Minggu, 08 Maret 2015

Schoolgirl's Diary 9: Burning Passion

Schoolgirl's Diary 9: Burning Passion
Di siang hari sepulang sekolah, seorang gadis cantik tengah
mengendap-ngendap di gedung sekolah lama. Tampaknya ia
kehilangan jejak, seharusnya tadi Pak Romi lewat lorong ini, koq
menghilang begitu saja. Hmmm mereka bertiga kemana ya?? Vivi
berusaha mengintip ke dalam ruangan kelas yang kosong, nggak
ada juga, apa mungkin mereka naik ke lantai atas ??
"HMMMMFFFF...., " Vivi mendelik ketika merasakan tangan
seseorang membekap mulutnya dari belakang, kemudian dengan
mudahnya orang itu menggusur tubuhnya ke dalam sebuah ruangan
yang pintunya terbuka, sebuah kelas tua yang sudah tidak terpakai.
"Pstttt.... ini aku Viii" Vivi menolehkan kepalanya ke belakang ketika
orang itu berbisik dan melepaskan bekapan pada mulutnya, suara
yang tidak asing lagi, bahkan wajah yang sudah sangat dikenalnya.
"Andra ??!! koq..." Vivi tidak melanjutkan kata-katanya karena
telinganya mendengar suara langkah kaki yang terburu-buru
mendekati Kelas di gedung tua itu, dengan sigap Vivi membuka
sebuah lemari tua yang sudah tidak terpakai kemudian masuk ke
dalamnya.
"WADUHHH,..." Andra kebingungan, mau di mana lagi ia
menyembunyikan tubuhnya yang kelewat besar ini, mau jadi
Spiderman?? nggak mungkin!!, jaring labah-labah tidak akan
sanggup menahan beban tubuhnya yang overweight, , akhirnya
Andra memilih bersetubuh dengan Vivi (Hemmm ?? )
"Aduhh..., Andra...!! sempittt....!! "
"Aduh, Viii, Aduhhhhh.....Esshhh" Andra mendesah pelan, tubuhnya
mendesak tubuh Vivi dalam posisi tubuh Vivi memunggungi tubuh
Andra, nafas Andra terasa sesak apalagi ketika merasakan
bongkahan buah pantat Vivi berdesakan dengan selangkangannya,
kemudian pintu lemari tua itu tertutup menyembunyikan tubuh
mereka berdua. Cuping hidung andra kembang kempis menghirup
dalam-dalam keharuman tubuh Vivi si buah dada besar.
Ada sebuah lubang di lemari tua itu yang memungkinkan keduanya
untuk mengintip keluar, Andra dan Vivi menahan nafas ketika pintu
kelas itu terbuka, Ahh...!! Ternyata bukan Doni, Pak Romi si penjaga
perpustakaan, "DASAR KEPARAT..!!" tangannya menjambak rambut
dua orang gadis cantik yang mengaduh-ngaduh kesakitan, tua
bangka itu menyeret kasar kedua gadis bermata sipit itu.
"Vii, Rekammm, cepet rekammmm...." Andra berbisik di telinga Vivi,
Vivi mulai mengarahkan Hpnya untuk merekam kebejatan Pak Romi,
sementara sesuatu diselangkangan Andra berdenyut-denyut
semakin lama semakin keras dan tegang, Vivi menolehkan
wajahnya kearah Andra ia mendelik marah ketika merasakan
sesuatu di selangkangan Andra mengganjal buah pantatnya,
sementara Andra tampak serba salah., Vivi bertambah marah ketika
merasakan tangan Andra merayapi pinggul dan pinggangnya.
"Rekam terus Viiii..., Ceglukkkkk...... " Andra berbisik di telinga Vivi,
tangan Andra semakin aktif menjelajahi lekuk liku tubuh Vivi,
sesuatu di selangkangan Andra semakin membengkak dan
mengeras.
"He he he he..." Pak Romi terkekeh-kekeh, si tua bangka yang
menyebalkan, itu melangkahkan kakinya mendekati kedua orang
murid cantik yang tersurut mundur ketakutan, Tania dan Cheria,
cheerleder sekolah kami yang terkenal jutek, namun kejutekan
mereka tidak dapat membohongi kecantikan wajah mereka berdua.
"Bapak mau apa sihh...!! "
Tania menepiskan tangan Pak Romi yang hendak menjamah buah
dadanya, gadis cantik itu melotot dengan galak menatap Pak Romi,
ia tidak sudi kalau tubuhnya disentuh oleh manusia rendahan
seperti Pak Romi, walaupun sebenarnya Pak Romi sudah
memegang kartu AS.
"Ha Ha Ha, biasanya sih amoy-amoy jutek macam kalian lebih
panas dan hot kalo lagi dientot, lebih liar.....!!" Pak Romi
Cheria
"JANGAN KURANG AJAR YA...!! " Cheria mencaci Pak Romi, dengan
berani ia melayangkan telapak tangannya ke wajah Pak Romi,
namun dengan sigap Pak Romi memiting tangannya ke belakang,
Cheria mengeluh ketika Pak Romi dengan cekatan mengikat kedua
tangannya, kemudian mendorong tubuhnya hingga ia rubuh
terjengkang ke belakang.
"CHERIA.....!! Heiii lepaskannn,....!!" Tania memekik
"Brengsekkkk....., Ahhhhhhhhhhh..!!" Tania tampak kesakitan ketika
Pak Romi mengikat kedua tangannya kuat-kuat.
Tania yang hendak menolong Cheria malah mengalami nasib yang
sama dengan Cheria, Pak Romi mengikat kedua tangan Tania
kebelakang, dengan kasar Pak Romi membalikkan tubuh Tania dan
memeluk pinggang gadis itu.
"Bajingannn, Keparatttt, manusia rendahh..!!" Tania memaki Pak
Romi ketika tangan lelaki tua itu menggerayangi tubuhnya, Tania
menggeleng-gelengkan kepalanya berusaha menghindar mulut Pak
Romi yang hendak menyumpal bibirnya, gadis itu bergidik karena
merasa jijik ketika lidah Pak Romi yang basah sesekali menjilat
batang lehernya.
"ffmmmmhh.., Mmmmmhh...." harimau tua itu akhirnya berhasil
melaksanakan niatnya, dengan beringas mulutnya mencaplok bibir
murid cantik itu, dengan rakus bibirnya mengenyot-ngenyot dan
melumat bibir Tania, kedua tangan Pak Romi mulai meremas-
remas pinggul Tania
"Aufhhh, tolonggg, jangannnn......lepaskan !!" Tania merintih putus
asa ketika Pak Romi melepaskan kulumannya, gadis itu
memalingkan wajahnya ke arah lain, ia muak menatap wajah Pak
Romi yang cengengesan sambil memeluk tubuhnya dengan erat,
kalau saja kedua tangannya tidak dalam keadaan terikat Tania pasti
menampar wajah si keparat itu, mahluk bangkotan dan kurang ajar,
OHHH...!! lidah si bajingan Romi terasa hangat ketika kembali
menjilati permukaan lehernya, terasa basah menjijikkan...!!
