Minggu, 08 Maret 2015

Schoolgirl's Diary 15: Three Little Pussy

"Vii, Viviii bangun oii,
Faaa, Faridaaa..!!"
Dengan tak sabaran Andra
membangunkan Vivi dan
Farida, digiringnya kedua
gadis cantik bermata sipit
yang masih mengantuk itu
ke kamar mandi. Ia
menyiapkan tubuh mereka
yang putih mulus sebagai
santapan yang
menyenangkan di pagi
hari. Vivi dan Farida
merasa risih saat Pak
Agung dan Andra
menonton mereka yang
sedang mandi di bawah
kucuran air shower yang
hangat. Setelah kedua
siswi cantik itu selesai
membersihkan diri, Pak
Agung dan Andra menarik
tubuh mulus kedua gadis
itu ke ruangan tamu. Vivi
dan Farida berseru keras saat melihat seseorang terikat tak berdaya di
atas sebuah meja bundar berdiameter kurang lebih 1 meter.
"hahhh ??!! Reiiiii....!!"
"HAHH !!?? Vivi ?? Farida..??!! "
Reina tak kalah kaget melihat tubuh Vivi dan Farida yang berada dalam
keadaan telanjang bulat, demikian pula keadaan Pak Agung dan Andra
telanjang dengan dua batang penis yang mengeras di bagian tubuh
mereka bagian bawah.
"Reiiii....!!"
Vivi dan Farida berhamburan hendak menolong Reina yang bersujud di
atas meja dalam keadaan kedua tangannya yang terikat kebelakang,
Pak Agung dan Andra menarik lengan Vivi dan Farida,kedua makhluk
bejat itu berbisik-bisik ditelinga Vivi dan Farida, entah apa yang
dibisikkan oleh Pak Agung dan Andra yang jelas kedua gadis cantik itu
menggeleng-gelengkan kepala menolak keinginan Pak Agung dengan
wajah merona karena jengah atas permintaan kedua pejantan tangguh
itu.
"Ayo sayangg, lakukan, bapak ingin lihat, buat pemanasan" Pak Agung
membujuk Vivi dan Farida sambil menggerayangi tubuh kedua siswi
cantik itu
Andra memeluk Vivi dari arah belakang, tangannya mencapit payudara
Vivi yang montok, cumbuannya merayap dari tengkuk ke sisi leher
sebelah kanan kemudian merambat kebahu Vivi. Sesekali Andra
memangut dengan kasar sambil meremas-remas induk payudara Vivi
yang bongsor.
"Ahhh, Andraaaa...."
Vivi menarik dadanya saat tangan Andra mengusapi bagian bawah
payudaranya, wajah Vivi merona merah, ia semakin kesulitan
menepiskan hawa nafsu yang berusaha mengaburkan rasa
canggungnya. Pak Agung mendesakkan tubuh Farida ke hadapan Vivi.
Kini kedua orang siswi cantik keturunan Chinese itu kini saling
berpelukan dengan mesra.
"Emmmmm, Faridaahh, ckk emmmmhh.."
"Viiii, auhh emmmhhh.., mmmhhhh akhhhh"
Suara desahan dan rintihan lirih mulai terdengar dari bibir Farida dan
Vivi yang saling memangut. Andra mengambil posisi berdiri di belakang
tubuh Vivi, sedangkan pak Agung berdiri di belakang tubuh Farida,
mereka berdua masing-masing berjongkok sambil menarik pinggul
kedua siswi itu agar menungging.
"Slllcckkk.. ckk ckk Sllccckkk ckkk sllllppphhhhh"
"Ahhh.. Andraaa... ahhh!!!"
"cupphh, mmmm ssssslllllllccckk ckk ckkkkk..."
"aaa-aah, ahhhh, Bapakkk... essshhhhhhh, hhssssshhhh"
Pak Agung mengecupi pinggul dan memainkan lidahnya pada belahan
vagina Farida sedangkan Andra memainkan batang lidahnya pada
belahan vagina Vivi. Suara desah dan rintihan kedua gadis cantik itu
terdengar menggairahkan membangkitkan nafsu liar yang menggeliat
dari tidurnya. Sang hawa nafsu segera bangkit ia mengubur
kecanggungan di dada kedua siswi cantik itu. Tanpa merasa segan Vivi
merintih keenakan dan Farida mendesah keras merasakan cumbuan dan
jilatan-jilatan lidah nakal yang menggelitiki bagian tubuh mereka
masing-masing. Pak Agung membaringkan Vivi dan Farida di atas
sebuah kasur busa yang sudah sengaja disiapkan di tengah-tengah
ruangan. Dengan sebuah gerakan yang indah dan erotis Farida naik ke
atas tubuh Vivi. Ia mendesakkan payudaranya ke bawah sedangkan Vivi
mendesakkan payudaranya ke atas. Jika Farida mendesakkan batang
lidahnya ke dalam mulut Vivi, dengan mesra Vivi menghisapi batang
lidah Farida demikian pula sebaliknya jika Vivi menjulurkan batang
lidahnya keluar dengan mesra Farida menghisapi batang lidah Vivi.
Cumbuan-cumbuan Farida merambat kebawah mengejar payudara Vivi.
"Wahh, gila..!! ini baru asik...,ehemm,woowww..!! "
Pak Agung berdehem dengan nafas tertahan. Andra mengusapi buah
pantat Farida saat gadis cantik itu menungging dengan wajah terbenam
di antara payudara Vivi yang montok sambil meremas lembut Farida
menciumi buntalan payudara Vivi.
"Ahhh, Faaaa, Faa... riii.. daahhhh, ohhh nikmatnyaa...".
Telapak tangan Farida mengusap bulatan payudara Vivi sebelah kiri,
ujung lidah Farida terayun menjilati puting susu Vivi yang mengeras.
Vivi memejamkan matanya menikmati remasan - remasan Farida pada
payudaranya. Perlahan-lahan Vivi membuka kedua matanya saat ia
mengendus aroma yang tidak asing lagi, sebuah penis besar panjang
melintang di wajahnya, penis milik Pak Agung. Tangan Vivi meraih
batang besar itu dan menggenggam batang penis Pak Agung,
ditariknya penis Pak Agung kemudian Nyummmmm, Nyummmm, Vivi
menghisap-hisap permen loli asin di selangkangan Pak Agung, nafas
Vivi terdengar memburu saat cumbuan Farida merambat turun ke arah
selangkangannya yang terkangkang. Jemari Farida mengelus belahan
bibir vagina Vivi, jari telunjuk nya bergerak lincah mencelup-celup
kedalam belahan vagina Vivi. Bagaikan seorang yang kehausan Farida
menghisapi vagina Vivi, kontan saja tubuh Vivi menggelepar keenakan
kedua kakinya yang mulus tertekuk mengangkang.
"Ahhh....!! ?? UNNNN---NGGGHHHH...!!!OWWW...!! "
Tiba-tiba saja tubuh Farida tersungkur, sebatang penis menerjang liang
anus Farida. Terdengar suara keluhan keras Farida saat Andra
menyodokkan batang penisnya hingga amblas sekaligus di lubang
dubur siswi cantik itu. Dalam posisi seperti ini, keempat orang yang
sedang bertarung dapat saling memberi kenikmatan. Vivi menservice
penis Pak Agung, Farida menggeluti vagina Vivi, sementara Andra
menyodok-nyodokkan batang penisnya menyodomi Farida. Jemari
Andra mengucek-ngucek vagina Farida dan memainkan kelentitnya.
Suara rintihan kedua siswi cantik itu disambut oleh suara geraman -
geraman Andra dan Pak Agung
Sang guru menggeram semakin keras saat Vivi mengocoki batang
penisnya..
"Urrrhhh, kocok sayanggg, KOCOKKK..!! arrrrrgh..." Pak Agung
mengerang saat Vivi melumat kuat kepala penisnya.
"pokk pokk pokk pokkk" terdengar suara benturan antara selangkangan
Andra dengan buah pantat Farida.
"Essshhh ooowww, Faaaaa...."
Jari tengah pak Agung mencari-cari kelentit Vivi, diurutnya tonjolan
clitoris siswi cantik berdada besar itu. Vivi semakin gelisah, belahan
vaginanya dimainkan oleh pak Agung dan Farida, ia merintih tertahan.
"ad-aduhh, Bapakkk, ahh Faaa..!!"
"pokk pokk pokkk plokkk.. pelann-pelanhh Andraa...hhh.. plokkkk.."
Farida meringis saat Andra menyodoknya dengan kasar, sesekali Farida
berusaha menepiskan tangan Andra yang tengah menguceki
kelentitnya, terdengar suara desahan tertahan Vivi dan Farida, saat
kedua gadis cantik itu mengejang hampir bersamaan mencapai puncak
klimaks.
"nnhhhh Cruttt... crutttt..."
