vivi
yang bongsor, diremas-remasnya hingga muridnya yang cantik merintih
pelan.
Perlahan-lahan Vivi mencoba untuk menaik-turunkan pinggulnya,
sesekali ia mendesis kecil ketika mencoba untuk menghempaskan
vaginanya ke bawah dengan gerakan yang agak kuat. Terkadang tubuh
Vivi seperti terperanjat kemudian menggigil hebat dengan desah nafas
yang tertahan, setelah dapat menguasai diri, si susu besar kembali
melanjutkan gerakannya, menaik-turunkan vaginanya pada batang
penis pak Agung, cairan vagina Vivi yang membanjir membuat
pergesekan terlarang itu semakin mengasikkan. Vivi merintih merasakan
desakan-desakan batang penis pak Agung, dengan sabar pak Agung
membantu menaik turunkan pinggul si cantik bersusu besar. Butiran-
butiran keringat Vivi meleleh dengan indah, seindah desisan dan
desahannya yang merdu. Hujan deras berganti dengan rintik-rintik
gerimis-lembut yang mengasikkan seolah-olah sedang menyemangati
perbuatan terlarang antara seorang guru dengan seorang muridnya.
"Em-ennhhhh , srrruch-crut-cruttt...Eshh-hssshh baPAKK...!!oohhhhh,
Bluk"
tubuh Vivi roboh menimpa tubuh pak Agung yang tersenyum sambil
memeluk erat-erat tubuh wanita bersusu besar yang tengah
menggelepar menikmati puncak klimaksnya.
Sang guru menekuk kedua kakinya mengangkang, kemudian sambil
mencengkram pinggang si susu besar pak Agung mengangkat-angkat
pinggulnya, secara otomatis batang penisnya menyodok ke atas
dengan kuat. Vivi bagaikan sedang menaiki seekor banteng yang
mengamuk liar. Vagina Vivi dihantam hebat oleh batang besar di
selangkangan sang guru.
"Emmmh-pelan-pelan Pak.. BAPAKKK.. auhhh-uh..."
"Memek kamu enak banget Vii, Bapak suka, oohh Sayangggg....nikmat
sekali...."
Gerakan-gerakan liar Pak Agung membuat Vivi kelojotan, rintihan,
desahan, rengekan, bahkan jeritan keras terdengar bersahutan dari bibir
si cantik bermata sipit. Buah dadanya yang besar menempel di dada
gurunya. Pak Agung semakin bersemangat menyodokkan batang
penisnya ke atas. Ia berguling untuk membalikkan posisi, kini Vivilah
yang berada di bawah tindihan tubuh Pak Agung dalam posisi
missionary.
"O-ohh, Owwww. Oww....akkkssshh.. adu-du-duhhhh.. ahhhhh..."
Vivi tidak sanggup lagi untuk menguasai diri, ia menjerit liar menikmati
setiap sodokan-sodokan batang penis pak Agung, terkadang Vivi
berusaha menahan gerakan pinggul pak Agung yang menyodok terlalu
kasar, dengan gemas pak Agung menepiskan tangan Vivi kemudian
dipompanya lagi belahan vagina Vivi hingga gadis itu terengah-engah
dan memekik keras. Sang guru menekuk wajah kearah selangkangan
Vivi, bibirnya tersenyum menyaksikan penis besarnya yang tengah
mendesaki vagina Vivi. Bibir vagina gadis Chinese itu sampai terdesak
melesak kemudian termonyong keluar ketika Pak Agung menarik
penisnya.
"nnn-nhhhhh.... Ahhhhhhhhhhhh... kecrut-kecrutt-crutttttt..-crutt"
Desak-desakan batang penis pak Agung yang besar-panjang kembali
menenggelamkan Vivi ke dalam palung kenikmatan yang paling dalam.
Kedua matanya mengerjap-ngerjap sementara mulutnya ternganga lebar
membentuk huruf O besar, Vivi merasakan hantaman gelombang
kenikmatan. yang membuat cairan vaginanya kembali menyembur-
nyembur dalam denyutan-denyutan yang nikmat.