"Bajingannn..., Awwww....." Pak Romi menatap wajah Tania yang
cantik, diciumnya pipi Tania yang lembut halus, kemudian kembali
menjulurkan lidahnya untuk menjilati leher gadis itu, ia tidak
mempedulikan Tania yang membentak dan mencacinya, mulut Pak
Romi terus mengecupi dan menghisap-hisap leher gadis itu, Pak
Romi mendesakkan tubuh Tania ke dinding, tangannya mengelus-
ngelus lekuk liku tubuh Tania, hidungnya mengendus-ngendus
menghirup harum tubuh mangsanya yang cantik yang terikat tanpa
daya, diremasnya buah dada Tania dengan gemas sebelum
menyeret tubuh Tania mendekati tubuh Cheria, kemudian Pak Romi
mendudukkan tubuh Tania dan Cheria di atas meja tua itu
sementara dirinya bersujud di hadapan kedua gadis cantik itu,
mata Pak Romi melotot liar, menjilati lekuk-liku tubuh Cheria dan
Tania, wajah yang cantik, tubuh yang seksi, kulit yang putih dan
mulus.
"BINATANGGG....!! "
Cheria memaki Pak Romi ketika penjaga perpustakaan itu
menyibakkan rok seragamnya ke atas kemudian dengan kasar
menarik lepas celana dalam gadis itu hingga terlolos melalui kedua
kakinya yang mulus. Kedua kaki Cheria yang mulus tertutup
merapat, mata gadis itu menatap benci pada laki-laki tua yang
tidak tahu diri itu.
"Saya memang binatang, tapi saya adalah binatang yang baik..!!
saya tidak akan membocorkan rahasia orang tua kalian yang sudah
bekerja sama menyelewengkan dana perusahaan...! Dan yang paling
penting saya akan memberikan kalian kepuasan he he he he..., coba
kalian pikir kurang apa saya ini ??masa sebentar-sebentar Pak Dion
lagi, pak Dion lagi yang dapat perawan.....!!! " Pak Romi menggerutu
menelan ludah sambil terkekeh-kekeh ketika telapak tangannya
merayapi permukaan paha Cheria, nafasnya semakin memburu
kencang ketika telapak tangannya merayap semakin ke atas,
Selama ini memang Pak Romi belum pernah mendapatkan mangsa
yang masih perawan, semuanya sudah disikat terlebih dahulu oleh
para guru bejat itu, tapi kali ini..., Pak Romi menyabotase laporan
dari Doni dan mengambil kesempatan dalam kesempitan.
(Hemmmm, bibit-bibit perpecahan akibat keserakahan dan hawa
nafsu tampaknya mulai menggerogoti mahluk-mahluk buas itu )
"Halussnyaaaa....kulit amoy memang halus dan lembut, apalagi
anak sekolahan macam kalian, putih terawat... he he he...mulus
sekali..salut...!! salutttt...!!" tangan Pak Romi merayap kearah
selangkangan Cheria, jari jempol Pak Romi mengurut-ngurut bagian
belahan vagina Cheria yang mulai basah, nafas Cheria tersendat-
sendat tertahan ketika merasakan jari-jari Pak Romi semakin aktif
menggerayangi wilayah intimnya.
"Hhhhhhhhhhh.....Hhhhhhhhhh "
Terdengar suara desahan-desahan nafas tertahan gadis itu ketika
Pak Romi menarik pinggiran bibir vaginanya, desahan-desahan
dan suara nafas tertahan semakin sering terdengar ketika Pak Romi
mengendusi isi vagina Cheria yang berwarna pink, nafas laki-laki
itu terasa hangat menerpa isi vaginanya sebelah dalam.
"Ohhhhhh.....!!Jan...,,,Jangannnnn...Ahhhhhhhhsshh "
Cheria mendesah keras ketika merasakan lidah si tua bangka
menjilati klitorisnya, marah?? benci dan jijik? nikmat? Cheria
berusaha menyadarkan dirinya, namun betapapun kerasnya dirinya
berusaha, rasa nikmat itu terus menerus menggerogoti
kesadarannya, berkali-kali tubuhnya tersentak keenakan ketika
lidah si tua bangka itu menggelitiki dan mengait-gait daging
kelentitnya, lidah Pak Romi yang sudah berpengalaman begitu ahli
mempermainkan daging klitoris Cheria, gadis itu merintih kecil
ketika mulut Pak Romi mengenyot-ngenyot vaginanya, agar lebih
leluasa Pak Romi membaringkan tubuh Cheria di atas meja lain,
tepat di hadapan meja di mana Tania duduk dengan kedua
tangannya yang terikat ke belakang. Cheria memejamkan matanya,
nafasnya terdengar berdengusan ketika Tangan Pak Romi mulai
mempereteli kancing baju seragam sekolahnya, Pak Romi
tersenyum sinis, perlahan-lahan dipretelinya kancing baju Cheria
yang terkenal karena kecantikan dan kejutekannya, dilepaskannya
baju seragam Cheria berikut dengan bra berwarna putih itu.
"CHERIAA...!! Cheriaaa..., " Tania berteriak mamanggil-manggil nama
temannya, ia berusaha menyadarkan Cheria namun tampaknya
kenikmatan itu sudah menenggelamkan kesadaran Cheria ke dalam
lautan birahi, ia malah membalas melayani cumbuah Pak Romi,
gadis itu merintih - rintih kecil ketika Pak Romi menunduk untuk
mencumbui lehernya, berulang kali ia mendesah-desah ketika
merasakan deru napas Pak Romi yang berdengusan menerpa
lehernya. Si bandot tua bertambah nafsu, mencumbui batang
lehernya.
"Ckkkk... Ckkkkk, Emmmm Ckkkkk...Hmmmmhhh." mulut Pak Romi
mencaplok kemudian melumat bibir Cheria, pipi gadis itu
terkempot-kempot ketika membalas hisapan-hisapan mulut si
bandot tua, sementara tangan pria itu bergerak bebas mengelus-
ngelus tubuhnya sebebas tangan Andra yang merayapi buah dada
Vivi yang besar di dalam lemari tua itu.
Nafas Vivi tertahan ketika menyaksikan Pak Romi menarik pinggul
Cheria ke pinggiran meja, kedua kakinya mengangkang
menggantung tanpa daya, nafas Vivi bertambah sesak ketika Andra
semakin berani meremas-remas buah dadanya. Pak Romi
menempelkan kepala penisnya di belahan vagina Cheria, belahan
vagina itu masih tertutup rapat, mirip seperti garis tipis yang
membelah selangkangannya, dengan mulut penis digeseknya
dengan perlahan-lahan garis tipis itu, cairan vagina Cheria
membuat kepala penis Pak Romi semakin basah mengkilap.
"HOSHHHH...!! HOSHHHHH... HOSSSSSHHHH.... " Nafas Pak Romi
semakin berat , tangan kanan Pak Romi yang memegangi batang
penis gemetar hebat ketika membantu untuk menjejalkan kepala
penisnya ke belahan vagina Cheria. Mata pak Romi melotot ketika
tubuh Cheria menggelinjang, rupanya ia kegelian ketika kepala
penis Pak Romi mulai membelah belahan vaginanya.
"AHHHHHHHHHHHHHHHHHHH......!! Aduhhhhh, Sakitttt....!! Ahhhhh"
Cheria menjerit kemudian mengaduh kesakitan, tubuhnya bagaikan
orang yang sedang demam, menggigil disertai cairan keringatnya
yang mengucur semakin deras.