"aaaa... crutttt.. cretttt.....crrrrtt"
Pak Agung menarik batang penisnya dari genggaman Vivi, ia
mengambil sebuah gunting, diguntingnya rok seragam Reina hingga
terbelah mulai dari lutut hingga kepinggang, disibakkannya robekan itu
ke kiri dan ke kanan. Sang guru bersujud, jarinya menekan bagian-
bagian celana dalam Reina. Reina menatap pak Agung dengan tatapan
antara marah dan gairah.
"Brekkk.. Brrttt...., Breeetttt, !!awwwww..!KEPARATTT..! brETT..!!"
Jerit dan makian Reina mengiringi suara robekan kain celana dalamnya
saat Pak Agung merobek dengan kasar di bagian belahan bibir vagina
siswi cantik itu. Belahan bibir vagina Reina terekspos di antara robekan
celana dalamnya. Pak Agung menarik Vivi dari bawah tindihan tubuh
Farida kemudian menekankan wajahnya pada bagian celana dalam
Reina yang tersobek. Kedua tangan Vivi melingkari pinggul Reina, ia
mengendus dan menghirup dalam-dalam aroma kewanitaan Reina, bibir
Vivi meruncing mencoba mengecup wilayah intim Reina melalui sela-
sela celana dalamnya yang robek tepat di bagian bibir vagina. Andra
menggiring Farida agar memeluk Reina dari arah samping kiri.
"Reiii,emmmh ck ckk ckkk"
"Akhhh, hhh, mmmmmh, Viii,uhhhhh...j-jangan Viii, ahhhh"
Tubuh Reina tersentak ketika batang lidah Vivi menyeruak melalui
robekan celana dalamnya. Lidah Vivi bekerja secara efektif mengulas-
ngulas belahan bibir vagina Reina yang mengeluarkan cairan gurih.
Bibir Farida melumat-lumat Bibir Reina. Desah dan rintihan ketiga siswi
cantik itu membuat darah Pak Agung dan Andra berdesir dengan lebih
cepat. Pak Agung merengut tubuh Farida, Andra terkekeh sambil
mengelus bokong Vivi kemudian meremas-remas bongkahan buah
pantat Vivi yang bulat padat sebelum akhirnya menyelipkan batang
besarnya ke belahan vagina Vivi.
"Auhhhh...!! " terdengar seruan Farida ketika Pak Agung melemparkan
tubuh Farida hingga punggung siswi cantik itu terhempas bersandar di
atas kursi sofa panjang
Pak Agung berlutut sambil menyelipkan dua jarinya ke dalam cepitan
vagina Farida. Jari tengah dan jari telunjuk Pak Agung berputar
menghadap ke arah perut mencoba meraih G-Spot Farida. G-Spot
adalah daerah kecil pada area kemaluan wanita yang terletak di
belakang tulang kemaluan dan mengelilingi uretra.
"Ahhhh Ahhhh, Ahhhhhhh..., aduh-aduhh, ahhhh.".
Tubuh Farida bergerak tidak karuan saat jari tengah Pak Agung
menstimulasi G-spotnya. Farida merasa seperti ingin mengeluarkan air
seni saat pertama kali titik G-spotnya dirangsang kemudian tubuhnya
mengejang-ngejang menahan rasa nikmat yang melebihi rasa nikmat
ketika clitorisnya sedang dimainkan. Rasa nikmat yang dirasakan oleh
Farida begitu hebat hingga ia merasa sedang berada dalam kurungan
tabung kenikmatan yang membungkus sekujur tubuhnya mulai dari
ujung kaki sampai keujung rambut.
"Pakk, Farida diapain
sampe kelojotan begitu,
ajarin Andra doong, Vii sini
Viii, ngangkang.... He he
he, ayo Pak digimanain
nih..memeknya??"
Andra meminta Vivi agar
berbaring di atas lantai
marmer sambil
mengangkangkan kedua
kakinya yang mulus.
Fengan mengikuti instruksi
dari Pak Agung, Andra
mulai memasukkan dua
jarinya sekaligus
menghadap ke atas ke arah
perut, andra mencari-cari
sesuatu yang rasanya mirip
seperti busa,
Tubuh Vivi bergerak liar
tidak beraturan seperti
gerakan-gerakan liar
Farida, ia memekik nikmat
saat jari Andra mengusapi G-spotnya. G-spot Vivi dan Farida berdenyut
sedikit ketika disentuh dengan jari dan usapan pada area tersebut
menghasilkan sensasi dan perasaan seperti keluarnya orgasme. Kontan
saja Vivi dan Farida berbarengan merintih dan menggeliat liar
menghadapi debur-debur ombak kenikmatan yang liar, sementara Pak
Agung dan Andra semakin aktif mengusap-ngusap G-spot kedua siswi
cantik itu yang berkelojotan dengan tubuh bersimbah keringat, dengan
lembut Pak Agung dan Andra terus mengekslorasi G-Spot kedua siswi
cantik itu dengan jari nakal mereka, gerakan pak Agung dan Andra
berhenti saat tubuh kedua siswi cantik itu mengejang mencapai puncak
klimaks, kemudian tanpa menunggu kedua siswi cantik itu berhasil
menguasai diri, mereka melanjutkan memainkan jari mereka di dalam
vagina Farida dan Vivi.
"PAKKK.., AWWW, AKHHH BAPAKKK, Crrruttt.. CRUTTT..!!"
"AHH-AH , AHHH CReettt Kecruttttt OHH, ANDRAA !!"
"crruttt.. cruttttt..."
"Cruttttttt......."
"Crruttttttttttttttttttttttt......"
Denyutan puncak klimaks datang saling menyambung dalam waktu
yang relatif singkat mendera tubuh mulus kedua siswi cantik itu. Tubuh
Farida meliuk-liuk liar, seliar liukan tubuh Vivi, gelombang
multiorgasme begitu hebat memecut tubuh-tubuh mulus yang tersiksa,
hembusan nafas mereka tertahan selama beberapa detik menahan rasa
nikmat di vagina yang menyebar hebat ke daerah panggul. Andra
mencabut jarinya dari cepitan vagina Vivi, tubuh gadis cantik berdada
bongsor itu masih kejang menahan rasa nikmat yang berlebihan.
"Waduh,..!! Wuish...!! Gelo..!! sepertinyaVivi ke enakan banget ya Pak"
Andra berseru keras menyaksikan Vivi yang terengah-engah, tangan
Andra mengelus-ngelus buntalan payudara Vivi kemudian menghisap-
hisap putting susunya. Dengan gemas Andra menggigit buntalan susu
Vivi hingga ia mengeluh kesakitan.
"Tentu...!! Orgasme akibat rangsangan di G-spot jauh lebih nikmat
daripada Orgasme akibat rangsangan di clitoris,bahkan kerap kali
membuat seorang wanita multiorgasme loh, seperti yang barusan
dialami oleh Farida dan Vivi" Pak Agung mulai menurunkan ilmunya,
Andra mengangguk-anggukkan kepalanya, kemudian mulutnya kembali
mengejar dan menggeluti buntalan payudara Vivi, dielus, diremas
kemudian dikenyot-kenyot dengan rakus.
"Apalagi kalau sambil memainkan G-spotnya, lidah kita memainkan
klitoris mereka, bapak jamin mereka berdua pasti gelepek-gelepek,
kelojotan"
"gimana Vi ?? apa bener kata pak Agung?? tadi kamu mengalami
multiorgasme ya??" Andra bertanya pada Vivi yang masih
menggelinjang keenakan menikmati hisapan-hisapan mulutny
Vivi mengangguk kecil, jari Andra menyibakkan bibir vagina Vivi. Ia
berdecak kagum saat cairan vagina Vivi meluap, cairan itu berwarna
putih kental dan begitu harum, aromanya semerbaknya tercium kuat di
udara. Andra mencelupkan jarinya kembali kedalam vagina Vivi, dengan
sedikit latihan dan bakat, jemari Andra semakin ahli memainkan G-spot
Vivi..
"An-Andraaa, ah-ah owww,"
Andra mencoba tehnik baru yang diajarkan oleh Pak Agung, sambil
mengusap lembut G-spot Vivi, lidah Andra terjulur memainkan tonjolan
klitorisnya. Pak Agung menyodorkan batang penisnya ke dalam rongga
mulut Vivi yang ternganga., Happp, Vivi mencapluk batang penis Pak
Agung.
"HOUHHHH...!! EDANNN...!!"
Pak Agung mengeluh keras, mulut Vivi mengenyoti batang penisnya
dengan kuat, terlalu kuat malah hingga menimbulkan rasa ngilu disela-
sela rasa nikmat yang menggila. Farida merangkak mendekati Andra
yang tengah asik memainkan jari dan lidahnya untuk menyiksa Vivi,
dengan lembut Farida mengosok-gosokkan payudaranya ke punggung
Andra. Tangan Farida meraih penis Andra dari belakang kemudian
mengocok-ngocoknya.
"humm hummmh..." suara mulut Vivi yang tersumpal penis Pak Agung.
