Minggu, 08 Maret 2015

The Hospital 6: Virgin Wild Dream, Gimme More!

The Hospital 6: Virgin Wild Dream, Gimme More!
Perlahan-lahan warna langit yang cerah berganti dengan gelapnya
malam, sinar rembulan bersinar dengan indah malam ini, seindah
senyuman di wajah buruk Bang Tagor, yang sedang menindih
tubuh mungil seorang gadis cantik bermata sipit bernama Fitri
Diniyani. Kemaluan Bang Tagor keluar masuk tanpa henti,
"Cleppp...Cleppp...Clepppp" suara batang kemaluan si preman ketika
menikmati lubang vagina Fitri Diniyani yang peret dan seret.
Gadis itu tergolek, tubuhnya yang mungil terguncang-guncang
tanpa daya diatas ranjang dekil itu setelah kehormatannya dikoyak-
koyak dan direngut secara paksa dan kasar oleh si preman
berkepala botak.
"Harrrrggggkkk..! Arrrrrhhhh..CRRRTTT...CRRRRRRR"
Si preman memeluk tubuh Fitri kuat-kuat seakan-akan hendak
meremukkan tubuh gadis itu, Bang Tagor meleletkan lidahnya
ketika merasakan kemaluannya berdenyut-denyut dengan nikmat
sambil berkali-kali menyemprotkan lendir-lendir kenikmatan
didalam lubang vagina Fitri. Gerakan Bang Tagor berhenti, tubuh
Fitri yang basah dan lembut membuatnya betah menindih tubuh
mungil gadis itu.
Bang Tagor menggulingkan tubuhnya dari atas tubuh Fitri, ia
merebahkan tubuhnya di samping gadis itu. Tangan kanannya
mengait pinggang Fitri dan merapatkan tubuh mungil gadis itu
ketubuhnya yang kekar dan berbulu. Gadis cantik itu memalingkan
wajahnya ketika bang Tagor hendak mencium bibirnya, si preman
berwajah buruk hanya tersenyum penuh kemenangan, matanya
berkeliaran dengan liar menatapi kemulusan dan kehalusan tubuh
gadis itu yang masih anak sekolahan. Wajah cantik Fitri Diniyani
yang tergolek kesamping kanan terlihat sangat sensual dengan
bibirnya yang kadang-kadang sedikit terbuka untuk mengambil
nafas, rambut gadis itu acak-acakan dan sebagian menutupi
wajahnya, tangan bang Tagor menyibakkan rambut itu agar ia dapat
lebih leluasa mamandang wajah gadis cantik bermata sipit itu,
"Duh Si amoy cantik amatt.., mimpi apa gua semalem?" kata Bang
Tagor dalam hati, si preman meleletkan lidahnya ketika matanya
memandang bukit mungil di dada Fitri yang tampak masih kencang
dan segar.
Kemaluannya kembali berdenyut-denyut dan kemudian berdiri
semakin mengeras, kedua tangan Bang Tagor mencengkram bahu
Fitri, ia menggeser tubuhnya keatas tubuh Fitri dari arah samping
sampai dadanya yang berbulu lebat kembali meneduhi dada gadis
itu.
Mulut Bang Tagor mengejar bibir Fitri Diniyani, gadis itu
memalingkan wajahnya kekanan dan kekiri menghindari mulut si
kepala preman yang hendak mengulum bibir mungilnya. Tangan
Bang Tagor menjambak rambut Fitri sampai gadis itu meringis
kesakitan, Bang Tagor berbisik "Amoy cantik kayak lu kudu sering
diewe, paya tau enaknya entotan.. hehehe"
"Keparammmmmhhhh... Mmmmhhhh..." suara mulut Fitri yang
hendak mengumpat itu buru-buru disekap oleh mulut Bang Tagor.
Pipi gadis bermata sipit itu tampak kembang kempis terhisap oleh
mulut si botak berwajah buruk. Setetes air mata keputusasaan
kembali menetes dari sudut mata Fitri. Sambil berciuman, lidah si
preman menggeliat masuk kedalam Mulut Fitri dan mengait-ngait
lidah gadis itu, gerakan-gerakan lidah Fitri yang menggeliat-geliat
berusaha menghindari lidah si preman secara tidak sengaja justru
semakin membuat Bang Tagor semakin senang.
"Ckkkk... mmmm. Ckkk... Cppp" tangan Kiri Bang Tagor menekan
belakang kepala gadis itu kearahnya sehingga mulut mereka
semakin erat bertaut rapat, gadis itu tampak resah gelisah,
tubuhnya mengeliut-geliut dalam gerakan yang indah. Bang Tagor
melepaskan kulumannya, kini ia mengangkangi kepala gadis itu,
sementara mata sipit Fitri memandang terpaku tanpa berkedip
kearah kemaluan Bang Tagor, ada rasa benci ketika melihat benda
besar dan panjang milik Bang Tagor yang telah merengut
keperawanannya dengan paksa kini terangguk-angguk dihadapan
wajahnya.