"Emmhhh... crrrrut-crut-cruttt..."
Bersamaan dengan meledaknya puncak klimaks Vivi, pak Agung
semakin kasar menjeblos-jebloskan batang penisnya, didesaknya kuat-
kuat liang nikmat di selangkangan si susu besar, dirojok-rojoknya
dengan kuat, dihantam dan ditusukinya belahan liang mungil nikmat
diselangkangan Vivi dengan gerakan-gerakan yang liar.
"ARGGGHHH...!!!KECROOOOOOOTTTT"
Pak Agung membelit tubuh mulus Vivi kemudian ia menghujamkan
batang penisnya dengan kuat. Suara rintihan-rintihan lirih bercampur
dengan deru desah nafas sang guru yang tengah menindih muridnya.
Berkali-kali Pak Agung berbisik mesra di telinga Vivi, memuji
kemolekan tubuhnya, memuji kenikmatan vaginanya hingga Vivi merasa
jengah di bawah rayuan-rayuan manis pak Agung. Penis pak Agung
terkulai dalam cepitan Vagina Vivi, tubuh Pak Agung meneduhi tubuh
Vivi. 10 menit kemudian Vivi terlihat seperti gelisah, sesuatu membesar
didalam cepitan liang vaginanya, rasanya semakin sesak dan sesak.
"Vii, lagi yuk!" Pak Agung kembali mengajak Vivi untuk bertarung.
"Eh, nggak pak, sudah, am-ampun Pak" Vivi kewalahan menghadapi
nafsu Pak Agung.
"Ayo sayangggg....." sang guru mulai memaksakan kehendaknya.
"Jangan pakkk.. jangannnn..." Vivi memohon memelas, pak Agung
mencabut penisnya dari vagina Vivi, ia membalikkan tubuh Vivi dengan
paksa kemudian menarik pinggulnya, dijebloskannya kembali penis
besar di selangkangannya, menyodomi anus muridnya yang cantik
seksi.
"AHHHHHHHHHH......!!BAPAKKKKKK.....!!"
"S-plakk..! S-plakk...!!plakkk-plak...S-plakkk"
Terdengar suara yang khas ketika buah pantat Vivi beradu keras
dengan selangkangan pak Agung yang tengah sibuk menggenjoti liang
anus si cantik bersusu besar. Tubuh mulus Vivi tersungkur-sungkur
dalam sentakan-sentakan yang kuat saat pak Agung mengayunkan
batang penisnya. Mata Vivi terpejam-pejam, sesekali wajahnya
terangkat ke atas kemudian tertunduk kemudian terangkat lagi ke atas,
bibirnya tak henti mendesis dan mengeluh.
Setelah puas menyodomi anus Vivi, sang guru menjebloskan batang
penis besarnya membelah belahan Vagina Vivi dari arah belakang,
tubuh Vivi tersungkur keras kedepan dirojok oleh penis pak Agung
yang besar dan panjang. Dengan brutal pak Agung menyetubuhi siswi
cantik berdada besar itu yang kewalahan menghadapi gaya bercinta
sang guru yang liar dan ganas, kekuatan Pak Agung meluluh lantakkan
tubuh moleknya yang seksi.
"Ah-ah-ah, PAKK... BAPAKKKK......"
"Vi, oughh..., peret bangettttt...."
Byur... terdengar suara ceburan keras ketika pak Agung membelit Vivi
kemudian menjatuhkan diri ke dalam kolam, Vivi menggapai pinggiran
kolam kemudian tangannya bertumpu pada pinggiran kolam. Si susu
besar dalam posisi berenang gaya katak dengan sebatang penis yang
tertancap di selangkangannya, tangan Pak Agung mencapit pinggul
Vivi, serentetan tusukan yang cepat kuat membuat kedua mata Vivi
semakin sayu.
"Ouh-ohhhh, ampun PAKKKK, Auhhhh OWWW AWWhhsK."