"Owwwwwwwwwww.....!! " Cheria melolong keras ketika Pak Romi
menancapkan batang penisnya semakin dalam, wajah Pak Romi
tampak beringas ketika menjejalkan batang kemaluannya menyodok
belahan vagina Cheria, dirobek-robeknya keperawanan Cheria
dengan sodokan-sodokannya yang brutal.
"Weleh- weleh...,PERAWAN ting-ting !! " Pak Romi menatap tajam
pada cairan merah yang membasuh batang penisnya, si bandot tua
tersenyum sambil menatap wajah Cheria yang mengernyit
kesakitan.
Air mata mulai berlinang dan membasahi pipinya, isakannya
bertambah keras ketika Pak Romi mulai mengayunkan batang
kemaluannya menyodok-nyodok belahan vagina Cheria hingga
tubuhnya terdorong dan tersentak-sentak dalam sebuah irama
nafsu Pak Romi si penjaga perpustakaan.
"Ahhhh....!! Ahhhhhh!! Ahhhhhhhh...!! " Cheria tampak tersiksa di
atas meja ketika penis Pak Romi menggergaji belahan vaginanya,
rintihan-rintihannya semakin keras terdengar, sesekali suara
terkekeh menyela rintihan-rintihan Cheria, suara terkekeh yang
membuat bulu kuduk merinding.
"Nnnnggghhh Crrrrr. Crrrrrrrrrrrrrrr... Crettt.... " Tubuh Cheria
melenting kemudian terhempas tanpa daya disertai nafasnya yang
tersenggal-senggal, buah dadanya turun naik dengan cepat ketika
Cheria berusaha mengambil nafas.
"Udah ngerti lu yang namanya enak?? " kata Pak Romi sambil
tersenyum sinis menyindir Cheria yang terisak menangis.
Tangannya menjamah buah dada Cheria kemudian mengelusinya,
kemudian Pak Romi kembali menyodokkan batang penisnya
menyetubuhi kembali gadis itu yang kembali merintih-rintih ketika
selangkangannya disodok-sodok dengan liar olehnya. Cheria
memalingkan wajahnya kearah lain, Airmata semakin deras meleleh
dari matanya yang sipit, isak tangisnya kembali mengeras ketika
tubuhnya tersentak dan terguncang semakin kuat diatas meja
diruangan itu. Tangan Pak Romi meraih pinggang Cheria kemudian
sambil menyodok diangkat dan ditarik-tariknya pinggang gadis itu
hingga Cheria melenguh keras, sesekali Cheria meringis ketika
penis Pak Romi mengocek-ngocek belahan vaginanya, berkali-kali
Cheria menelan ludah membasahi tenggorokannya yang terasa
kering, matanya yang sipit terpejam rapat. Cheria kembali membuka
matanya ketika merasakan tangan pak Romi mencengkram buah
pantatnya, tubuhnya melayang kemudian tahu-tahu ia sudah duduk
saling berhadapan dengan Pak Romi, atau lebih tepatnya Cheria
menduduki penis Pak Romi, ia tertunduk malu ketika Pak Romi
mengajarkannya untuk bermain dalam posisinya yang sekarang.
"Ayo lakukan... " Pak Romi memegangi pinggang Cheria, entah
kenapa Cheria melakukan perintah Pak Romi, ia mulai mendesak-
desakkan vaginanya mendesak-desak batang penis yang tertancap
dibelahan vaginanya, kepalanya terangkat-angkat keatas, bibirnya
mendesah dan mendesis keenakan, bisikan-bisikan setan dari
neraka terus membisiki telinga Cheria agar ia bermain lebih liar dan
binal...!!
"Aaaaa...!! Aaaaaaahhh...!! Ennnnggghhh..!! Ahhhhhh.....!! " Cheria
mengeliat-geliat liar sambil mendesak-desakan vaginanya dengan
kuat, tubuhnya melompat-lompat turun naik di atas pangkuan Pak
Romi yang melotot terkagum-kagum memandangi buah dadanya
yang melompat-lompat dengan indah di hadapan wajahnya.
Penjaga perpustakaan itu tersenyum mesum sambil memegangi
pinggang Cheria yang sedang menjerit dan menggeliat dengan
binal.
"aHhhh... Ahhh.... Enakkkk Ahhhhhh... Crrr Crrrrr.... " Cheria menjerit
liar gerakan-gerakan binal Cheria perlahan-lahan terhenti ia
terkulai lemah dalam pelukan Pak Romi yang memeluk erat-erat
tubuhnya
Setelah mengecup bibir Cheria, Pak Romi melinkarkan tangannya
kebelakang untuk melepaskan ikatan pada tangannya. Cheria
menekuk wajahnya ia tidak berani memandang wajah Pak Romi
yang cengengesan, ia tampak risih dan salah tingkah ketika tangan
si penjaga perpustakaan berkeliaran merayapi tubuhnya. Tangan
Cheria memang telah bebas tapi untuk apa?? Pak Romi sudah
membelengu gadis itu dengan sebuah kenikmatan yang terlarang,
Cheria turun dari pangkuan Pak Romi ketika ia menyuruhnya. Pak
Romi berdiri di hadapan Cheria kedua tangannya menekan bahu
Cheria untuk bersujud di hadapan selangkangannya, kemudian Pak
Romi menyodorkan batang penisnya. Mata Cheria terpejam-pejam
ketika mulutnya terbuka lebar dan menerima kehadiran kepala
Penis Pak Romi, lidahnya terjulur keluar kemudian kepala penis Pak
Romi berbaring di atas lidah Cheria, kepala Cheria maju ke depan,
mulutnya mencaplok kepala penis si bandot tua yang mengeluh
keenakan. Mulut gadis itu tampak mengempot ketika melakukan
hisapan-hisapan kuat.
"Uehhhhh, geloo siah!! "
Kedua tangan Pak Romi mendekap kepala Cheria, nafasnya
terengah-engah keenakan ketika lidah Cheria bergerak liar
memutari kepala penisnya, mulut Pak Romi termonyong-monyong
sambil sesekali berkata Uhhh, Uhhhh, Uhhh
Aaaaaaaaaaaaaahhhh...!! Tiba-tiba tangannya menjambak rambut
gadis itu kemudian menariknya agar berdiri, Cheria mengaduh
kesakitan ketika mendapat perlakuan kasar dari Pak Romi.
"Ahhhh Aduhhhh....." Cheria kembali mengaduh ketika Pak Romi
membalikkan tubuhnya, mendorongnya dan menekankan punggung
gadis itu agar menungging , kedua tangannya bertumpu pada
sebuah meja sementara Pak Romi mengambil posisi di belakang
tubuh gadis itu.
"Hssshhh, Ohhhhhhhhhhhhhhh, Ahhhhhhhh"
Cheria mendesah panjang ketika merasakan kepala penis Pak Romi
mencolek-colek belahan vaginanya kemudian naik sedikit keatas
untuk mencolek-colek lubang anusnya, entah lubang mana yang
akan dirojok oleh Pak Romi, tampaknya Pak Romi sengaja
mempermainkan Cheria yang jutek. Kepala Penisnya mencolek-
colek lubang anus dan lubang vagina Cheria sampai gadis itu
menggelinjang kegelian..