"UAHHH, Huu-H-UrrrHHH"
Suara pak Agung yang keenakan penisnya diemut-emut oleh si susu
besar, nafasnya tertahan-tahan merasakan rasa nikmat yang bukan
kepalang.
"ssslcck ckk llllcckkkkkk.. sllleckkkkkkk.Cpphhh, Ckkk"
Suara decakan mulut andra yang tengah menjilati kelentit Vivi.
"Plekffhh.. plekk plekk plekkk" suara gangan Farida mengocok-ngocok
batang penis Andra yang semakin menegang
Sesekali Mulut Farida mengejar penis Andra kemudian mengulum-
ngulumnya dengan penuh nafsu, suara rintihan - rintihan lirih Farida
dan Vivi terdengar menggairahkan. Terdengar suara pekikan kecil Vivi,
tubuhnya melenting saat gelombang kenikmatan membawanya
terangkat setinggi langit biru dan kemudian menghempaskannya ke
dasar lembah samudra puncak klimaks, dengan berbekal ilmu baru dari
pak Agung. Tidak membutuhkan waktu terlalu lama untuk membimbing
Vivi berkali-kali menuju puncak kenikmatan. Andra melepaskan Vivi, ia
merangkak menghampiri Reina yang masih berlutut di atas sebuah meja
dengan kedua tangan terikat ke belakang. Reina bergidik saat matanya
menatap sinar mata Andra yang berbinar, kalau saja tangan Reina tidak
terikat ingin rasanya ia menampar wajar Andra.
"Reii, seksi amat sih, ada apa sih di dalam sini?? Aku liat ya..."
Andra menyibakkan sela robekan celana dalam Reina untuk mengintip
isinya.
"AnDRA..!! Jangan kurang ajar...!!" Reina memaki Andra.
"Waaah kirain apaan ??, ternyata isinya memek kamu tohh,,"
Andra pura-pura bodoh, dari bagian celana dalam yang terobek jemari
Andra menyelinap mengelus - ngelus bibir vagina Reina. Reina
mendesah pelan nafsu birahinya mulai terpancing oleh elusan-elusan
tangan Andra. Luapan nafsu birahi menenggelamkan kemarahan Reina,
ada sesuatu di dalam dirinya yang terusik menahan sensasi jari andra.
"ihh ?? !! " Reina terpaku saat ia melihat ke arah Pak Agung yang
sedang duduk santai di atas sofa
Pak Agung mengangkangkan kedua kakinya lebar-lebar, Farida dan Vivi
berebutan menjilat dan menciumi penis Pak Agung, mencumbu dan
mengulum-ngulum penis sang guru yang besar dan panjang. Pak
Agung membelai-belai kepala Vivi dan Farida, guru bejat itu keenakan
saat batang penisnya dimanjakan oleh cumbuan - cumbuan kedua
muridnya yang cantik.
"Reiii..., sekali ngerasain dientot, kamu pasti ketagihan, ingin lagi dan
lagi..., tuh kamu liat si Vivi sama Farida udah ketagihan kontol he he he
he"
Andra berbisik di telinga Reina, bibir Andra mencumbui rahang Reina
Reina menjerit kesal karena tidak berdaya menolak perlakuan mesum
Andra. Saat Reina menoleh ke arahnya untuk memaki, bibir Andra
langsung menyergap dan melumat bibirnya. Suara decakan-decakan
terdengar menggairahkan dari bibir yang memanguti bibir Reina, Andra
menyusupkan tangannya masuk kedalam celana dalam Reina, ia
menggaruk-garuk bulu-bulu jembut Reina kemudian memijat-mijat
vaginanya seperti sedang melakukan terapi pijatan mesum yang
menggairahkan, lelehan cairan Vagina Reina membuat pijatan Andra
terasa semakin mengasikkan , lengket, licin geli-geli nikmat.
"Annd-Andraaa, Ennhh, ahhhhhhh, hsssshhh.."
Andra menatap wajah Reina, ia menikmati setiap ekspresi wajah Reina
yang tengah menikmati pijatan. Elusan dan garukan - garukan di
wilayahnya yang paling intim. Lidah Andra terjulur menekan sela bibir
Reina, Reina menyambut dengan membuka mulut dan menjulurkan
batang lidahnya keluar, batang - batang lidah yang basah dan hangat
saling bergelut, lumatan dan Andra membuat Reina bertekuk lutut,
Reina menarik pinggulnya ke belakang saat jari tengah Andra mendesak
belahan vaginanya, Slephhh..!!
"aaa, , perih, sakittt, awww..!!.AKHHHHH...!!"
wajah Reina tampak renyah saat Andra mengamblaskan jari tengahnya
pada belahan Vagina gadis itu,tubuh Reina tersentak mengejang, ia
merintih lirih saat jari tengah Andra melukai sesuatu miliknya yang
sangat berharga, perlahan Andra menarik kembali jari tengahnya keluar
kemudian kembali menusukkan jarinya kuat-kuat kedalam liang
perawan sebelum akhirnya andra menarik jari tengahnya dari jepitan
vagina gadis itu
Mata Andra berkilat saat memperhatikan cairan merah membasuh ujung
jari tengahnya. Reina melengoskan wajahnya memandang ke arah lain
saat Andra berjongkok di hadapan vaginanya.
"wuihhh, lezatnya darah perawann he he he, Slllccckkk, slccckkk"
Lidah Andra terjulur menjilati darah perawan Reina kemudian ia
menyelinapkan batangnya melalui robekan celana dalam Reina. Ada
sensasi yang berbeda saat Andra menggerak-gerakkan batang penisnya
berusaha mencari-cari sesuatu dibalik celana dalam Reina yang
menjanjikan sejuta kenikmatan, saat dirasakan pas, Andra berkutat
berusaha mengamblaskan batang penisnya kedalam cepitan vagina
gadis itu.
"Ahh, ini dia, permisi ya Reiii, numpang nyoblos dikit ajaa, hi hi hi"
"Unnh, nhhhhhhh...!! Afffhh Uhhhh ??."
Tubuh Reina mengejang merasakan penis Andra mendesaki belahan
Vaginanya, dengan tekun dan giat Andra terus berjuang mendesakkan
batang penisnya, Andra menggeram-geram gemas, dengan satu
sentakan yang kasar dibongkarnya otot Vagina Reina yang membandel,
JROSSSHH..!!
"brrrttt brrrttt krrrtttttttt..."
"AHHHHHHH.....!! awwwwhhhhh, Hee-ennhhs, AKKHHH..!!"
Reina mengeluh keras saat kepala penis Andra menguakkan selaput
misteri liang kenikmatannya yang selama ini dijaga dengan hati-hati
olehnya. Batang penis Andra menekan memasuki belahan vaginanya,
tangan Andra mendekap bokong Reina. Sambil menarik pinggul Reina,
Andra mendesakkan batang penisnya jauh kedalam. Penis Andra
merangsek selaput dara gadis cantik itu, menjebol keperawanan Reina.
Kini milik Reina yang paling berharga bukan hanya terluka namun
hancur robek ditembus oleh batang penis Andra.
"Aduhhhh, saaa...kiiiiiitttt..., nnnnhhh, sudah.., akkhh, sudah,,!!
Jangann..!!"
"Aje Gileee..!! Ohhh Reiiiii...!! UENAKK...GETHO LOHHH..!!"
Andra memeluk erat-erat tubuh Reina yang gemetar hebat, ia membetot
batang penisnya perlahan hingga sebatas leher penisnya tertancap
pada vagina Reina kemudian dengan satu sodokan yang kuat Andra
mnjebloskan seluruh batang penisnya kedalam liang kenikmatan di
selangkangan Reina yang menangis terisak.
"Unnnggghhhh...!! Aduhhh..., aduhhhhhhh" disertai suara lenguhan
panjang, kepala Reina terkulai lemas dibahu Andra,
Tangan kiri Andra mengelus-ngelus punggung Reina yang berkeringat,
sedangkan tangan kanannya mengusapi bokong dan sesekali meremas-
remas buah pantatnya. Penis Andra menusuk-nusuk dengan kasar, isak
tangis Reina membuat Andra semakin bersemangat merojoki liang
vaginanya.yang peret.
"Ohhh, Ampun, Andraa, sakkiii......tttt!!AWWW, Emmmh Emmhhh..!!"
suara Reina teredam oleh Mulut Andra yang begitu rakus melumati
bibirnya yang mungil. Andra semakin ganas dan rakus mengulum bibir
Reina sementara batang penisnya bergerak maju mundur dengan lebih
kasar menyodoki liang vagina Reina yang hangat nikmat. Reina menarik
bibirnya dari bibir Andra ia kembali mengeluh kesakitan, pinggangnya
melenting - lenting ke belakang, kedua tangannya mencengkram
pinggang Reina yang ramping. Andra beraksi dengan prima mengayun-
ngayunkan batangnya, menyodoki belahan di selangkangan Reina..