Pak Agung menghentikan tembakan liarnya, ditariknya tubuh siswi
cantik itu ke bagian yang agak rendah hingga Vivi dapat bertumpu pada
dasar kolam dengan tangan dan kakinya, tinggi air kolam itu hanya
sebatas lutut Vivi. Bagaikan seorang joki Pak Agung menggenjoti liang
vagina Vivi dari belakang dengan posisi doggy style.
"Cleppp.. Cleppppp Clepppppp.. Cleppppphhh..."
Sang joki menggenjot vagina siswi cantik berdada besar itu dengan
kecepatan maksimum, kedua tangan Pak Agung mencapit dan menarik-
narik pinggang Vivi. Semakin cepat Pak Agung memacu batang
penisnya semakin cepat pula tubuh Vivi tersentak-sentak maju-
mundur, rintihan-rintihannya semakin keras menggairahkan, rengekan-
rengekan Vivi menyelingi suara dengus nafas sang guru yang memburu
dikejar nafsu birahi. Air kolam beriak dan berteriak dengan keras
menambah semarak persetubuhan antara seorang guru bertubuh kekar
berotot dan seorang muridnya yang cantik seksi berwajah oriental.
"Amh-AWWW ??!! Crrtttt Crrrrrr..ttt...."
Wajah oriental si susu besar tampak renyah di tengah gelombang
puncak klimaksnya. Pak Agung menunduk kemudian memanguti pundak
Vivi, sementara penisnya berhenti sesaat kemudian kembali
menyentak-nyentak dengan liar hingga gadis cantik itu memekik keras
menahan rasa nikmat yang mendera vaginanya. Vivi menghempas-
hempaskan pinggulnya ke belakang sambil berteriak liar bagaikan
seorang gadis hiper sex. Keliaran Vivi disambut dengan gembira oleh
Pak Agung. Sang guru semakin kuat dan cepat mengayunkan batang
penisnya, batang besar itu terayun kuat menggempur belahan bibir
vagina Vivi.
"Enak Pakkk, enakkk Ah-ahh AWWWW...., aaaaaaaaaahhhh"
"ARGHH... Viii, BAPAK MAU KELUARRRR...!!! Plofffhh,Ehh?? "
Vivi buru-buru menarik pinggulnya hingga penis Pak Agung terlepas
dari cepitan vaginanya. Ia mengocok-ngocok penis pak Agung,
mulutnya terbuka lebar tepat diatas lubang kemaluan sang guru dan
kemudian mulut Vivi menerkam kepala penis pak Agung yang
berkedutan memuntahkan cairan sperma mengisi rongga mulutnya,
tanpa merasa ragu gadis itu menelan sperma pak Agung, lidahnya
terjulur keluar terayun mengulas-ngulas lubang penis sang guru,
sesekali mulutnya menghisapi sisa sperma pak Agung, hingga pria itu
mengeluh keenakan.
"Kamu suka sperma bapak rupanya, Uhhh...WAHH...!!"
Tanpa terduga Vivi menjepit batang penis Pak Agung di antara
payudaranya yang besar. Pak Agung melotot seakan tidak percaya
ketika Vivi menggunakan buah dadanya untuk memijati batang
penisnya, nikmat sekali ketika payudara gadis cantik itu memijiti
kemaluannya, hangat, lembut, halus bak sutra ketika payudara Vivi
menghimpit dan memijit-mijit batang penisnya, Jreng...!! penis besar
Pak Agung langsung bereaksi.
"Kamu cantik sekali sayang, Urrhhh, bapak gregetan banget sama susu
kamu yang montok, sini..!!!Hupppp!!"
Tangan kekar sang guru mengangkat si susu besar hingga payudara
Vivi sejajar dengan wajahnya. Tubuh mulus Vivi tergantung dalam
cengkraman pak Agung, terdengar suara pekikan kecil ketika mulut
sang guru mencapluk-capluk dan menghisapi putting susu Vivi yang
meruncing. Sepasang kaki mulus Vivi melejang-lejang tergantung di
udara. Jeritan liar Vivi mengiringi suara geraman-geraman gemas sang
guru, setelah merasa puas menggeluti payudara Vivi hingga
meninggalkan bekas-bekas hisapan kemerahan, pak Agung
menurunkan liang vagina Vivi ke arah batang penisnya yang
mengacung keras, disodoknya liang vagina gadis cantik itu.