"Sekarang lu jilatin kontol gua.., He he he"
"Hehhhh !! lu budeg apa ?" Tangan Bang Tagor mencubit induk
buah dada gadis itu sampai sicantik meringis kesakitan dan
menepiskan tangan Bang Tagor, Sipreman berwajah buruk itu
tampak kesal karena Fitri tidak menghiraukan perkataannya.
"kalo ngak nurut awas lu !!Gua gampar sekalian !!Yeeee Hee...
disuruh ngerasain yang enak kagak mau...!! dasar bego!! " Si
preman berkepala botak membentak-bentak Fitri sambil menatap
gadis itu dengan tatapan mata yang beringas.
Tubuh gadis itu bergetar, matanya yang sipit memandangi batang
kemaluan Bang Tagor dengan tatapan mata yang dipenuhi oleh
kebencian, namun keberingasan dan bentakan-bentakan bang
Tagor membuat hatinya ciut dan terpaksa menuruti keinginan si
preman. Bang Tagor terkekeh senang ketika mulut gadis cantik
bermata sipit itu perlahan-lahan terbuka, dan menjulurkan lidahnya
keluar. Dengan menahan rasa jijiknya Fitri menjilat batang kemaluan
Bang Tagor
"Sllllpphh, uhuk...uhuk " gadis bermata sipit itu terbatuk-batuk
sambil menarik kepalanya, ada rasa asin yang terjilat dilidahnya
diikuti oleh bau menyengat yang membuat kepalanya pusing.ketika
hidungnya mengendus bau kemaluan Bang Tagor.
Fitri Diniyani menatap Bang Tagor yang sedang mengangkangi
wajahnya dengan tatapan matanya yang memelas seperti minta
dikasihani, namun apa daya Bang Tagor sama sekali tidak
mempunyai rasa kasihan terhadap dirinya, yang ada pada diri
sipreman berwajah buruk hanyalah keinginan untuk memuaskan
nafsu bejadnya pada tubuh gadis cantik bermata sipit itu.
"Jilat..!!" Bang Tagor kembali membentak sambil terkekeh-kekeh
senang Bang Tagor membelai-belai rambut gadis itu ketika mulai
merasakan jilatan-jilatan dibatang kemaluannya.
"Nahhh..., gitu dong Moyyy lu kudu belajar nyervis kontol! jangan
pasif gitu kalo lagi entotan, gua kan jadi ngerasa tidur ama guling,
tapi ngak apa!! lu kan baru, jadi belon tau cara ngentot yang
bener.., sipppp...lahhh...terus Moyyyyy" mulut Bang Tagor
menceracau seperti orang sedang mengigau.
Bang Tagor meraih tangan Fitri Diniyani dan meletakkannya pada
batang kemaluannya "Ayoo.. Moyyy sambil dijilati, lu kocok-kocok
kontol gua..!Isepppp..." si preman mengajari Fitri untuk memainkan
kemaluan Pria, dan Fitri Diniyani melaksanakan perintah Bang Tagor
dengan patuh, penolakan gadis itu seolah-olah menguap , sirna
entah kemana, Tiba-tiba saja Fitri Diniyani dengan sukarela
menjadi budak seks Bang Tagor..
Kenapa.....?
Dalam hati, Fitri juga bertanya-tanya , mungkinkan ini akibat
perasaan putus asa dan rasa tidak berdaya dalam tindihan si
preman berkepala botak itu yang akhirnya justru memberikan
sebuah sensasi kenikmatan yang semakin meledak-ledak
didadanya? Gadis Chinese Cantik bermata sipit itu seolah-olah
ingin berteriak-teriak dengan keras
"Banggg, perkosa aku lagi bangggggg...!"
"Enak banget Banggg... kocokkkkkkk... yang keras..!! Ahhhhh"
Fitri juga merasakan sebuah sensasi yang luar biasa ketika
menyadari dirinya sedang ditonton oleh empat orang anak buah
Bang Tagor yang terkekeh-kekeh memandanginya dengan tatapan
mesum mereka, decak-decak kagum diiringi komentar-komentar
mesum kadang-kadang terdengar dari mulut keempat orang itu.
Mulut Fitri menciumi buah pelir Bang Tagor, lidahnya terjulur-julur
keluar mengulas-ngulas biji pelir si preman, kemudian jilatan dan
ciumannya naik kebatang kemaluan Bang Tagor. Lidah Fitri
Diniyani , menari-nari, diatas kepala kemaluan Bang Tagor yang
bentuknya mirip helm, tangan Fitri terus mengocok-ngocok batang
penis yang sangat dibencinya sampai kemerahan, atau mungkin
juga lebih cocok yang tadinya sangat dibenci oleh gadis bermata
sipit itu.