"Andraaa, !! sakitt, SAkiiittttt....." jeritan Reina melengking, isak
tangisnya semakin keras,
Batang penis Andra menusuk tanpa mempedulikan jeritan dan isak
tangis Reina, menggali liang vaginanya, mengais kenikmatan di dalam
celah sempit diselangkangannya.
"Clepp.. Cleppp.. CLeppp.. Cleppp!!" suara gecakan-gecakan becek
terdengar keras saat batang penis Andra menumbuki belahan vagina
Reina. Sesekali Andra menggoyangkan penisnya ke kiri dan ke kanan
kemudian memutar-mutar melakukan gerakan mengaduk yang membuat
Reina merintih-rintih keenakan, rasa sakit mulai memudar digantikan
oleh rasa nikmat, setiap sodokan Andra membuatReina semakin dekat
menuju pintu puncak klimaks.
"Aaa-euhhhh...??!! Crrrr Crrrrrrhhhhh....huuhhh ?? Huuhhh ??!!"
"Gimana Reii ?? Enak banget kann ??"
Wajah Reina mengernyit menahan rasa nikmat, ia tidak dapat
mengontrol vaginanya yang berdenyutan. Cairan vaginanya meledak tak
berdaya, batang penis Andra begitu rajin menyodok-nyodok celah
kenikmatannya yang semakin banjir oleh lelehan lendir-lendir vagina.
Nafas Reina berdengusan di sela isak tangisnya.
"Sudah Andraaa, nggak mauuu, sudahh hkkk hkkkksss.."
"belum Reii, belumm aku masih pengenn he he he"
Andra mulai mempersiapkan serangan berikutnya, ia mengaitkan
tungkai kaki Reina pada tungkai lengannya, jemarinya membentuk
cakar, kedua tangannya menopang mencengkram buah pantat gadis
cantik bermata sipit itu yang masih terisak. Posisi Andra mirip seperti
sedang menggendong Reina dari depan, batang penisnya menancap di
cepitan liang vagina Reina. Andra mengayunkan batang kemaluannya
dengan teratur, dibetot dan dibenamkannya berkali-kali pada belahan
vagina Reina yang hangat nikmat..
"Ouhhh, ahhhhh, ahhhh..!!ahhhhh...."
Tubuh Reina terayun mengikuti irama sodokan-sodokan batang penis
Andra. Ayunan tubuh Reina semakin cepat seiring dengan semakin
naiknya nafsu Andra. Andra mendesakkan tubuh molek Reina ke sudut
ruangan, batang penisnya bergerak memompa dengan cepat, Reina
meringis - ringis rasa geli bercampur dengan rasa nikmat mengiringi
gesekan-gesekan batang penis Andra dengan dinding vaginanya.
"CLEPP.. CLEPPP BLEPP CLEPPP...!!..."
"Ahh, ahhh-ah, awwww, aduhh akkhhh And-drah!!, Ahhhh!!"
Kedua mata Reina yang sipit merem melek keenakan, Andra tersenyum
mendengar suara desah dan rintihan lirih gadis itu. Ia menurunkan
tubuh Reina, kemudian dibalikkannya tubuhnya ke arah dinding,
ditariknya celana dalamnya ke bawah hingga tersangkut di kedua
lututnya, ditariknya pinggul gadis itu, batang terkutuk milik Andra
mendesak dubur Reina dengan kasar Andra memaksa Reina
menyerahkan kenikmatan yang tersembunyi di dalam liang anusnya..
"Jangan..!!, Jangan disitu, aku mohon Andraaa, toloongg..!! Akkkhhh"
"Diam kamu Reiii, diammmm...!! Hihhhhh...." Andra menjambak dan
menarik rambut Reina ke belakang, batang penis Andra menusuk-nusuk
kasar berusaha membobol dubur Reina..
"awww..!!Tii.. Tidakkk OWW..! BLesshhhhhh....ARHHH....!!!"
Gerakan kasar penis Andra menyobek otot anus Reina. Reina menjerit
keras saat batang penis sipegulat tangguh merayap masuk
menyodominya, air matanya kembali berderai , berulang kali terdengar
suara jerit kesakitannya.
"He he he, Whuiihhh...!! Anjrittt Reiiiiiii...!!"
Andra berseru keenakan sambil mengamblaskan batang penisnya lebih
dalam lagi menyodomi Reina. Kedua tangan Andra mencekal pinggang
Reina, dengan bebas batang penis Andra mengaduk-ngaduk liang anus
Reina. Ia tidak mempedulikan jerit kesakitan gadis cantik itu
"Pokkk.. Pokkkk.. Pokkkk...".
"ANDRAAA.. ANDRAAAAAA...!! Ngeee-enhhhhHHHH"
"Reiii, lubang kamu , dua, duannyaaahh, enakkk... urrrhh"
"Sudah, Andraaa, Sakittt, Aduhhh Owwww..., sakit sekaliii..!!
cabuttthhhh"
"tapi Aku enak bangett Reiii, Hiihhh..., Tahan Reii , TAHANN..!!"
"Aduhhh..!! OWW..., ADU-DUHH, AWWWW...!!"
Andra seperti sengaja mempermainkan Reina, batang penisnya
menyentak-nyentak dengan kasar, mata Andra membeliak merasakan
rasa nikmat saat batang penisnya bergesekan dengan dinding anus
Reina. Liang anus Reina terasa panas dan nikmat, tubuh mereka basah
kuyup dilelehi peluh. Siswi cantik itu mengeluh panjang saat Andra
membenamkan seluruh batang penisnya beristirahat di dalam liang
anusnya, buah pantatnya yang empuk bergesekan dengan selangkangan
Andra. Ia menggesek dan mendesakkan selangkangannya pada buah
pantat Reina yang bulat padat.
Setelah berhasil memulihkan tenaga Andra kembali memacu batangnya
menyodomi Reina dengan lebih liar dan ganas. Reina meringis
merasakan rasa ngilu yang menggigit anusnya saat batang penis Andra
bergerak kasar menyodominya.
"Pokk Pokk Pokk Pokk Pokk Pokkk..!!"
"Andraa, cabutt, Aduh aduhh, OWW, Ngehhh, ngiluuu, aduuuhh..."
Setelah puas menyodomi Reina Andra menghentikan tusukannya
kemudian ia berbisik ditelinga Reina. Gadis itu mengangguk, perlahan-
lahan Andra mencabut batang penisnya dari dalam lubang anus Reina.
Setelah melepaskan ikatan ditangan Reina, Andra membalikkan
tubuhnya menghadap ke arahnya, tangan Andra mengusapi lekukan
pinggang Reina. Mulut Andra melumat bibir mungil itu, kemudian
mengajaknya untuk ber French kiss.
"Masukin Rei, ayoo, kalau tidak, aku sodomi lagi .." Andra mengancam.,
"Iy-ya, Andra, Iya, aaaahhhhh...., slllepphhhh..."
Karena ketakutan Reina buru-buru menyambar dan menjejal-jejalkan
penis Andra ke dalam vaginanya. Reina mendesah saat ia berhasil
menyelipkan batang Andra ke dalam belahan vaginanya. Rasa nikmat
mengiringi masuknya penis Andra, kini kemaluan Andra tertancap
sebatas leher penis.
"Bagus Reii, gitu dongg, masa titit aku dibiarin kedinginan di luar
memek kamu, enakan didalam, anget, ada empot-empotnya gitu..."
jantung Andra berdetak kencang merasakan kedutan-kedutan otot
vagina Reina yang menggigit kuat batang penisnya, dinding vagina
Reina berkontraksi meremas-remas kepala penis Andra. Sambil
berkacak pinggang Andra mendesakkan batang penisnya agar masuk
lebih dalam, ia menoleh ke arah Pak Agung yang membimbing Farida
dan Vivi mendekati arena pertempuran. Pak Agung memasangkan
STRAP-ON pada Farida.
"Buset dah?? Mau diapain pak ??HA Ha Ha " Andra mendelik kemudian
tertawa ngakak melihat sebuah benda dari karet yang menggantung di
selangkangan Farida
Pak Agung hanya tersenyum penuh arti, Andra menonton suguhan
gratis sambil kembali mengancam Reina agar bergoyang.
"REiiii !!! Goyang oiiiiii....!!".
"Viii, nungging sayanggg..."
Pak Agung menyuruh Vivi menungging. Vivi menurut ia menungging di
atas lantai. Pak Agung meremas-remas buah pantat Vivi kemudian ia
mengarahkan bokong gadis itu ke arah Farida. Pak Agung meminta
Farida bersujud tepat di belakang bokong Vivi. Pria itu lalu
mengarahkan ujung STRAP-ON pada liang anus Vivi. Farida menuruti
instruksi Pak Agung untuk menyodomi Vivi dengan STRAP-ON, dengan
lembut Farida mendesakkan straponnya untuk menyodomi Vivi, sesekali
ia menghentikan tusukan straponnya saat Vivi mengeluh., setelah
STRAP-ON itu terbenam seluruhnya Pak Agung mengambil posisi
berlutut di belakang bokong Farida. Sang guru menusukkan batang
penisnya mendesak liang anus Farida melalui celah latex yang
sepertinya memang disediakan untuk aksi sodomi.