"Hmm-nggaahhh...!! Ah-ahh, OWWWW.....!!"
sekujur tubuh Vivi mengejang hebat ketika belahan liang vaginanya
kembali direkahkan oleh batang penis sang guru. Perlahan-lahan
batang besar itu menggeliat memasuki cepitan vagina Vivi yang mungil.
Vivi mengeluh keras, tubuhnya laksana dipanggang diatas nyala api
yang berkobar-kobar dengan dashyat.
"Jebb-BROSSS...!!OAWHHHH....!!unh-ah-ah Owww....!!"
Terdengar jeritan parau Vivi ketika dengan gerakan yang kasar pak
Agung menjebloskan batang penisnya. Sepasang kaki Vivi membelit
pinggang pak Agung, kedua tangannya berkalung di leher sang guru.
Gerakan keduanya terlihat liar penuh nafsu, Vivi menghempas-
hempaskan pinggulnya sementara pak Agung menyangga buah pantat
gadis itu sambil menyentak-nyentakkan batang penisnya menyodoki
liang peret di selangkangan gadis cantik itu.
"WHUD.. WHUDDD...Whuudd!!BLEP..BLEPP,BLUB..!!"
"Baaaa..PHAKKK....!! enh-eshhhhahh...Empphh-C-rruutt... Crrrttt...,ahhh,
nikmat... emmmpphhh" Vivi merintih lirih, tubuhnya melenting, kedua
matanya terpejam rapat menikmati denyutan puncak klimaksnya. Lidah
pak agung menjilat-jilat leher Vivi kemudian mengecupi merayap
hingga ke ujung dagu Vivi yang tengah menggelepar didera rasa
nikmat. Dengan santai sang guru membopong tubuh Vivi yang basah
kuyup bersimbah keringat, ia mendudukkan si susu besar di kursi
untuk berjemur.
"Sudah Pakkk... Vivi nggak kuattt.....Sud.. dhahh.. Ohhhh...BAPAKK..."
"Sudah ??HA Ha HA..Bapak belum puas sayang"
Jemari sang guru kembali merayap nakal menggerayangi lekuk liku
tubuh Vivi, mulutnya mencumbui buah dada Vivi yang membengkak
bagaikan sepasang gunung kembar yang hendak meletus, dikenyot-
kenyotnya puting susu Vivi yang meruncing pertanda gadis itu kembali
terangsang hebat. Sang guru menekukkan, mendorong kaki Vivi
mengangkang lebar, si susu besar memekik keras ketika sesuatu di
selangkangan pak Agung melesat kasar membelah belahan bibir
vaginanya yang sudah memar kemerahan. Sesaat kemudian tubuh Vivi
kembali terguncang-guncang hebat, payudaranya yang putih besar
melompat berputar-putar indah. Jemari pak Agung meremasi payudara
Vivi bergantian yang kiri dan kanan, dengan tekun penis besar sang
guru mengelola liang vagina Vivi yang kewalahan disodoki oleh penis
besar pak Agung yang masih juga belum puas menikmati belahan
vagina siswi cantik berdada besar itu.
------
"Waduh..., abis deh si Vivi " Farida mengeluh dalam hati.
Farida merinding, mendengar teriakan minta ampun Vivi, ia sudah
merasakan sendiri kekuatan sang guru yang membuatnya tergolek
lemah tanpa daya. Farida menolehkan wajahnya ke belakang, ia
menatap Andra yang asik menyiapkan sesuatu kemudian kembali
menonton pertarungan sengit antara Vivi dan pak Agung dari balik kaca
jendela, nafasnya semakin berat berhembusan.

Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda

0 komentar:

Posting Komentar

Silahkan komentar tapi dilarang yang berbau sara dan provokativ.