"AHHHHH...!! Nnhhhhhhhhh.... Awww...Aduhh..!! Sakit ..!!"
Nafas Cheria terputus di tengah jalan kemudian memekik kecil
ketika kepala penis Pak Romi merojok-rojok lubang anusnya
dengan kasar, Pak Romi semakin bernafsu menjejalkan batang
kemaluanya ketika mendengarkan pekikan Cheria. Dijambakknya
rambut gadis itu kemudian disodokkannya kuat-kuat batang
kemaluanya menghujam lubang lubang anus Cheria sedalam-
dalamnya. Pak Romi terus mendesak-desakkan kemaluannya
walaupun batang kemaluannya tidak mungkin lagi untuk bergerak
masuk lebih dalam karena selangkangannya sudah membentur
bongkahan buah pantat Cheria.
"Ahhhh, Ahhhhh, Aduhhh, sakit, sakittt....aahhhh" Cheria mengaduh
ketika Pak Romi menyodominya dengan kasar, belum lagi rasa sakit
akibat jambakan tangan Pak Romi di rambutnya, tubuhnya
terdorong maju mundur dengan kuat, terdengar suara meja yang
berderit ikut terdorong-dorong akibat persetubuhan liar antara Pak
Romi dan Cheria, gadis itu meringis kesakitan merasakan sodokan-
sodokan Pak Romi, keringat dingin mengucur dengan deras
menahan sodokan-sodokan batang kemaluan Pak Romi yang
menyakitkan.
"Blephhh, Plokkk, Plokkkk, Plokkkk..waduhh, boolny enak amat sih,
saya jadi gemes nih......" Pak Romi semakin kuat memompakan
batang penisnya menyodomi lubang anus Cheria tanpa
mempedulikan gadis itu yang memekik kesakitan, lubang anusnya
terasa ngilu ketika penis pria itu bergerak semakin cepat dan kasar
menyodok-nyodok anusnya. Tangan kiri Pak Romi menarik
pinggang Cheria yang ramping sedangkan tangan kanannya
merayap kedepan menggerayangi buntalan buah Susu Cheria.
"Ennnhh, Ennnhhh, Ennnhhhh.....Heennhh Ahhhhh" Cheria
merengek-rengek, wajahnya mengernit - ngernyit kesakitan ketika
merasakan sodokan-sodokan kuat kemaluan Pak Romi, nafasnya
seolah sedang dipacu kencang ketika penis Pak Romi menyodoki
lubang anusnya.
Kedua tangan Cheria bertumpu kuat-kuat pada meja tua itu,
butiran keringat mengucur dengan semakin deras membasahi
tubuhnya yang putih mulus, kedua lututnya terasa semakin lemas,
berulang kali Pak Romi menaikkan posisi pinggul Cheria yang
sering turun ketika sedang disodok-sodok oleh batang
kemaluannya.
"Aduhhh, gimana sihh, Non Cheria dijaga dong posisinya
pinggulnya, jangan turun melulu, cape-kan saya benerinnya....." Pak
Romi protes ketika pinggul Cheria kembali turun, dengan kasar
ditariknya pinggul gadis itu agar kembali menungging.
"Essshh, Ahhh, Essshhhh Aduhhhh, aduhhhhh....!! " Cheria kembali
mengaduh ketika pak Romi kembali menggenjotkan batang
kemaluannya, lubang anusnya terasa panas ketika batang penis
Pak Romi keluar masuk dengan semakin kencang dan kuat
menyodok-nyodok lubang anusnya kembali.
"Duhhh turun melulu, ya udahhhlah, ngangkang gihhh....." Pak Romi
menyuruh cheria duduk dipinggiran meja sambil mengangkangkan
kedua kakinya lebar-lebar, Cheria terpaksa berpegangan pada
kedua bahu pak Romi ketika si bandot tua mesum itu mendesakkan
batang kemaluannya pada belahan vaginanya.
"Jrebbbbb,,, Jrebbb Bluesshhhhh.....Ouhhh" Cheria kembali
mengeluh ketika penis Pak Romi mengoyak belahan vaginanya
kemudian merojok lubang itu dengan kuat. Penjaga perpustakaan
itu tampak asik merojok-rojok belahan vagina Cheria yang peret..
"Cleppp, Clepppp Cleppppp, Clepppp...." suara-suara becek
terdengar dengan keras ketika batang kemaluan Pak Romi merojok-
rojok belahan vagina Cheria, digenjotnya kuat-kuat sampai sesekali
cheria memekik kecil ketika menahan sodokan-sodokan kasar
batang penis si bandot tua itu.
"Ahhhhh, Aaaa Crrrtt Crrrtttt " Cheria mencengkramkan kuku-
kukunya pada bahu pak Romi ketika lubang vaginanya berdenyut-
denyut dengan nikmat, Pak Romi terkekeh, ia merasa bangga ketika
dengan mudahnya mengalahkan si jutek yang cantik, gadis itu
terkulai lemah dalam pelukannnya, Dilepaskannya tubuh Cheria
yang masih terengah-engah kecapaian, Cheria berbaring lemas
diatas meja dengan posisi kedua kakinya yang terjuntai
mengangkang dipinggiran meja, cairan vaginanya meleleh
membasahi meja dan sebagian meleleh menetes di pinggiran meja,
lelehan cairan kental berwarna putih.
Tania
"TIDAKKKK.... BAJINGANNN...!! LEPASKANNNN...." Tania meronta-
ronta ketika Pak Romi menekan tubuhnya untuk berbaring
terlentang dengan kedua kakinya terjuntai di pinggiran meja.
"Plakkkkk....., Awwww..!!" Pak Romi menampar wajah Tania karena
merasa terganggu oleh jeritan-jeritan keras gadis cantik itu, mata
pak Romi menatap wajahnya, tatapan matanya sangat beringas
ketika merayapi lekuk-liku tubuh gadis itu, tangannya merayap
menggerayangi tubuhnya.
"Hkkk. Hkkkkk... Hhhhkk...." Tania mulai terisak menangis ketika
tangan Pak Romi mulai melepaskan kancing baju seragamnya satu
demi satu, Tania mengepalkan kedua tangannya ketika perlahan-
lahan tangan Pak Romi menarik kedua cup penutup dadanya
kebawah hingga kedua buah dadanya tersembul, murid cantik itu
memejamkan kedua matanya rapat-rapat ketika merasakan tangan
Pak Romi mulai meremas-remas bukit buah dadanya.
"Kpp.. Keparatttttt..... Hkk Hkkk..." tubuh Tania gemetar hebat, ia
semakin keras terisak ketika tangan Pak Romi menyibakkan rok
seragamnya ke atas, kemudian dengan leluasa Pak Romi mengelus-
ngelus pahanya yang halus mulus. Tania merapatkan kedua
pahanya ketika tangan Pak Romi merayap semakin ke atas.