"nah, Faaa, seperti inilah yang dirasakan oleh Vivi sekarang, gimana
rasanya?? enak bukan ??Ayoo kamu juga goyang biar Vivi juga merasa
enak.."
Pak Agung mulai mengayunkan penis besarnya mengolah liang anus
Farida, Farida mencoba untuk mengayunkan STRAP-ON yang terpasang
di selangkangannya. Saat Farida terdesak ke depan disodomi oleh Pak
Agung, STRAP-ON itu juga ikut terdorong maju membelah anus Vivi.
"Ahhh...BAPAKK, Ahhhhh-ahhh"
"Plakk Plakk Plakkk..!!!" Farida mendesah saat Pak Agung semakin
kasar menyodominya.
"Auhh, Ehssshhhh, Faaaa, pelan-pelannhhh uhhhhh.." Vivi merintih
saat strapon di selangkangan Farida menusuk kasar liang duburnya.
"b-bukan aku Viii, Pak Agung nihh.., akhhhh..."
Dengan cara demikian, Pak Agung dapat membuat kedua muridnya
yang cantik merintih disaat yang bersamaan, jika pak Agung
menyodomi Farida dengan lembut, maka STRAP-ON diselangkangan
Farida membelah Liang anus Vivi dengan lembut, jika pak Agung
menyodomi Farida dengan kasar maka STRAP-ON itu membelah dubur
Vivi dengan kasar.
"Edannn...!! Bapak bener-bener kreatif dahh, Rei jangan berhenti dong,
digoyang Reiii, digoyangggg... aduhhhh, gimana sih, bandel amat..."
Andra masih juga protes karena Reina menggoyangkan pinggulnya
dengan ogah-ogahan. Andra yang cerewet membuat Reina naik darah,
sambil memeluk Andra, Reina menghempas-hempaskan vaginanya
dengan liar, digoyang ke kiri, digoyang ke kanan, kemudian dihempas-
hempaskannya lagi. Reina mendesah-desah keras saat menghempaskan
vaginanya. Batang penis Andra keluar masuk di belahan vagina gadis
itu.
"Anjrittt..!! Wadowww, Reiii, Heuh, UHH ?? Reiii Akhhh..!!".
Tangan Andra membelit pinggang Reina, kali ini Andralah yang
kewalahan, Reina begitu cantik dan liar, rintihan-rintihannya membuat
angan Andra melayang tinggi ke udara. Andra mengeluh saat Reina
menggoyang pinggulnya seperti sedang mengayak beras kemudian
kembali menggoyangkan vaginanya dengan liar. Reina mendorong
tubuh Andra hingga ia jatuh terjengkang ke belakang. Andra terlentang
dengan posisi kedua kakinya mengangkang. Reina menerkam sesuatu
selangkangan Andra.
"WHOAAHHHH, WAduhhhh.....!!,UAHHH"
Reina membetot Penis Andra dengan bernafsu dikocok-kocoknya
batang penis yang telah merampas kehormatannya itu. Ada sedikit
dendam, marah di antara nafsu liar Reina. Happp, dengan kasar Reina
mencapluk kepala penis Andra, tubuh Andra mengejang, menggelepar
menahan rasa nikmat, matanya mendelik-delik merasakan nikmatnya
hisapan-hisapan mulut Reina yang begitu rakus mengemuti kepala
penisnya.
"Jangan digigit Reiii, aduh, AWWW...!!WOAHH..!!"
Reina menggigit-gigit kepala penis andra , kemudian mengunyah penis
Andra seperti sedang mengunyah sosis, lidahnya terjulur-julur
menggelitiki memutari kepala penis yang bentuknya mirip sebuah helm
kemaksiatan itu. Lalu ujung lidah Reina meruncing menggelitiki lubang
penis Andra, pipi Reina mengempot-ngempot saat ia mengemuti biji
kemaluan Andra. Tangannya terus mengocok-ngocok batang penis
Andra dengan cepat dan kuat. Penis itu pun makin memar kemerahan
akibat kocokan yang terlalu kuat.
"Hoahhhh...REiii!! Sprutttt.. Spruutttt... Croottt..!!"
"Slllrrrpp, slllrrrpp,, Nyummmmm, Nyott Slllrrrrrrpp Nyotttt"
Sperma Andra meledak, mirip seperti air mancur ditaman, mulut Reina
membekap lubang penis Andra dan menyedot habis sperma Andra,
bahkan dengan rakus lidah Reina membersihkan percikan sperma di
selangkangan Andra hingga bersih. Reina naik ke atas tubuh Andra ia
menggesek-gesekkan vaginanya yang becek oleh cairan vagina pada
perut si gentut itu, kemudian ia merayap naik meneduhi wajah Andra.
"wahhh, makasih Reiii, kamu koq tau sich, aku paling demen ngisepin
memek. Hemmm Mhhhh Ckkk.. Ceeekkhh,, Sleckkkkhh, Nyammm, lezatt
Reiii, duhhhh, sedapppphhmmmmm"
Disertai nafas yang berdengusan, mulut Andra mencapluk, mengunyah
belahan bibir vagina Reina yang terasa asin, gurih, beraroma khas.
Reina mendesak-desakkan vaginanya pada mulut Andra yang ternganga
lebar. Si pegulat tangguh mencapluk selangkangan Reina, lidahnya
bergerak liar ke kiri dan ke kanan menampari bibir vagina Reina. Hidung
Andra mengendusi jembut Reina yang harum, batang lidahnya menari
membelai belahan bibir vagina gadis itu, tangannya menarik pinggang
Reina ke bawah agar vagina Reina mendesak wajahnya. Mulut Andra
semakin hebat melumat-lumat bibir vagina gadis itu dan batang
penisnya kembali bangkit.
"Geser Reiii, aku pengen lagi nih...."
Andra mendorong pinggul Reina, Reina mendesah gelisah saat penis
Andra menempel di pintu duburnya. Batang Andra mengetuk - ngetuk,
meminta izin untuk dapat berselancar, menyodomi anus Reina. Tubuh
molek Reina mengejang hebat menahan sesuatu yang mendesak otot
anusnya, nafasnya terputus-putus saat merasakan liang anusnya
direkahkan paksa oleh batang panas di selangkangan Andra.
"Awwwhhhhhhhhhh......!!! "
Tubuh Reina terdesak keatas saat Andra menghujamkan kepala
penisnya ke atas menyodok liang anus siswi cantik itu. Bibir Reina
meruncing, lidahnya sedikit terjulur keluar dari bibir mungilnya yang
merekah saat penis Andra mendesak masuk semakin dalam menyodomi
liang anusnya..
"Slepppp,, Sleppppp Pefffhhhh, befffh befffhhh"
Reina menaik turunkan anusnya pada kaitan batang penis Andra, si
pegulat tangguh membantu dengan mengangkat-angkat pinggang
Reina. Payudara gadis itu bergerak indah saat ia berusaha
mengamblas-amblaskan batang penis Andra kedalam liang duburnya.
Tangan Andra meraih dan meremasi payudaranya yang membuntal
padat.
"PAKK, BAPAKKKK...!! Minta Dildo Pakkk..."
Andra berteriak meminta dildo pada pak Agung
"Nihhh, Tangkepp...!! " Pak Agung melemparkan dildo ke arah Andra,
saat dildo itu melayang di udara pinggul Reina bergoyang-goyang
dengan dahsyat hingga konsentrasi Andra menjadi kacau.
"SPLAAKKKKK...!!, WADUHHHH....!! Mampus dahh...!!"
Dildo itu menempel di jidat Andra sehingga ia mengaduh sambil
mengusap - ngusap jidatnya sebelum menyambar dildo yang terjatuh
di samping tubuhnya, lalu diarahkannya ujung dildo berbentuk kepala
penis itu ke belahan vagina Reina.
"Bleessshhhhh...!!akkkhhhhh" Andra menusuk belahan vagina Reina
dengan dildo. Ia terkekeh saat tubuh mulus Reina menggeliat-geliat
menahan rasa nikmat ketika dildo itu merayap memasuki belahan bibir
vaginanya
"Nahh, Ayo Reiii, terus...terusssshh"
"Ahhh, Ussshhhhh, ah-ah, ohhhhh Andraaaa...!!"
Dengan sebatang dildo yang tertancap di vaginanya, Reina berusaha
menaik turunkan anusnya pada batang penis Andra, ekspresi wajahnya
seperti menahan rasa sakit yang sangat nikmat. Andra semakin aktif
menghentak-hentakkan batang penisnya ke atas. Kedua tangan Andra
kembali meremasi sepasang payudara Reina dengan penuh nafsu,
butiran keringat mengucur deras membasuh dua sosok tubuh berbeda
kelamin yang tengah berjuang menggapai secuil kenikmatan.