Fitri Diniyani sibintang pelajar merasakan perasaan yang aneh,
ketika merasakan denyutan-denyutan hangat Batang kemaluan
Bang Tagor dalam genggaman telapak tangannya, Ia menatap
kepala kemaluan Bang Tagor sebentar sebelum membuka mulutnya
lebar-lebar dan "Huuufffhhh.. nmmm..nmm" suara mulut Fitri
terdengar begitu mengasikkan ditelinga sang preman, tubuh si
preman sampai merinding merasakan kemaluannya sedang diemut-
emut oleh seorang gadis Chinese cantik bermata sipit yang masih
anak sekolahan, tubuh gadis itu masih segar dan kencang. Bang
Tagor menarik kemaluannya dari mulut Fitri, ia bangkit dan berdiri
di pinggiran ranjang kemudian tangannya menarik tangan gadis itu
dengan kasar agar turun dari ranjang dan berdiri dihadapannya.
Kedua tangan Bang Tagor mengelus-ngelus bahu Fitri kemudian
turun mengelus-ngelus pinggangnya. Fitri merayapkan tangannya
yang mungil meraba-raba dada Bang Tagor yang berbulu,
kepalanya menengadah sedikit keatas agar dapat menatap wajah
buruk Bang Tagor, wajahnya gadis Chinese bermata sipit itu
tampak sensual dengan bibirnya yang sedikit terbuka. Fitri Diniyani
mengalungkan wajahnya keleher Bang Tagor, kaki gadis itu agak
berjingjit ketika menarik wajah Bang Tagor kearah wajahnya.
Fitri menjulurkan lidahnya keluar sedangkan Bang Tagor membuka
mulutnya lebar-lebar dan "Hssscepppkk... Hsssssscepk.." Mulut
Bang Tagor tampak rakus menghisapi lidah Fitri, sesekali mulut
Bang Tagor menghisap kuat-kuat mulut gadis itu yang sedikit
terbuka dengan pasrah, pinggiran mulut Fitri tampak basah oleh air
ludahnya yang bercampur dengan air ludah dari mulut Bang Tagor,
keempat orang preman anak buah Bang Tagor berteriak-teriak
dengan liar. Bang Tagor membalikkan tubuh Fitri kearah anak
buahnya, si preman seakan-akan ingin memamerkan kemulusan
tubuh gadis Chinese bermata sipit itu, dihadapan anak buahnya.
Keempat orang anak buah Bang Tagor berteriak-teriak liar.
"Huahhh!! Cantik Amatttt!!..."
"Wee Heee, liat memeknya..."
"jadi ngak sabar nihhh..., pengen nyobain!!"
Bang Tagor memposisikan dirinya dibelakang Fitri sambil
menunggingkan tubuh gadis itu. Ia merendahkan posisi
kemaluannya dan kemudian "Jrebbbbb........ Jebbbbbb... Ahhhhhh.."
Fitri mendesah ketika merasakan kepala kemaluan Bang Tagor
mulai terbenam memasuki dirinya dengan paksa, tangan kanan
Bang Tagor membelit pinggang Fitri sedangkan tangan yang
sebelah kiri merayap mengelusi dan meremas-remas buah dada
gadis Chinese itu.
Terdengar suara riuh rendah teriakan keempat orang preman anak
buah Bang Tagor ketika menyaksikan tubuh Fitri Diniyani mulai
terayun-ayun mengikuti helaan kemaluan Bang Tagor sebuah
persetubuhan sengit yang sangat kontras antara Fitri Diniyani yang
masih anak sekolahan dengan Bang Tagor si preman berwajah
buruk berkepala botak.
"Ahhhh... Nnnnnggghhh" wajah gadis itu bersemu merah sehingga
menambah cantik wajahnya yang imut, matanya yang sipit terpejam
rapat ketika merasakan nikmatnya disetubuhi secara liar dan
brutal."Ahhhh... Aaaa Awwwww... Nnnnnggg CRRRTT" satu teriakan
panjang gadis itu mengantarkan dirinya menuju kehancuran yang
sangat nikmat.
"Blukkkkk" Suara tubuh gadis itu ketika Bang Tagor melemparkan
tubuh mulusnya keatas ranjang kembali.
"Aww..." Fitri menjerit kecil ketika Bang Tagor kembali
menerkamnya , dengan kasar laki-laki itu kembali membenamkan
kemaluannya ke dalam lubang vagina gadis itu yang hangat dan
seret.
Entah berapa kali Fitri terkulai dalam gelombang kenikmatan yang
menerpanya tanpa ampun, yang pasti akhirnya laki-laki yang
menindihnya tiba-tiba menggeram, wajah cantik Fitri Diniyani
mengernyit kesakitan ketika merasakan gigitan gemas bang Tagor
dilehernya hingga memerah meninggalkan bekas gigitan,
bersamaan dengan itu Fitri merasakan ada cairan panas yang
menyemprot berkali-kali di dalam lubang vaginanya.