"OHHHHH.....!!jangan Hkkk Hkkkk Ennnhh Tidakkk..Heekks " tubuh
Tania tersentak, tangisnnya semakin keras ketika tangan si bandot
tua itu menyelinap masuk ke celana dalamnya, tangan Pak Romi
mengelus-ngelus permukaan vaginanya yang berjembut tipis, Tania
merasakan ada rasa hangat yang menggelitiki sekujur tubuhnya,
rasa hangat yang nikmat, perasaan itulah yang membuatnya
perlahan-lahan mengangkangkan kedua kakinya melebar.
Tania menatap wajah Pak Romi yang tersenyum senang, wajah tua
itu begitu menyebalkan...!! Ohhh tidakkkk ??!! Bukannn ??
Ahhhhhhh...!! Kenapa ini ?? kenapa dirinya malah semakin bergairah
ketika menatap wajah mesum yang sedang terkekeh-kekeh senang
sambil mengelus-ngelus belahan vaginanya ?? KENAPAAA.....??
Tania menggeleng-gelengkan kepalanya berusaha mengembalikan
kesadaran dan kewarasannya. Ohhhh...!! Toloonggggg...!! Sulit
sekali menolak gairahnya yang meletup-letup ketika tangan
sipenjaga perpustakaan itu meremas lembut selangkangannya.
"Coba maenin titit Saya." Pak Romi menarik kepala Tania dan
menekankan wajah gadis itu kearah batang penisnya yang
megacung, Tania menurut ia membuka mulutnya lebar-lebar
kemudian menciumi kepala penis Pak Romi sebelum akhirnya
menjulurkan lidahnya dan mengulas-ngulas " helm " pak Romi yang
dijamin tidak akan pernah ada di jual ditoko helm manapun.
"Hooommmhhh, Ummmmmmhhh Mmmmmmhhhh" suara mulut
Tania ketika Pak Romi menjejalkan kepala penisnya kedalam
mulutnya, mulut Tania tampak monyong seperti sedang menyedot
sedotan besar, sedotan besar yang berwarna kecoklatan dan selalu
menempel dengan setia diselangkangan setiap laki-laki.
"He he he, sepongan amoy emang yahud....!!,Uhhh gelo, enakkk
pisan" Pak Romi membelai-belai kepala Tania, sesekali ia
mendesah panjang sambil menekankan batang kemaluannya dalam-
dalam, sementara jari telunjuk dan jari tengahnya mengejar pentil
susu Tania.
Jarinya menjepit dan memilin-milin putting Tania yang kemerahan,
setelah puas dioral oleh Tania, pak Romi mengangkangkan kedua
kaki gadis itu lebar-lebar kemudian batang kemaluannya menekan
belahan vagina Tania yang sudah basah oleh cairan vaginanya.
"Hhhhhhhhhhhhhhh.............." terdengar helaan nafas panjang Tania
ketika kepala penis Pak Romi mulai melesak ke dalam jepitan
vagina gadis itu. Nafas Pak Romi memburu kencang ketika
merasakan batang kemaluannya digigit oleh belahan vagina Tania.
Vagina gadis itu seperti sedang meremas-remas batang
kemaluannya, semakin dalam rasanya semakin enak dan peret dan
BREEEKKKK BrrrttTTTTTT.....,Drrrrttttt...!! Ujung penisnya merobek
sesuatu yang mengganjal di dalam belahan sempit itu, kemudian
kembali melanjutkan perjalanannya merojok lebih ke dalam.
"Wahhhh..maaf ya, kontol saya tidak sengaja nyolok memek Non
Tania...!!aduhh jebol dah keperawanannya.... Hehehe" Pak Romi
cengengesan kemudian membenamkan batang penisnya semakin
dalam lagi....
"Ohhh, Aaa Aaaahhh Ahhhhhhhh....sakitt..!! Sakitt hentikann AHHH"
Tubuh Tania berguncang dengan hebat ketika Pak Romi mulai
menggenjotkan batang kemaluannya, disodok-sodoknya vagina
Tania sampai gadis itu menjerit kesakitan, suara meja yang berderit
mengiringi setiap jeritan Tania yang sedang disodok-sodok oleh
Pak Romi.
"Cleepffhhhh Clsshhhhheeepppp .. Plllleeepppphhhh" Tania
termegap-megap ketika sodokan demi sodokan Romi semakin
menenggelamkannya ke dalam neraka dipenuhi oleh siksaan nafsu
yang liar, genjotan demi genjotan pak Romi membuatnya menjerit
keras ,tubuhnya terasa panas terbakar oleh nafsu birahi yang
semakin liar, lelehan demi lelehan keringat yang membasahi
tubuhnya bagaikan tetesan minyak yang semakin mengobarkan api
nafsu birahinya yang semakin binar, tiba-tiba saja Tania tersadar ia
menyilangkan kedua tangannya di dada ketika mata laki-laki itu
menatap buah dadanya yang terguncang hebat, secara tidak
sengaja gerakan Tania justru semakin memancing nafsu Pak Romi,
dengan cepat batang kemaluan Pak Romi bergerak mengocok-
ngocok belahan vagina Tania.
"Annnhh... Hemmpphhh Crrr Crrrr...... " tiba-tiba Tania menggeliat
hebat tubuhnya menggelepar, kedua kakinya menjepit kuat-kuat
pinggang pak Romi, kemudian ia merasakan pandangan matanya
menjadi kabur ketika kenikmatan itu meraih tubuhnya dalam
denyutan-denyutan nikmat yang tiada taranya di dunia ini.
"Ahhhhhhh..... " Tania mendesah ketika Pak Roni membenamkan
batang kemaluannya sampai mentok, kemudian kedua tangan pak
Romi mencengkram buah pantat gadis itu, dengan sekali sentak
diangkatnya tubuh Tania.
"Awww....." secara reflek Tania berusaha menjepit pinggang si
bandot tua, nafasnya kembali berdengusan ketika tubuhnya tiba-
tiba terayun-ayun di udara, dengan sebatang penis yang tertancap
keluar masuk di lubang vaginanya, sementara kedua tangannya
terikat kuat ke belakang, cairan vagina Tania yang tercampur
dengan darah keperawanannya membasahi batang penis Pak Romi
si penjaga perpustakaan.
Bibir Pak Romi mengejar bibir Tania yang mendesah-desah
keenakan, kemudian berkali-kali bibir si penjaga perpustakaan itu
menciumi bibirnya, dilumat dan dikulumnya bibir gadis itu,
kemudian berkali-kali Pak Romi membisikkan kata-kata mesum di
telinganya sambil mengayunkan kemaluannya merojok-rojok
belahan vaginanya.
"Untung ada Non Tania jadi saya nggak usah repot-repot nyewa
bondon, lagian Non Tania lebih cantik loh dibandingin para bondon
di jalanan...., memeknya Non juga jauh lebih peret dan seret
hehehe" Pak Romi semakin rajin mengayunkan kemaluannya, Tania
memekik kecil ketika Pak Romi mengayunkan kemaluannya dengan
kuat menyodok belahan vaginanya, sodokan -sodokan pak Romi
semakin lembut kemudian berhenti, ia menurunkan Tubuh Tania,
kemudian ia menarik sebuah kursi dan meletakkan kaki kanan Tania
disana, tangan kirinya menarik pinggul Tania sementara tangan
kanannya menjejalkan kepala penisnya menyodok belahan vagina
Tania dari belakang.