"ahh,aahhh, ahhh, aaaaaaa" Reina merintih keras sambil menghempas-
hempaskan duburnya kuat-kuat
Gerakan-gerakan Reina mirip seperti artis-artis film porno. Jeritan -
jeritan liar Reina bercampur dengan desahan-desahan kerasnya yang
menggairahkan. Butir-butir keringatnya mengucur deras membasahi
tubuhnya yang molek membuat kulit mulusnya berkilat-kilat indah.
"OOOOO...... hhhhhh..., crrutttttt.. crrrtt crrttt...."
Bibir Reina membentuk huruf O besar, kedua matanya yang sipit
terpejam rapat, wajahnya mengernyit menahan denyutan-denyutan
puncak klimaks, Andra semakin garang menyentak-nyentakkan
penisnya ke atas, ia menggeram dan mengejan dengan kuat berusaha
menembak liang anus Reina dengan semburan spermanya.
"Srooottt... crrotttt crooootttt...., HUakkHHH"
Mata Andra mendelik, spermanya muncrat di dalam liang anus Reina.
Pak Agung tersenyum, ia berbisik ditelinga Vivi dan Farida, mereka
mengangguk kemudian menghampiri Reina yang terlungkup memeluk
tubuh Andra yang berada di bawah tindihan tubuhnya yang putih
mulus. Reina mendesah saat Vivi mencabut dildo yang tertancap di
vaginanya, setelah itu, Farida dan Vivi membantu Reina untuk berdiri.
Farida tersenyum nakal, ekor matanya mengerling ke selangkangan
Andra, benda terkutuk itu kini terkulai tanpa daya, mengkerut dan
mengecil. Andra tergeletak dengan tubuh bersimbah keringat, kedua
matanya terpejam rapat, dengus nafasnya berhembusan dengan kuat
bagai hendak dicabut nyawa.
Vivi dan Farida menggandeng Reina masuk ke kamar mandi, terdengar
suara kucuran air shower ketika ketiga siswi cantik itu saling
membasuh tubuh masing-masing, +/- 25 menit kemudian mereka keluar
dari dalam kamar mandi dengan tubuh terbalut selembar handuk
masing-masing melilit ditubuh mereka yang mulus. Ketiga siswi cantik
itu berdiri di hadapan pak Agung dalam jarak 1/2 langkah saja. Nafas
Pak Agung tertahan saat tiga handuk berlainan warna itu terlepas dari
tubuh pemiliknya, lekuk tubuh yang menggairahkan, mulus, indah
tanpa cela kini tersaji di hadapannya. Reina diapit oleh Vivi di kiri dan
Farida di sebelah kanan.
"Nahh, kalian berdua ajari Reina untuk mendeepthroat penis Bapak.."
Pak Agung mengangkangkang kakinya melebar, mereka bersujud
seperti menyembah sesuatu di selangkangannya. Vivi menekan
belakang kepala Reina ke selangkangan Pak Agung, sementara Farida
mengusap-ngusap buntalan payudara Reina dari arah samping. Reina
menggengam batang kemaluan pak Agung yang besar panjang, detak
jantungnya semakin tidak beraturan ketika benda ditangannya
berdenyut-denyut kemudian berdiri bagaikan sebuah tiang raksasa.
"Happp.., Hmuuffhhhh..."
Reina mencapluk kepala penis Pak Agung, centi demi centi Penis Pak
Agung merayap ke dalam mulut Reina. Wajahnya mengernyit ketika
kepala penis Pak Agung menyesaki kerongkongannya, ia buru-buru
memuntahkan penis itu dari dalam mulutnya sebelum merayap lebih
dalam lagi.
"Uhukk.. uhukkk.. ehmmm uhukkk..." Reina terbatuk, Farida menepuk-
nepuk punggung Reina, Vivi tertawa nakal kemudian mencium pipi
Reina, bibir Vivi mencumbui leher Reina, Farida tidak mau kalah ia
menggeluti lehernya, suara rintihan Reina diiringi suara desahan Vivi,
juga disambut oleh tawa kecil Farida.
"Reiii, kamu belajar ya, perhatikan caraku mendeepthroat penis Pak
Agung"
Vivi mencoba mengajari Reina, Reina mengangguk pelan
Mulut Vivi meneduhi kepala penis Pak Agung, lidah Vivi bergerak
lembut melingkari kepala penis Pak Agung. Setelah mengulas beberapa
kali kemudian Vivi mengamblaskan penis Pak Agung ke dalam
mulutnya, kerongkongan Vivi menerima penis Pak Agung, memanjakan
batang penis Pak Agung yang besar panjang.
"Viii ?? !!ASTAGA...!!" Reina terkejut, mulut Vivi seperti menelan batang
besar itu,
Farida memeluk Reina dari belakang, tangannya menangkup induk
payudara Reina sebelah bawah. Pak Agung membelai-belai kepala Vivi,
bahkan sesekali menekannya kuat-kuat hingga terdengar suara
lenguhan dari mulutnya yang tersumpal penuh oleh penis pak Agung.
Perlahan Vivi menarik mulutnya sambil menghisap kuat-kuat batang
penis milik si guru bejat.
"Ehhh, Ehemmm, hemmm, yeee ini anak, disuruh belajar malah asik
sendiri" Vivi berdehem beberapakali, ia menolehkan wajahnya ke arah
Reina yang sedang asik-asiknya saling memangut dan melumat dengan
Farida. Farida terus mengecupi bibir Reina, Vivi memisahkan mereka,
kemudian menekankan kepala Reina kembali kepenis Pak Agung.
"Ayo Rei, jangan malu-malu, telan gih.. he he he" Farida berbisik nakal
di telinga Reina, wajah Reina merona merah, mulutnya mencoba untuk
menelan batang penis milik gurunya. Ccenti demi centi batang penis
yang besar panjang mulai merayap memasuki kerongkongan Reina. Vivi
membantu menaik dan menekankan kepala Reina, dengan lembut ia
mengajari Reina untuk melakukan deepthroat sedalam mungkin. Pak
Agung tersenyum, telapak tangannya membelai-belai kepala Reina,
tampaknya Reina semakin pandai mendeepthroat sebatang penis besar
di dalam mulutnya. Sesekali ia menarik kepalanya hingga penis pak
Agung terlepas dari mulutnya untuk mengambil nafas kemudian
kembali melanjutkan pelajaran sextrakulikulernya.
"Sini Vi, aku bantu!" Farida membantu memasangkan strapon pada Vivi,
Vivi berlutut dibelakang pinggul Reina, ia menggesek-gesekkan penis
karet bergerigi itu pada belahan vagina Reina, perlahan-lahan Vivi
mendesakkan pinggulnya, benda berbentuk penis itu merayap
memasuki belahan Vagina Reina, pak Agung semakin kuat menekan
belakang kepala Reina, batang penisnya mendeepthroat
kerongkongannya lebih dalam lagi
"emmmhh.. emmmhhh mmhhh Faaa Emmmhhh"
Sambil mengayunkan pinggulnya Vivi berciuman dengan Farida. Ciuman
Farida merayap ke leher, pundak, bahu, punggung, tanganya mengelus-
ngelus bokong Vivi kemudian menarik buah pantatnya agar
menungging. Farida menyelipkan dildo di tangannya melalui celah
latex, ditusuknya vagina Vivi dengan sebatang dildo berulir, mirip
seperti ulir sebuah sekrup.
"Sprepphh,, sprepphhhh.. spreppphhh..."
Farida tersenyum mendengar suara becek bibir vagina Vivi yang
bergesekan dengan ulir-ulir dildo. Dengan teratur Farida menusuk-
nusuk vagina Vivi dengan dildo, Vivi merintih dan mendesah keras
menikmati setiap gesekan antara ulir-ulir dildo dengan bibir vaginanya.
Pak Agung menghela nafas dengan keras. Sang guru mulai beraksi,
setelah melepaskan strapon dari tubuh Vivi dan Farida. Pak Agung
mendudukkan ketiga orang muridnya duduk bersandar berdampingan,
kini Pak Agunglah yang berlutut sambil menggerayangi lekuk liku
tubuh-tubuh molek putih mulus yang menggeliat kegelian.
"Ee-ehh, PAKK..!!" Reina menepiskan kepala penis Pak Agung yang
menggesek belahan vaginanya, Reina ketakutan berdasar pada diameter
dan panjang batang Pak Agung yang lebih besar dari milik Andra..
"Lhoo ?? kenapa ??"
"Takut PAkk..."
Reina menatap benda mengerikan diselangkangan Pak Agung, Vivi
menggigit bibir dengan wajah merona merah, ia mengerti perasaan
Reina, Farida berdehem, ia berpura-pura tidak mendengar kata-kata
Reina.
"HA HA Ha HA, nyatei aja lagi, titit bapak ngak akan ngigit kamu koq "
Pak Agung hanya tertawa sambil meremas dan mengelus-ngelus
buntalan susu Reina, dipilin-pilinnya puting susu Reina yang
mengeras, dicubit dan ditariknya pentil meruncing di puncak susu siswi
cantik itu yang berwarna merah muda.