Hampir setengah jam lebih Bang Tagor duduk diatas kursi yang
terbuat dari Rotan, kedua kakinya mengangkang lebar-lebar,
kemaluannya terkulai kesamping kanan dan lender-lendir berwarna
putih seperti lem yang mulai mongering sementara Fitri Diniyani
masih tergolek diatas ranjang dekil itu, matanya yang sipit
memandangi si preman berwajah buruk itu, kedua kakinya
mengangkang lebar-lebar seakan-akan memohon agar Bang Tagor
kembali menggeluti tubuhnya yang terlentang dengan pasrah diatas
ranjang dekil itu. Setelah mengumpulkan tenaganya Bang Tagor
berdiri sambil bertanya
"Somad, mana nasi goreng pesenan gua ?"
"Ada Bang, diluar.. dimeja makan..."
Bang Tagor melangkahkan kakinya , pada saat Bang Tagor hendak
membuka pintu Somad bertanya...
"Boleh Bang ?"
"Ambil sana.." Bang Tagor melirik kearah ranjang kemudian
terkekeh-kekeh keluar dari dalam kamar itu.
*****************
Sementara itu didalam kamar...
Empat Orang laki-laki berwajah sangar menghampiri ranjang dekil
itu, mata mereka melotot melihat lekuk liku tubuh Fitri Diniyani dari
jarak sedekat ini, entah kenapa nafas Fitri mendengus-dengus
semakin keras ketika menyadari tubuhnya kini sedang ditonton
oleh anak buah Bang Tagor, ia menekuk kedua kakinya seperti
huruf "A" kemudian mengangkangkan kedua kakinya kesamping kiri
dan kanan mirip huruf "M", seolah-olah ingin mempertontonkan
keindahan vaginanya yang mungil dihadapan anak buah Bang
Tagor. Bang Aryo menarik tubuh Fitri Diniyani dari atas ranjang
dekil itu, gadis cantik itu kini mulai dihimpit dari belakang, depan,
kiri dan kanan.
Bang Aryo memeluk tubuh gadis itu dari belakang bibir Bang Aryo
mengecup-ngecup tengkuk leher gadis itu, gigitan-gigitan kecil
sesekali bersarang dileher belakang gadis bermata sipit itu. Bang
Somad meremas induk buah dada Fitri Diniyani kemudian jari
tangannya menarik-narik putting susu gadis itu yang kembali
mengeras. Bang Maman tersenyum lebar, kepalanya merunduk,
mulut terbuka lebar, ia mengigit-gigit putting susu Fitri Diniyani,
sesekali diemutnya kuat-kuat puncak buah dada gadis itu sampai
pemiliknya meringis-ringis antara sakit dan nikmat. Bang Dadang
menekuk lututnya kemudian bersujud dihadapan kaki gadis itu,
tangannya mengelus-ngelus permukaan paha gadis itu, jari
tengahnya menghadap keatas dan "Crebbbb..." Bang Dadang
memasukkan jari tengahnya kejepitan lubang sempit
diselangkangan gadis itu, mata gadis itu membeliak kemudian
perlahan-lahan menjadi semakin sayu,
Tangannya yang mungil meraih batang kemaluan Bang Somad dan
Bang Maman, kedua laki-laki itu terkekeh-kekeh senang merasakan
tangan gadis Chinese itu mulai melakukan kocokan-kocokan yang
teratur pada batang kemaluan mereka, sementara keempat laki-laki
bertampang sangar dan kasar itu perlahan-lahan mereguk
kenikmatan dari kehangatan dan kemulusan tubuh gadis itu.
"Ahhhh... Nnnnnnnhhhhhhh......" tubuh Fitri menggeliat-geliat resah,
kenikmatan yang diberikan oleh keempat orang preman yang
menggeluti tubuhnya ,semakin meledak-ledak dan meluap tanpa
dapat ditampung lagi oleh gadis bermata sipit itu.
Sambil terkekeh-kekeh, Bang Somad segera naik keatas ranjang,
setelah menggusur tubuh gadis itu ketengah ranjang, Bang Somad
membaringkan tubuhnya disisi kiri Fitri Tangan Bang Somad
mengelus perut gadis itu kemudian merayap semakin naik dan
mengelusi induk payudara Fitri dengan gerakan yang teratur,tidak
berapa lama Bang Somad menundukkan kepalanya dan menciumi
bulatan susu Fitri sebelah kiri.