Tangan Pak Romi mencekal lengan Tania yang masih terikat,
kemudian disentak-sentakkannya batang kemaluannya hingga
tubuh Tania yang sedang berdiri di atas kaki kanannya yang
sedang menginjak kursi terdorong-dorong dengan keras,
ditusuknya dalam-dalam belahan vagina Tania hingga gadis itu
mendesah keras kemudian dikocok-kocoknya vagina Tania yang
peret.
"Plokkk. Plokkkk...!! PLOKKKK..... " terdengar suara benturan-
benturan selangkangan Pak Romi yang sedang menggampar buah
pantat Tania, cairan vagina gadis itu meleleh membasahi pahanya
sebelah dalam, sesekali kepala Tania tertekuk menatap lantai
namun kemudian terangkat menatap langit-langit sambil memekik
keras ketika sodokan-sodokan Pak Romi merojok - rojok belahan
vaginanya dengan brutal.
Tania berusaha meronta, isak tangisnya kembali terdengar, apalagi
ketika tangan kiri Pak Romi membelit dan memeluk tubuhnya erat-
erat sambil terus menusuk - nusuk vaginanya dari belakang. Pak
Romi menurunkan kaki kanan Tania dari atas kursi setelah menarik
pinggulnya, Pak Romi kembali mendesak-desakkan batang
kemaluannya menikmati belahan vagina Tania yang seret.
"Unnnhhh Crrrr Crrrrrrrrrrr.... "
"Duhhh...pake nangis segala, bikin saya makin nafsu aja he he he "
Pak Romi berbisik di telinga Tania sambil meremas kuat induk
payudaranya, setelah mencabut batang penisnya Pak Romi
membalikkan tubuh Tania menghadap ke arahnya, dibelainya
bulatan dada Tania dan diremas-remasnya, Tania menatap wajah
Pak Romi, nafasnya berdengusan. Ia ingin kembali menikmati penis
Pak Romi, tangannya meremas kemaluan Pak Romi kemudian ia
mengalungkan kedua tangannya pada leher pria itu, lidahnya
terjulur keluar, mulut Pak Romi langsung mencaplok lidah Tania
dan menghisapi lidah gadis itu.
"Eommmmhh, Ckkk Mmmmmm Slllcckk Ckkk... " suara berdecakan
terdengar dengan meriah ketika Pak Romi menghisap-hisap dan
menjilati lidah Tania, Pak Romi tampak semakin rakus mengenyot-
ngenyot lidah Tania.
Pak Romi mendudukkannya di pinggiran meja, Tania merintih
tubuhnya menggelinjang ketika penis Pak Romi menggesek-gesek
belahan vaginanya, ia terperanjat ketika Pak Romi menjejalkan
kepala penisnya kemudian selangkangan mereka menyatu erat.
Tania balas memeluk Pak Romi yang mendekap tubuhnya yang
putih mulus, Tania menjerit liar ketika penis pria itu mulai
menggenjot-genjot belahan vaginanya, Tania sangat menikmati
setiap tusukan-tusukan kasar pak Romi.
"Brukkkk...!! "terdengar bunyi keras ketika dengan kasar Pak Romi
mendorong tubuh Tania hingga punggungnya terhempas
membentur meja, kedua tangan Pak Romi mencekal pergelangan
kakinya, dikangkangkannya kedua kaki gadis cantik itu selebar-
lebarnya kemudian digenjotnya kuat-kuat vaginanya.
"Ahhhh....!! Ahhhh... !! Ahhhhh..... " Tania mengangkat-angkat
pinggulnya ketika Pak Romi menghantamkan batang penisnya,
gerakan gerakan Tania semakin binal, tubuhnya sudah basah oleh
keringat, mata Pak Romi melotot lebar menatap buah dada Tania
yang terguncang dengan hebat, semakin kuat menyodokkan
kemaluannya semakin kuat pula buah ranum itu terguncang. Pak
Romi semakin kuat menggenjotkan kemaluannya ketika mulai
merasakan kedutan-kedutan yang semakin kuat dan...
"Aduhhh gelo.!!ARGGGHHH...!!KECROTTTT.... KECROTTT "
"Owwwww.. Crrrr Crrrrrrrrrrrrrrrr...... " Tania menggeliat-geliat liar,
siraman sperma yang meletus panas di dalam vaginanya
membuatnya semakin terangsang dan mencapai puncak klimaks,
Pak Romi melepaskan cekalannya pada kedua kaki gadis itu, ia
tersenyum lebar menyaksikan cairan lengket berwarna putih pekat
meleleh dari sela-sela bibir vagina gadis itu yang memar
kemerahan. Pak Romi terengah-engah mengambil nafas, ia
limbung dan jatuh terduduk di atas kursi, matanya nanar menatap
tubuh Tania dan Cheria yang telanjang bulat tanpa selembar
benangpun menutupi tubuh mereka,setelah beristirahat sampai
keringat ditubuhnya mongering, beberapa lama kemudian Pak
Romi memakai pakaiannya, kemudian ia memunguti pakaian
mereka, Si penjaga perpustakaan memakaikan pakaian mereka yang
menatap wajahnya dengan tatapan yang kosong, tangan Pak Romi
membelai wajah Tania dan Cheria, dikecupnya kening kedua gadis
itu kemudian tangannya melingkar, menggandeng pinggang mereka
sementara ia terkekeh di antara tubuh kedua gadis itu yang
berjalan sambil menundukkan wajah mereka.
Vivi menekan tombol di HPnya ketika pemerkosaan yang dilakukan
oleh Pak Romi telah usai, ruangan kelas itu kembali hening
sementara Andra merayapkan tangannya dengan hati-hati
mengelus-ngelus pinggul dan pinggang Vivi, nafas mereka berdua
semakin memburu kencang, merasa diberi lampu hijau sesuatu
diselangkangan Andra bertambah tegang, Andra semakin sering
mendesak-desakkan benda sebesar pentungan itu pada buah
pantat Vivi yang mendesah pelan.
"Andraaa... Hhhhh...."
Vivi semakin gelisah ketika tangan Andra merayap melepaskan
kancing baju seragamnya, satu demi satu kancing baju seragam
Vivi terlepas dan tangan andrapun semakin naik keatas, dengan
berani tangan Andra menyusup kebalik cup bra Vivi, Andra menelan
ludah membasahi tenggorokannya yang terasa kering, mata Andra
semakin sayu ketika telapak tangannya bergerak mengelus dan
meremas-remasi buntalan buah dada Vivi yang membuntal padat,
payudara besar itu semakin mengenyal dan semakin mengasikkan
untuk diremas-remas, sementara Vivi mendesah-desah pelan
menikmati remasan-remasan tangan Andra pada buah dadanya
yang berukuran bongsor. Perlahan-lahan pintu lemari tua itu
terbuka lebar, andra mencekal pergelangan tangan Vivi dan menarik
gadis cantik itu keluar.
"Jangann Andraaa, jangannnn.... Hhhhhhhmmh...." Vivi berusaha
menepiskan tangan Andra yang bergerak hendak melepaskan satu
kancing baju terakhir. Bibir Andra langsung menyumpal bibir Vivi
untuk menghentikan protesnya dan meredam keraguan gadis itu,
sementara tangannya merayap perlahan untuk melepaskan satu
kancing baju yang terakhir, Andra mendesakkan tubuh Vivi merapat
kedinding, dibelainya pipi Vivi kemudian dengan mesra
dikecupinya bibir Vivi yang semakin sering mendesah-desah
pelan.