"Emang nggak akan ngigit, tapi bisa jebol aku ditusuk barang sebesar
itu" Reina mengeluh dalam hati,
Pak Agung menghadapkan dua jarinya yang merapat ke arah langit-
langit ruangan itu, sambil tersenyum bijak pak Agung mengamblaskan
kedua jarinya dengan perlahan, menggapai G-spot Reina. Vivi menahan
kaki kanan dan Farida menahan kaki kiri Reina, nafas Reina mulai
memburu saat Pak Agung mengusap-ngusap G-spotnya, sepasang
kakinya yang halus mulus mengejang-ngejang, tubuhnya bergerak tak
beraturan..
"Nahh Reii, ini yang namanya sensasi Gspot, gimana??"
"Nnkhh, nkkkhhh enkkhh. PAAAKKKK"
Usapan-usapan pak Agung pada G-spotnya membuat Reina semakin
gelisah, resah. Pak Agung menikmati setiap ekspresi wajah Reina yang
meringis-ringis menahan rasa nikmat. Vivi menambah kenikmatan itu
dengan menjilat-jilat putting susu Reina yang mengeras, sedangkan
Farida mengecupi bibir Reina, butir-butir keringat lembut kembali
membalut tubuh mulus Reina yang berkilap indah dibawah rambasan
sinar mentari, sambil mengusap-ngusap G-spot Reina, lidah Pak Agung
terayun menjilat-jilat tonjolan kelentitnya.
"ah-ah! Ahhhh ahhhh!! Aduhhh, akhhhh"
Tubuh Reina menggelepar hebat , semakin hebat tubuh Reina
menggelepar, semakin hebat pula lidah Pak Agung melindas-lindas
tonjolan daging kelentitnya, dua Jari Pak Agung pun semakin aktif
mengelus-ngelus G-spot Reina. Rintihan Reina semakin keras, dengus
nafasnya semakin cepat tertahan-tahan. Kedua matanya yang sipit
terpejam-pejam keenakan.
"Errrhhh, akhhhhh Crrr Crrrr Crrrrrrrrrrrr...."
Mulut Rena terbuka seperti akan mengucapkan huruf "A" besar, sekujur
tubuhnya yang molek gemetar, butiran keringatnya mengucur dengan
deras, entah sudah berapa kali rasa nikmat itu berulang dan
berdenyutan diliang vaginanya,
Saat Pak Agung menarik jarinya, cairan vagina Reina meluap meleleh,
aroma khas vaginanya tercium harum semerbak. Sang guru melumasi
batang penisnya dengan cairan tersebut. Penis pak Agung berkilap
seperti sebatang kayu besar yang dipernis. Reina memejamkan matanya
rapat-rapat saat batang penis pak Agung menyentuh belahan
vaginanya.
"Uw-WaaAHHHHH...!! NNN..KHHHHH...!!! OWWWW...!!" mata Reina
membeliak, tubuhnya yang putih mulus mengejang saat batang Pak
Agung melakukan penetrasi,
Bibir vagina Reina melesak-lesak saat Pak Agung mengamblas-
amblaskan batang besarnya pada celah sempit di selangkangannya.
Mendengar suara rintihan Reina, Pak Agung semakin bernafsu
menggenjotkan penis besarnya , tubuh molek Reina melenting -
lenting, menggelepar, kelojotan tanpa daya, Reina mengerang dan
meringis saat penis besar pak Agung memasuki dirinya, tubuh Reina
terguncang, terdesak-desak hebat oleh benda besar panjang di
selangkangan Pak Agung.
"Emmh, emm-mmhh..Ohh BAPAKKK..!!"
Reina merengek saat Pak Agung menarik batang besarnya, bibir vagina
Reina tertarik monyong, kemudian terlipat kedalam saat Pak Agung
menusukkan batang besarnya dalam-dalam. Sang guru bekerja dengan
giat membetot dan menjebloskan batang besarnya kedalam cepitan
liang vagina Reina yang sempit peret.
"Dufffhhhh...!! Duffffhhh.., Duffffhhhh.. Peffhh. Depfffhhhhhh"
"ah-ah, ahhhhhhh, Bappp PHAKKKK...!! Owwwhhh" Reina menjerit,
memekik dan melolong saat penis besar pak Agung menumbuk-
numbuk belahan vaginanya,
Reina benar-benar merasa tak berdaya, ia bagaikan tengah menghadapi
seekor banteng besar yang begitu gagah perkasa, tubuhnya
terguncang-guncang semakin hebat saat liang vaginanya yang mungil
dihantam semakin kuat oleh batang penis Pak Agung yang besar
panjang.
"uuh-aah Phakk, Owww, OWWWW..!! UOWWWWW...KHEKKHH!!" Reina
merengek-rengek menahan rasa nikmat luar biasa ,
Bibir Reina sering meruncing seperti hendak mengucapkan huruf "u",
wajahnya yang cantik semakin renyah ketika ia meringis nyengir kuda
menahan nikmatnya sodokan-sodokan penis sang guru yang
mengaduk-ngaduk liang vaginanya yang memar kemerahan.
"enhh, enhh ennhh enhhh, "
Sang Guru begitu pandai memainkan batang penisnya, saat Reina
merengek kecil pak Agung mempercepat kocokan-kocokannya hingga
suara rengekan Reina semakin keras menggairahkan. Saat ia merintih
pak Agung memperlembut tusukannya hingga suara rintihan-rintihan
Reina terdengar semakin lirih.
"Hek-shhhhhh, crrrr.., cretttt...." tiba-tba Reina menahan nafas, mata
sipitnya terpejam rapat saat vaginanya berdenyutan,
pak Agung begitu bijak, ia menghentikan sodokan mautnya,
membiarkan Reina menikmati kenikmatan puncak klimaksnya. Vagina
Reina terasa lebih hangat saat cairannya muncrat, dinding vaginanya
bergerinjal-gerinjal berkontraksi kuat meremas-remas batang penis Pak
Agung.
"Enak ya Rei, he he he " Pak Agung terkekeh telapak tangannya
membelai wajah Reina kemudian mengusap cucuran keringat di leher
dan dada Reina,
diusap-usapnya buntalan payudara, dengan aktif diremas-remasnya
susu Reina yang kenyal. Sesekali Pak Agung mencubit putting susu
Reina dan menarik-narik pentil susunya dengan gerakan yang lembut.
Pak Agung mencabut batang penisnya dari vagina gadis itu.
"Nahh, siapa yang pengen disodok sama Bapak ?? "
"pakkk, mauuu..." Farida mengangkangkan kedua kakinya.
"Vivi juga mau pakkk...." Vivi merengek pada pak Agung.
Pak Agung mengatur Farida agar tidur terlentang sementara Vivi
menaiki tubuh Farida, ia menungging sambil memeluk tubuh Farida
yang berada di bawahnya. Payudara Vivi bergesekan mendesak
payudara Farida, Farida balas memeluk tubuh Vivi.
"Ouhhh, ehhh Pakkk, Ohhhh-emmhhh-mffffhhhh, ummhh BAPAKK..!
Ooh!"
Tubuh Farida mengejang, penis pak Agung menguakkan belahan
vaginanya, bibir Vivi melumat dan mengecupi bibir Farida, tubuh Farida
terguncang hebat saat batang penis Pak Agung menyerang belahan
vaginanya. Pak Agung memacu batang penisnya dengan kuat dan
cepat, dipacunya hingga vagina Farida memar kemerahan, setelah
mengocok +/- 30 kocokan pak Agung memindahkan batang besarnya
menusuk vagina Vivi yang sedang menungging. Kini giliran Vivi yang
tersungkur-sungkur saat vaginanya disodok oleh Pak Agung.
"Plefffhh, Plefff, Plakk Plakk Plakk Pefffh Plakkk..."
"Slepp.. Sleppp... Peeepphhh..."
Bergantian Pak Agung menusuki liang vagina Vivi dan Farida. Guru
bejat itu begitu lihai menggiring kedua sisiwinya yang cantik
merangkak menuju pintu gerbang kenikmatan. Rintihan dan desahan
terdengar serasi dengan geraman - geraman gemas Pak Agung yang
menggecak-gecakkan batang besarnya pada liang-liang sempit nan
nikmat. Reina ikut bergabung menyodorkan susunya kemulut Pak
Agung, NYOT, NYOTTT, NYOTTTT, sang guru mengenyot-ngenyot
puncak susu Reina, jari tangannya menyelinap mengaduk-ngaduk liang
vaginanya. Suara rintihan dan desahan mewarnai pertarungan tiga
lawan satu yang semakin memanas.
"eemmh Akhhhh srrr Srrr Crruttttt..."
"ohhhhhh, aaaaa Crrr Crruutttt.."
"Uhhhh Crettttttttttt.. Crettttttttttttt..."
Pak Agung menelentangkan tubuh mereka, berbaring berjajar agar siap
untuk digarap lebih lanjut. Ia memeluk erat-erat tubuh ketiga siswi
cantik yang bercucuran keringat, kemulusan dan kehangatan tubuh
Vivi, Reina dan Farida membuat jantungnya berdetak dengan keras.