Setelah naik keatas ranjang, mulut Bang Dadang mengenyot kuat-
kuat puncak payudara gadis itu, lidahnya bergerak mengulas-
ngulas puting susu Fitri yang berwarna pink, kemudian Bang
Dadang menggeser tubuhnya sedikit keatas sambil menyibakkan
rambut Fitri yang acak-acakan, agar dirinya dapat menikmati wajah
gadis itu dari jarak dekat, mulut Bang Dadang mengulum bibir
gadis bermata sipit itu, "Mmmmmm... Nnnnnn" Suara mulut Fitri
Diniyani terdengar menggairahkan, Bang Dadang sesekali
melepaskan mulut gadis itu sambil memandangi kecantikan gadis
itu yang semakin sensual. Suara kecupan-kecupan terdengar
dengan keras ketika Bang Dadang mengecupi bibir gadis itu yang
sedikit terbuka. Bang Maman ikut merangkak, naik mendekati
mangsanya sambil tersenyum lebar, ia mendekatkan kepalanya pada
buah susu gadis itu sebelah kanan, lidahnya terjulur keluar dan
mengulas-ngulas puncak payudara gadis itu, sesekali mulut Bang
Maman dengan gemas mengigit kecil bulatan buah dada gadis itu,
kemudian mulutnya tampak kempot ketika Bang Maman dengan
rakus menyedot-nyedot puting susu Fitri. Kedua tangan Bang Aryo
mengelus-ngelus paha gadis itu , sambil mendekatkan kepalanya
kearah vagina gadis itu, lidahnya terjulur keluar dan mengulas-
ngulas belahan bibir vagina gadis bermata sipit itu yang merengek-
rengek dengan manja. Lidah Bang Aryo semakin liar mengulas-
ngulas daging kelentit gadis itu yang semakin mengkilap indah.
"Ohhhhhhhh... Nnnnnhhh... Ahhhhhhhhh...." Gadis bermata sipit itu
berkali-kali merinding merasakan kenikmatan yang merayapi
sekujur tubuhnya.
Bang Aryo tersenyum sambil merentangkan kedua kaki gadis itu
semakin melebar kesamping, ia mulai menggesek-gesekkan kepala
kemaluannya pada belahan bibir vagina Fitri Diniyani. "Sleeephhh..."
perlahan-lahan kepala kemaluan Bang Aryo terbenam kedalam
lubang sempit diselangkangan gadis bermata sipit itu.
"Ahhhhhhhhhhhh...!! " desahan keras terdengar ketika dengan sekali
jadi Bang Aryo membenamkan kemaluannya, selanjutnya tubuh
gadis itu tersentak-sentak mengikuti helaan kemaluan Bang Aryo.
"Annnhh... Ouhhhhh... Achhhhhhhh Bangggg... Heeennhhh " kepala
gadis itu tergeleng-geleng kekiri dan kekanan ketika Bang Aryo
semakin kuat menyodok-nyodokkan kemaluannya menggasak
lubang vagina gadis itu, belum lagi Bang Somad dan Bang Maman
yang seakan-akan berlomba semakin rakus menyedoti puncak
payudaranya. Bang Dadang manarik kepala Fitri kearah
selangkangannya kemudian tangannya menjejalkan kemaluannya
kemulut gadis itu sambil berkata
"ketimbang lu cuma ngomong uh-ah, uh-ah melulu, mendingan lu
emut neh kontol gua.. he he he"
"Hufffhhhh.. Mmmm... Mmmmmmmmmm...." kepala kemaluan Bang
Dadang bersukaria dalam emutan mulut Fitri Diniyani, tangan Fitri
meremas-remas seprai dekil itu, tubuhnya mengejang dengan kuat
dan "Crrrrrrrrrrrrrrrrrr....!! CRRRRTTTT" meledaklah cairan kenikmatan
itu tanpa ampun, keempat laki-laki berwajah sangar itu terkekeh-
kekeh ketika menyaksikan tubuh gadis bermata sipit itu terkulai
dengan lemas, keringat yang bercucuran ditubuh gadis itu
membuat tubuhnya semakin basah dan mengkilap indah dibawah
sinaran lampu neon didalam kamar itu. Bang Aryo semakin kuat
menusuk-nusukkan kemaluannya sampai bunyi - bunyi becek
semakin terdengar dengan keras.
"Clepp.. Clepp... Pleppppphhh", semakin kuat bang Aryo menusukan
kemaluannya semakin kuat pula tubuh gadis bermata sipit itu
terguncang-guncang diatas ranjang dekil itu, sesekali Bang Aryo
menghela kemaluannya dengan perlahan-lahan, terkadang iramanya
dibuat semakin cepat dan kuat kemudian dipelankan lagi, seakan-
akan sedang mempermainkan gairah birahi gadis itu, sampai suatu
ketika
"Awwwwkkkssss...! Akhhhh Bangggg Crrrttttt....Crrrrr" Fitri tidak
sanggup bertahan lebih lama, benteng pertahanannya jebol dan
menyemburkan cairan lengket itu dengan denyutan-denyutan yang
terasa sangat nikmat.