Tangan andra melingkari pinggang Vivi kemudian mengangkat
tubuh gadis itu hingga tergantung diudara dalam pelukkannya,
dalam posisi kepala Andra sejajar dengan buah dada Vivi yang
membuntal padat. Nafas Vivi semakin berat ketika merasakan
jilatan-jilatan lidah Andra yang basah dan terasa semakin kasar
menjilati belahan dadanya. Tubuh Vivi menggelinjang ketika Andra
mengecupi permukaan payudaranya. Getaran kenikmatan yang
diberikan oleh Andra sangat berbeda jauh jika dibandingkan
dengan getaran kenikmatan yang diberikan oleh Reina, Farida
ataupun Maya, masing-masing getaran kenikmatan itu memiliki
sensasi tersendiri. Antara sadar dan tidak, perlahan Vivi mendekap
belakang kepala Andra ketika merasakan emutan-emutan Andra
yang rakus pada puncak payudaranya, Ohhhh, Vivi merasa seekor
kingkong bertubuh besar tengah rakus menyusu dibuah dadanya,
lidahnya bergerak membelit-belit putting susunya yang semakin
meruncing, mulut Andra kembali mencaplok puncak payudara Vivi
kemudian mengenyot-ngenyot puncak payudara Vivi kuat-kuat,
kedua kaki Vivi yang tergantung diudara melejang-lejang ketika
Andra melumat pentil susunya yang meruncing karena terangsang.
Andra menurunkan dan melepaskan tubuh Vivi ketika gadis itu
semakin kuat berontak, dengan cekatan andra mencekal bahu Vivi
ketika gadis itu hendak meloloskan dirinya, kemudian Andra
menundukkan wajahnya, bibirnya kembali menyatu erat dengan
bibir Vivi, mereka semakin asik berciuman.
"Andra...!! " Vivi mendorong kuat-kuat tubuh Andra ketika tangan
Andra berani menyelinap kebalik rok seragamnya, Vivi tampak
marah, dengan tergesa-gesa ia berusaha merapikan baju
seragamnya, sementara Andra tercekat bengong, antara ingin dan
takut. Pandangan mata Andra yang tajam beradu pandang dengan
tatapan mata Vivi, dipeluknya tubuh Vivi yang meronta-ronta, bibir
Andra kembali menyumpal bibir Vivi, si buah dada besar. Tangan
Vivi mencubit tubuh Andra ia berusaha melawan, ingin melepaskan
diri, cubitan Vivi begitu sakit, pedih namun bibir Vivi terlalu manis
untuk dilepaskan begitu saja.
Andra menatap kebawah, kearah Vivi yang bersujud di hadapan
selangkangannya, nafas Andra terpatah-patah ketika Vivi membuka
ikat pinggangnya, kemudian tangan Vivi melepaskan pengait celana
panjang Andra, Srettttttt......, permukaan celana panjang andra
terbuka mirip huruf "V" yang terbelah ketika tangan Vivi menarik
resleting celana Andra, Vivi menatap celana dalam Andra, ada
sesuatu yang menggembung dibaliknya., OHHH...!! Bergerak!!!,
Apakah sesuatu diselangkangan Andra itu hidup????!!!
"Ahhhhh....." Vivi membuang muka ketika Andra mengeluarkan
sesuatu dari balik celana dalamnya.
Pentungan hitam besar itu kini teracung dengan bebas dihadapan
wajah Vivi, sesekali Vivi mencuri-curi pandang menatap pentungan
di selangkangan Andra. Andra mendekap kepala Vivi, kemudian
mengarahkan wajah gadis itu ke arah selangkangannya, perlahan-
lahan Andra menyodorkan batang kemaluannya, Vivi sedikit ragu
ketika hendak membuka mulutnya, akhirnya dengan memejamkan
mata Vivi mencoba menganggakan mulutnya, Andra menahan
kepala Vivi kemudian menjejalkan kepala kemaluannya ke dalam
rongga mulut Vivi, perlahan-lahan Vivi membuka matanya,
sebatang penis kini menyumpal mulutnya, ada sesuatu seperti
lendir yang meleleh dan rasanya asin. Oh.. jadi seperti inikah
rasanya mengemut-ngemut kemaluan pria, berbagai macam
pertanyaan berkecamuk didalam benak Vivi, tangan Vivi mulai
berani mengocok-ngocok batang kemaluan Andra sementara
mulutnya tampak kempot kembang kempis ketika melakukan
hisapan-hisapan kuat. Andra tersenyum sambil menarik bahu Vivi,
ia membalikkan tubuh Vivi kemudian memeluknya dari belakang,
Andra berbisik pelan di telinga Vivi
"Vii tolong jepit tititku ya....." Vivi mengangguk dan menjepit
batang kemaluan Andra di antara kedua pahanya, tubuh Vivi
terdorong-dorong ketika Andra menarik dan mendorongkan batang
kemaluannya, kemulusan dan kehangatan paha Vivi membuat birahi
Andra semakin mendidih dan
"Ufffhhhh... Crooooottttttt....."
"Ihhhh. Andraaa...." Vivi mengangkangkan kedua kakinya , sesuatu
berwarna putih dan terasa lengket meleleh di permukaan pahanya
sebelah dalam, Andra memeluk tubuh Vivi dari belakang dengan
lebih erat kemudian mengecupi leher si payudara besar yang
mendesis-desis keenakan, sementara tangan Andra merayap
meremasi buntalan buah dada Vivi.
"Andra..., Hssshh Ihhhh..." Vivi mendesis kegelian ketika Andra
mmengecup-ngecup batang lehernya dari belakang, sementara jari
jempol dan jari telunjuk Andra menjepit putingnya, ditarik -
tariknya kedua putting itu dengan lembut, dipilin-pilinnya hingga
ia meringis-ringis.
"Vii, susu kamu gede amat ya...,?? " Andra membalikkan tubuh Vivi,
matanya menatap tajam pada buntalan buah dada Vivi yang
berukuran C+, tangan Andra merayap mengusapi permukaan
payudara Vivi.
"Duduk Vii, sini aku bantuin...." dengan paksa Andra mendudukan
Vivi di atas sebuah kursi, tangan Andra berusaha merenggangkan
kedua paha Vivi yang mulus.
"Andra..., kamu mau ngapain sich, udah ahhh, jangannn, nggak
mau.."
"Nggak apa koq aku rela bantuin kamu...." Andra memaksa dengan
dalih membantu, padahal sebenarnya ia tidak rela melepaskan Vivi
si buah dada besar, apalagi kini Andra menyadari dan yakin kalau
Vivi termasuk dalam kategori gadis yang rapuh menghadapi godaan
seksual, hanya galak dimulut namun hatinya sangat rapuh, kedua
tangan Andra membelit pinggang Vivi, kemudian mulutnya
mengecupi payudara Vivi yang montok..