Suara rintihan dan desahan diselingi suara helaan-helaan nafas keras,
Pak Agung menggeser posisi penisnya kekanan menusuk vagina Reina.
"PAKKK, AWWWW..." Reina menjerit saat penis Pak Agung menusuk
belahan vaginanya dengan kasar
Sang Guru memompai vagina Reina, sementara mulutnya mencumbui
buntalan susu Vivi, tangan kirinya memainkan payudara Farida. Reina
mencoba melakukan perlawanan dengan mengangkat-angkat
pinggulnya menyambut tusukan batang penis Pak Agung, gerakan
Reina disambut pak Agung dengan menghentak-hentakkan batang
penisnya sekuat tenaga.
"clepp Blessk, Cfeeeepphhh, Pefffhhhh!!"
"Oww, Pakk, AUHHHH...UNNGGHHH" Reina melenguh keras,
Batang penis pak Agung menyerang dengan liar dan buas, menggecak-
gecak liang vaginanya yang mungil. Mulut Pak Agung menggerayangi
payudara Vivi dan Farida, , Reina memekik kecil saat ia mencapai
puncak klimaks
"Bleppp, OWWWW...!!ADUHHH, AKHHHH" Vivi menjerit menerima
sodokan maut pak Agung, tubuhnya terguncang hebat, sambil
memompai vaginanya
Leher Pak Agung melenggok kekanan mengulum bibir Reina dan
melenggok kekiri melumat bibir Farida, jeritan Vivi terdengar keras saat
penis besar pak Agung menumbuki celah vaginanya dengan kekuatan
penuh. Vivi menjerit liar bagaikan seorang wanita yang haus akan
kenikmatan.
"Dhefffhh. Dhefffhhh!!! Dhufffhhh...Cleefffhh Dhuffhhh"
"Aaaa-aaaaaahhhhhh cretttttttttttt.. crerrtttttttt..."
Vivi menggigil hebat, cairan madunya meledak-ledak tanpa daya, bobol
sudah pertahanannya, cairan vaginanya meledak dalam denyut
kenikmatan. Pak Agung memindahkan batang penisnya bersiap
melakukan pengeboran kembali pada sebuah lubang kenikmatan,
lubang kenikmatan Farida.....
"HU-WAWWWWW ?? Ouchhh, PAKKK...!! OUKKKHHHH"
Wajah Farida mengernyit saat belahan vaginanya merekah dibongkar
oleh batang penis Pak Agung,.Farida merengek keras, ia meringis saat
benda besar itu menerobos menusukii celah vaginanya. Pak Agung
menghentak-hentakkan penisnya, tubuh mungil Farida tersentak-sentak
didesak oleh penisnya yang mencecar selangkangan gadis itu. Liang
sempit di selangkangan Farida dihabisi oleh batang penis pak agung
yang besar panjang, mulut Pak Agung menghisap-hisap puncak susu
Vivi dengan rakus sementara tangan kanannya meremas-remas induk
payudara Reina.
"Clepp Clepp Blepphh..!!"
Tubuh Farida menggelepar, nafasnya tersendat-sendat saat batang
penis Pak Agung masih bergerak cepat menyodoki celah vaginanya.
Pak Agung begitu bernafsu menggenjot-genjot liang vaginnya,
dihajarnya sekuat tenaga, digecak, disodok sedalam mungkin hingga
Farida mengeluh keras menahan sodokan-sodokan liar Pak Agung.
Sang Guru terus berkutat hebat, memacu penisnya menusuki celah
sempit Farida yang mengeluh resah menikmati setiap sodokan-sodokan
batang penisnya.
"Heeenngggghhhhhh. Akhhhhsssshh Cretttt Crrrrrr...."
Setelah selesai mempecundangi Farida, Pak Agung memindahkan
kembali penisnya mengebor vagina Reina hingga ia menggelepar
mencapai puncak klimaks. Batang penis Pak Agung begitu rakus
menggenjoti celah-celah sempit diselangkangan Vivi, Reina dan Farida.
Sang Guru begitu gagah menggagahi dan menggiring tubuh-tubuh
lemah ketiga siswinya bergantian mengapai puncak klimaks. Batang
penis Pak Agung mengait belahan vagina Vivi, ia meminta Reina dan
Farida untuk menungging.
"Angkat pinggul kalian setinggi mungkin, belum, terusss, lebih tinggi
lagii, terusss, Yakkk, TAHANN..."
Jari tengah dan jari telunjuk Pak Agung sebelah kiri mencoblos celah
vagina Farida, sedangkan jari kanannya mencoblos celah vagina Reina,
sambil menyodokkkan batang penisnya menusuki liang vagina Vivi, dua
jari kanan dan jari kiri Pak Agung mengais-ngais G-spot Reina dan
Farida. Pak Agung menggeram gemas sambil mempergencar
serangannya, Vivi, Reina dan Farida menceracau hebat, pak Agung
benar-benar luar biasa!! Sang Guru mengerjai ketiga muridnya yang
cantik sekaligus, dengan penis, dan juga dengan jarinya yang begitu
ahli memainkan Gspot di dalam alat kelamin Reina dan Farida.,
"Oooo..!!!Srreettttt, kecrutttt. Cruutttt"
"Ooooo !!crrrttt Crrrtttt Crrruttt...."
"Oooo !!Serrrrrr, Crutt, cruttttt..."
Pada saat yang hampir bersamaan terdengar suara "O" keras dari bibir
Vivi, Reina dan Farida., mendengar suara "O" keras itu Pak Agung
semakin bernafsu menggecak-gecakkan batang penisnya, dihantamnya
celah vagina Vivi hingga payudara Vivi terguncang-guncang dengan
hebat, tubuh mulusnya yang terguncang, terdesak-desak oleh batang
penis Pak Agung yang merangsek menyodoki vagina gadis itu.
"OAHHHHH, CRRRROOOOOOOOOOOTTT.. CRROTTT, BLuk..!!"
Tubuh Pak Agung ambruk menindih tubuh basah ketiga muridnya yang
mulus, desah nafasnya bercampur dengan desah nafas Vivi, Reina dan
Farida, sesekali ia melumat mesra Bibir Reina, Vivi, dan Farida yang
termegap berusaha mengambil nafas. Cup, Cup , Cup, Pak Agung
memberikan hadiah kecupan di kening masing-masing kepada Vivi,
Farida dan Reina yang sudah memberikan sebuah sensasi kenikmatan
yang luar biasa. Setelah berhasil menguasai diri Pak Agung bangkit
dari atas tubuh ketiga siswinya yang cantik, matanya berbinar merayapi
kemolekan lekuk liku tubuh mereka. Butiran keringat masih mengucur
deras dari tubuh putih mulus ketiga siswi cantik keturunan Chinese
yang tergeletak lemas setelah mereka menjadi korban pelampiasan
nafsu bejat Pak Agung.
"Tiga lubang kecil yang nikmat...."
Pak Agung membatin dalam hati kemudian menyambar sekaleng Pocari
Sweat diatas meja GLUK.. GLukk GLukkk, jakun di leher pak Agung
bergerak turun naik. Batang penisnya kembali mengangguk - angguk
kemudian mengeras, terdengar suara-suara pekikan ketika sang guru
menerkam kembali tubuh-tubuh mulus yang mengeluh kewalahan
menghadapi nafsu liarnya.
"Sudah pakkk cape..."
"Aduhh pak Aduhhh...."
"Owww Bapakkkk...!!"
Pertarungan 3 lawan satu kembali berlangsung dengan sengit, Pak
Agung mengeluarkan seluruh kemampuannya, hingga akhirnya hampir
bersamaan mereka berempat mencapai puncak klimaks, tubuh Vivi,
Farida dan Reina tergeletak tak berdaya dengan rambut acak-acakan,
belahan liang kecil di selangkangan mereka tampak memar kemerahan
dihiasi lelehan lendir berwarna putih pekat. Butiran keringat
memandikan tubuh mereka yang polos, Pak Agung berbaring dengan
nafas termegap-megap setelah benar-benar puas melampiaskan nafsu
bejatnya. Beberapa saat kemudian terdengar lah suara dengkuran pak
Agung.
"Krokkk.. Krokkkkk.... Krokkkkk...." (Red : Weks...!!, mirip suara
kodok.....he he he)
Sementara di dalam sebuah kamar yang terkunci dari luar....
"srekkk.. srekkkk.. srekkkk..." suara itu terus terdengar saat aku
menggesek-gesekkan tali yang mengikat kedua tanganku pada siku
lemari, dengan sekuat tenaga aku mencoba untuk melepaskan diri,
"Hiattttt...!!Yiatttt..... Hathhhhhhh....!!tassshhhhhh...!!"

Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda

0 komentar:

Posting Komentar

Silahkan komentar tapi dilarang yang berbau sara dan provokativ.