"Arggghhh...Kecrottt... Cruuuuuttttt" kepala kemaluan Bang Aryo
juga berdenyut-denyut nikmat memuntahkan cairan lengketnya
didalam vagina Fitri.
Bang Dadang tidur terlentang sambil menarik pinggul gadis itu,
Fitri Diniyani mengikuti kemauan si preman yang terkekeh-kekeh
keenakan ketika gadis itu mulai menekankan kepala kemaluan Bang
Dadang agar dapat memasuki lubang sempit diselangkangannya.
Mata Fitri Diniyani yang sipit terpejam-pejam ketika merasakan
kemaluan Bang Dadang mulai menyeruak memasuki lubang
vaginanya. Entah kenapa tubuh Fitri mulai bergoyang, gadis itu
menaik turunkan pinggulnya dengan sukarela, kepalanya terangkat
keatas, desahan dan rengekan-rengekan manja terdengar dari
bibirnya yang mungil, bang Somad dan Bang Maman mengelusi
payudara gadis itu, terkadang tangan mereka menggenggam induk
payudara gadis itu dan meremas-remasnya dengan kasar.
"HA HA HA, gua ngak nyangka !! cepet juga lu belajar.., nih gua
bantuin biar tambah enak !!" Bang Dadang menyodokkan
kemaluannya berkali-kali keatas, Fitri menggigit bibirnya menahan
kenikmatan yang semakin lama semakin membuat dirinya
melambung tinggi keatas awan kenikmatan. Tiba-tiba gerakan
gadis itu berhenti tubuhnya mengejang, kedua tangannya bertumpu
pada bahu bang Dadang..., nafasnya seakan-akan tertahan dan
berhenti
"Heennnhhhhhh!! CRRTTT CRRRRTTT... Blukkkk"gadis itu mengejan
dengan kuat dan kemudian rubuh diatas dada Bang Dadang, tangan
Bang Dadang memeluk tubuh gadis itu erat-erat.
"Bucat lagi ya Moyy...? He he he"
Fitri hanya terdiam, gadis itu menolehkan kepalanya kebelakang
ketika merasakan bahunya ditarik oleh seseorang, rupanya Bang
Somad, tangan kiri Bang Somad melingkar membelit pinggang
gadis itu sedangkan yang kanan menjejalkan kepala kemaluannya
kearah lubang anus gadis bermata sipit itu, Fitri mengerang ketika
merasakan lubang anusnya melebar dan semakin lebar, kepala
kemaluan Bang Somad dengan beringas membongkar lubang anus
gadis itu.
"Heggghhhhh..." mata gadis itu membeliak ketika merasakan
sesuatu menyodok dan kemudian menusuk semakin dalam
memasuki lubang anusnya, tangan Bang Somad mencengkram
pinggul gadis itu, selanjutnya dua batang kemaluan itu semakin
liar menggasak lubang anus dan lubang vagina Fitri, Bang Maman
merendahkan kepalanya dan lidahnya mengulas-ngulas bulatan
buah dada gadis itu.
"Nnnngggghhhhhhh, Ohhh Enakkkkkkkkk. Bangettt Sihhhhhh,
Ahhhh." Tanpa sadar Fitri berteriak keenakan, kepalanya terangkat
teratas , bibirnya mendesah-desah dan sesekali berteriak kecil.
"Enak ya Moy...?" Bang Dadang semakin semangat menusuk-
nusukkan kemaluannya keatas sekuat tenaga, sehingga suara
becek terdengar semakin keras "Crepppp... Croopppppp...
Cloppppp... Kecloppp"
"Ini belum seberapa Moy, Ntar lu bakal keenakan sampai menjerit-
jerit minta tambah... HA HA HA" Bang Somad menghujamkan
kemaluannya sedalam-dalamnya kedalam lubang Anus Fitri
Diniyani.
Rintihan-rintihan Fitri Diniyani semakin terdengar keras, rengekan-
rengekan manja terdengar dari mulutnya,tubuh gadis itu
menggeliat-geliat, teriakan-teriakan liarnya bertambah keras dan
keras...sampai...
"Ahhhhhhhhhh!!!!!" Fitri membuka matanya lebar-lebar, nafasnya
memburu , sehingga dua buah gundukan buah dadanya tampak
bergerak-gerak dengan indah.
***************************
Kemanakah Bang Tagor ? Trus kemanakah keempat anak buahnya
yang sedang asik-asiknya menikmati tubuhnya yang mungil, Fitri
menggerak-gerakkan tangan dan kakinya, namun ikatan itu terlalu
kuat mengikat kedua tangan dan kakinya sehingga tubuhnya tetap
terikat mirip huruf "X" diatas ranjang dekil itu. Gadis itu menatap
kaca jendela didalam kamar itu, gelapnya malam masih menghiasi
kaca jendela yang agak buram karena berdebu tebal.