"Uhhhh, Aduhhh, sudahh, Andra aduhhh....!!." Vivi bersandar pada
punggung kursi sementara kedua tangannya menjambak rambut
Andra, tangan Vivi berusaha menjauhkan kepala Andra dari buah
dadanya, sedikit demi sedikit jambakan Vivi berubah menjadi
elusan, Vivi hanya dapat melenguh pelan ketika merasakan mulut
Andra kembali mengenyot puncak buah dadanya, lidah Andra begitu
ahli memainkan puting Vivi yang meruncing karena terus
dirangsang olehnya. Tangan kanan Andra merayap di antara kedua
kaki Vivi, disibakkannya rok seragam Vivi kemudian, dibetotnya
celana dalam gadis itu, Vivi hanya melotot kaget ketika celana
dalamnya ditarik turun oleh Andra.
"Uhhhhh..., Shhhh....." Vivi mendesis sambil menarik pinggulnya
ketika merasakan hembusan-hebusan nafas Andra
Hembusan nafas laki-laki pertama yang mengendus wilayahnya
yang paling sensitif, tangan Vivi gemetar ketika membelai kepala
Andra yang berada di selangkangannya, kecupan-kecupan mesra
Andra membuat Vivi terlena dan merasa nyaman keenakan, kedua
kakinya mengangkang dengan pasrah, lidah Andra mengulas-
ngulas belahan vaginanya. Batang lidahnya bergerak liar mengait-
ngait daging mungil diselangkangannya.
Klitoris Vivi begitu nikmat untuk dijilat dan diemut, mulut Andra
berdecakan melumat-lumatnya, nafsu birahinya naik sampai ke
ubun-ubun, sambil menjilati belahan selangkangan Vivi, tangan
Andra merayapi paha Vivi yang mengangkang dengan pasrah. Tiba-
tiba Vivi menarik pinggulnya sambil mendorong kepala Andra
ketika sesuatu berdenyut dan menyemprot dengan hebat,
"Cerrrrrrrrrrrrrrrr.... Crettttt Cretttt.....!!" Andra buru-buru menepiskan
tangan Vivi dan menerkam kembali belahan vaginanya, dikenyotnya
cairan gurih itu hingga Vivi merintih keenakan. Vivi hanya diam
ketika Andra mengelus-ngelus buah dadanya, sesekali Vivi
mendesah panjang ketika Andra menunduk dan menciumi puncak
payudaranya, mulut Andra termonyong-monyong ketika
mengenyot-ngenyot puncak susu Vivi.
"Ahhhhh... Andraaa... Ahhhhhhhhh.... " bibir Vivi mendesah-desah
pelan ketika Andra kembali menundukkan kepalanya diantara
selangkangan Vivi, diciuminya bibir vagina Vivi, Andra bagaikan
sedang menciumi sesuatu yang sangat berharga, tangan Vivi
mengelus belakang kepala Andra yang sedang melumati-lumat
selangkangannya, Vivi mendesah keenakan ketika lidah Andra
kembali menyapui belahan vaginanya dan melumat-lumat
selangkangannya. Tiba-tiba Vivi tersentak tersadar ia bangkit
sambil mendorong tubuh Andra dengan terburu-buru ia memakai
kembali pakaian dalamnya, dengan tergesa Vivi merapikan rok abu-
abunya dan memungut baju seragamnya, Vivi membalikkan
tubuhnya ketika mengaitkan kembali kancing seragamnya, tanpa
berkata apa-apa ia meninggalkan Andra yang terlena dengan
segudang nafsu liarnya. Mata Andra menatap punggung Vivi yang
menghilang di balik pintu, masih terasa betapa gurihnya cairan
kewanitaan Vivi. Betapa Asiknya ketika tangannya mengelus-
ngelus bulatan susunya yang putih dan bongsor, Andra juga masih
ingin mengenyot-ngenyot puting Vivi yang meruncing, dan
merayapi sepasang pahanya yang putih mulus, yang jelas Andra
ingin menikmati kembali kehangatan tubuhnya.
-----------------------------
Dimarkas besar...
Andra sibuk memindahkan hasil rekaman diponsel Vivi, entah lagi
diapain deh, kalo nggak salah katanya, diconvert trus diburn ke
piringan DVD supaya bisa distel di DVD player or something like
that lah, aku menatap wajah Andra, wajahnya yang bulat,
pandangan matanya yang polos, tubuh yang tinggi besar dan
gemuk. Bayi sehat bertubuh raksasa, entah kenapa Andra selalu
salah tingkah ketika aku memandanginya ??
"Nahhh, Beresss...."Andra merentangkan kedua tangannya ke atas,
aku, Farida, Riska, Reina, dan Riska langsung berebutan ingin
melihat hasil jerih payah pertama kami, kami berlima menahan
nafas ketika memutar ulang adengan di kelas tua.
"Ihhh, Andraaa...." Farida menepiskan tangan Andra yang merayap
dilututnya, Andra tertawa kecil sambil menggaruk-garuk kepalanya
"Reiii, aku pegang dikit yahh......Asikkkkk"
"Andra..!! nggak mau ahhh..., jangan pegang-pegang...!!"
Reina berontak ketika tangan andra memeluk pinggangnya dari
belakang, wah kayanya Andra makin nakal deh. Aku buru-buru
mencubit lengannya yang hendak melingkari pinggangku. Andra
meringis kesakitan ketika aku menambahkan dua cubitan di perut
dan pinggangnya sampai Andra berteriak keras.
"Amp, Ampunnn Mayy, Auhhhhh..!!!" Andra kembali meminta ampun
ketika cubitanku kembali mampir di pangkal lengannya, ia menjerit
kemudian lari terbirit-birit ketika aku, Farida, Reina dan Vivi
bersatu padu untuk mengejar-tubuhnya yang gembrot. Suara tawa
canda semakin sering terdengar dari dalam markas kami, makin
lama Andra semakin nakal, colek sana colek sini, (duhh dasar
Andra... T_T.), Wajah Vivi memerah ketika tangan Andra melingkari
pinggangnya, dengan berani Andra mengelus bokong Vivi, Anehnya
Vivi nggak marah ??!!, kemudian Vivi mendorong tubuh Andra,
sambil menepiskan tangan si pegulat tangguh semakin berani
merayap.
"WHUUAAAAA......!!" kami berempat berseru kaget sambil menunjuk
kearah selangkangan Andra yang menggembung, sementara Andra
berusaha menutupi bagian XXXnya dengan melintangkan kedua
tangannya dibagian yang menggembung itu, aku menolehkan
wajahku ke arah Riska yang masih tegang menatap adengan XXX di
layar laptop, kemudian menatap Andra dengan tatapan mata
menyelidik....
Aku menghela nafas panjang,
Secara tidak sengaja
kami mendapatkan bukti kebejatan Pak Romi
Walaupun sebenarnya target utama kami sekarang
Adalah Doni si mata-mata
perjuangan kami masih panjang
Untuk membongkar kebejatan Pak Dion cs
Aku memikirkan kejadian tadi siang entah kenapa
Andra samasekali tidak berani mencolek-colek Riska
Hemm tampaknya Andra menyembunyikan sesuatu!!
Kayanya Crayon Sinchan kalo dah gede kaya Andra dech...
****************

Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda

0 komentar:

Posting Komentar

Silahkan komentar tapi dilarang yang berbau sara dan provokativ.