Apakah yang sebenarnya terjadi ?
Pintu kamar itu terbuka lebar, anak buah bang Tagor bersungut-
sungut ketika Bang Tagor menyuruh mereka keluar dari dalam
kamar, keempat preman itu menghardik si kecil Misdi agar segera
turun dari atas tubuh Shierlen, mata Misdi melotot melihat Shierlen
langsung digumuli oleh keempat orang preman anak buah Bang
Tagor
"Hmmm... ini kesempatan gua..!!" pahlawan kecil kita perlahan-
lahan melangkah mundur, kaki kecilnya sedikit berjingjit-jingjit,
kemudian perlahan-lahan membuka pintu kamar dan menyelinap
masuk kedalam.
"Lepaskan...!! Tidakkk...!! keparatttt...!!" Fitri memaki Bang Tagor
ketika tangan laki-laki itu mengelus permukaan buah dadanya,
satu elusan pertama membuat nafas Bang Tagor semakin memburu
ketika telapak tangan kanannya yang kasar menyentuh permukaan
payudara Fitri yang lembut dan Halus. "Brengsekkkkk..!
Lepasiiinnnnn" Fitri berusaha menggeser-geserkan punggungnya
menghindari tangan Bang Tagor yang semakin kurang ajar
mengelus-ngelus dan sesekali meremas induk payudaranya.
Bang Tagor hanya terkekeh-kekeh, sesekali tangannya mencubit
dan menarik-narik putting susu gadis itu, jeritan-jeritan Fitri
bagaikan sebuah senandung yang merdu ditelinga Bang Tagor,
makian-makian gadis itu hanya membuatnya semakin bernafsu
untuk merayapi bukit buah dada gadis itu yang semakin
keras,seperti juga halnya Fitri yang tidak dapat menyembunyikan
perasaan terangsangnya, sampai akhirnya ketika tangan kedua
tangan Bang Tagor kembali meremas - remas dua bongkahan induk
payudaranyanya dengan gerakan yang teratur mulut gadis itu hanya
dapat berkata lirih... "Ohhhhhhhh... Jangg.. jangannnhhhh"
"Keparat...!! , Hkk Hkkkk..." gadis bermata sipit itu mulai terisak
menangis ketika tubuh Bang Tagor mulai meneduhi tubuhnya yang
mungil,
Mata gadis itu berlinangan air mata ketika merasakan kepala bang
Tagor menggeliat didadanya, hembusan nafas laki-laki berkepala
botak dan berwajah buruk itu terasa menerpa permukaan
payudaranya. Mulut Bang Tagor terbuka lebar dan dengan kasar
dicaploknya puncak buah dada Fitri sehingga gadis itu memekik
kaget, tubuhnya mengejang ketika merasakan hisapan-hisapan
mulut Bang Tagor di buah dadanya sebelah kiri. "Sekarang lu
nangis, tapi ntar lu bakal teriak, minta tambah he he he!!" kata
Bang Tagor sambil pindah mengemut dan menciumi buah dada Fitri
sebelah kanan.
Bang mengatur posisinya ia bersujud mengangkang sambil
mengarahkan kepala kemaluannya menggesek-gesek bibir vagina
Fitri Diniyani, gadis itu memandangi kemaluan sang preman yang
hitam dan panjang, yang sudah siap untuk mencabik-cabik
kehormatannya, sungguh berat beban mental yang harus diterima
oleh gadis itu sehingga Fitri mengeluh panjang dan pingsan
ketakutan.
"Yeee..., Moyyy, bangunnnn... yaaa elu, pake acara pingsan segala
sih.." Bang Tagor menepuk-nepuk pinggul Fitri diniyani sibintang
pelajar.
"Bodo Ah..! "Sipreman tidak mempedulikan keadaan Fitri yang
sudah terkapar pingsan tanpa daya, ia meneruskan menggesek-
gesekan kepala kemaluannya kebibir vagina Fitri. (Red : Udah
pingsan, langsung deh Fitrinya Mimpi diperkosa Hue he he he)
Bang Tagor tersenyum lebar sambil menekan-nekankan kepala
kemaluannya berusaha membongkar lubang vagina gadis itu yang
masih tertutup rapat belum pernah dimasuki oleh benda asing
diselangkangan Bang Tagor...Sebuah tangan mungil terjulur kearah
selangkangan Bang Tagor dan dengan sekali sentak tangan itu
membetot kemaluan Bang Tagor kebelakang... pada saat yang
bersamaan dua buah serangan menghantam biji kemaluannya
dengan telak. "Pletokkkkkkk..... Pletokkkkkkkk"Suara hantaman itu
terdengar dengan keras.
"Heggghhhhh, Anjrittttt!! Modarr Aingggg!!" si preman memegangi
selangkangannya.
"Hihhhhh... Bukkkk Bukkkk... Bukkkkk" berkali-kali pahlawan kecil
kita menghantamkan tongkat kayu ditangannya kekepala kemaluan
Bang Tagor sampai-sampai kepala penis Bang Tagor babak belur
dihajar oleh si kecil Misdi. Anak buah Bang Tagor menyerbu
kedalam kamar, Misdi tertangkap dan digulung oleh keempat orang
preman anak buah bang Tagor.
"Bangggg..!! Ngakk apa-apa Bangggg...!"
"Haduhhh.... Haduhhhhhhhhh.... Haduhhhhhhhh "mulut Bang Tagor
mengaduh-ngaduh kesakitan, tangannya memegangi benda
kesayangannya yang babak belur dihajar oleh pahlawan kecil kita.
Si preman tampak beringas menghampiri jagoan kecil kita yang
sudah terkapar akibat digulung oleh anak buah Bang tagor, tangan
Bang Tagor menjambak rambut sikecil Misdi dan menggusur tubuh
Misdi keluar kamar.
"Awasss...!! Jangan ada yang berani ngapa-ngapain gadis itu, gua
duluan..!!" Bang Tagor menolehkan kepalanya kebelakang.
"Lohhh.. , tadi belum ya Bang..????" Bang Aryo bertanya dengan
polos.
"Gobbblokkk..!! Apa Mata lu buta ?? Ngak liat keadaan gua !!
Hahhhh!!" Bang Tagor membentak Bang Aryo sambil mengaduh dan
memegangi selangkangannya, keempat anak buah Bang Tagor
menundukkan wajahnya tidak berani memandangi wajah Bang Tagor
yang sedang murka.
"Pokoknya awasss...!! Jangan ada yang berani mengganggu gadis
itu ngarti"Bang Tagor kembali mengingatkan anak buahnya.
"Iya Bangg..." keempat orang itu menjawab perlahan
Shierlen menjerit kecil melihat keadaan Misdi yang babak belur,
tubuh kecilnya diseret oleh Bang Tagor.
"Bangggg..., jangan Banggg, Kasihannnnn..."Shierlen berusaha
merebut tubuh Misdi.
"Minggir Lu..."Bang Tagor mendorong tubuh Shierlen sampai gadis
itu terjengkang terjatuh, Shierlen merangkak tanpa mempedulikan
rasa sakit ditubuhnya akibat terjatuh, tangannya berhasil meraih
tangan Misdi, gadis itu menangis memohon agar Bang Tagor
melepaskan Misdi. Misdi menolehkan kepalanya menatap Shierlen,
walaupun seluruh tubuhnya terasa remuk namun bibir sikecil Misdi
tersenyum sambil memanggil nama gadis itu "Shierrrr..." Suaranya
hampir tidak terdengar, hatinya terharu karena Shierlen membela
dirinya mati-matian.
"Eee..., Shier sini..!! jangan ikut-ikutan..!" Bang Somad menarik
pinggang Shierlen dan menarik tubuh gadis itu sehingga selamat
dari tendangan Bang Tagor.
"Misdiiiii..., Misdiiiiiiii...!!!" Tangisan Shierlen semakin keras , gadis
itu tidak henti-hentinya memanggil nama Misdi.
"Blammmmmm" Pintu rumah tipe SSSS itu menutup dengan keras,
Bang Tagor menyeret sikecil Misdi , ia tidak mempedulikan erangan
kesakitan yang terdengar dari mulut Misdi, agak jauh dari rumah
itu barulah Bang Tagor berhenti, sebuah pisau ditangannya
bergerak dengan cepat kearah selangkangan Misdi.
"Wuaaaaaaaaaaaa...." Misdi bergulingan diatas rerumputan sambil
memegangi selangkangannya, Bang Tagor tertawa terbahak-bahak
setelah menginjak "milik Misdi yang terlepas" Bang Tagor
membalikkan tubuhnya.
Misdi merasakan tubuhnya semakin dingin, pandangan matanyapun
semakin kabur, tiba-tiba Misdi merasakan ada rasa panas
diselangkangannya, ada asap tipis seperti embun pagi disekujur
tubuhnya yang semakin lama semakin membuntal bertambah tebal.
Apakah yang sedang dialami oleh si kecil Misdi ?? Trus gimana
dong nasib Fitri yang kini sedang terancam, bagaikan telur diujung
tanduk ehhh.. maksudnya vagina diujung kemaluan Bang Tagor dan
anak buahnya...akankah mimpi Fitri Diniyani menjadi kenyataan ?

Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda

0 komentar:

Posting Komentar

Silahkan komentar tapi dilarang yang berbau sara dan provokativ.