Minggu, 08 Maret 2015

The Hospital 7: Naughty Grandpa and the Virgin

Di sebuah tempat di kota Jakarta
"Argggggg...panasss...panasss!!" seorang pengemis tua bergulingan
kesana kemari, teriakan-teriakannya mengundang kerumunan warga.
Seruan kaget terdengar dari kerumunan warga ketika tiba-tiba tubuh
sipengemis tua seperti mengkerut, secara perlahan-lahan menjadi
sesosok anak kecil, kulitnya tampak seperti mengkerut, kemudian
terlihat seperti kertas yang terbakar, disertai satu lengkingan yang
mengerikan tubuh itu seakan-akan mencair meleleh. Sepasang mata
menatap kecewa, sudah berhari-hari ia mengintai si pengemis tua,
wajah yang dingin tanpa perasaan itu menyelinap, memisahkan diri dari
kerumunan para warga yang semakin banyak berkumpul
"Hhhhh.., gagall!" Pria itu membuka Hpnya dan memanggil ambulance,
beberapa saat kemudian kerumunan warga terpecah memberi jalan
untuk mobil polisi dan mobil ambulance yang baru datang.
(Red: Waduhh!!! gimana nasib jagoan kecil kita? akankah mengalami
nasib yang sama seperti si pengemis tua? yuk buruan kita tinjau ke
lokasi)
******************************
"Wuaaaaaaaaaaaa...." Si kecil Misdi bergulingan diatas rerumputan
sambil memegangi selangkangannya.
Bang Tagor tertawa terbahak-bahak setelah menginjak "milik Misdi
yang terlepas" Bang Tagor membalikkan tubuhnya, dan berlalu
meninggalkan Misdi. Misdi merasakan tubuhnya semakin dingin,
pandangan matanyapun semakin kabur, tiba-tiba Misdi merasakan ada
rasa panas diselangkangannya, ada asap tipis seperti embun pagi
disekujur tubuhnya yang semakin lama semakin membuntal bertambah
tebal. Tubuh Misdi seperti melar, perutnya membuncit, dari
selangkangannya tumbuh daging seperti bola kasti dengan belahan
seperti sebuah bintang ditengah-tengah bola besar itu yang semakin
lama semakin menonjol keluar, seperti tanaman yang sedang tumbuh.
Misdi merasakan ada tenaga yang sangat besar mengalir memenuhi
tubuhnya yang sedang mengalami perubahan, perlahan-lahan rasa
panas semakin sirna. Tubuh Misdi yang kini sudah mengalami proses
metamorfosis tiba-tiba bangkit. Misdi memandangi tubuhnya, keriput
kering, terus mmemegang sesuatu yang terasa mengganjal diantara
kedua pahanya dan....!!
---------------------
"Yeeee... , Sis!!! koq gua jadinya jelek gini, tua, keriput, perut gua
buncit kaya mau ngelahirin, rada ganteng kek dikit!!" jagoan kita
cemberut, bibirnya manyun.
(Red : Hahhh ?! Koqq bisa protes segala ? Ya...Euhhh,abis gimana lagi
dong, namanya juga Beauty and The Beast, Bukan Beauty and
Handsome....^^, Tapi liat dulu donggg ukuran yang di bawah sono he he
he ^^ )
Misdi menengok kebawah sambil memegang barang barunya, memang
ngak mengecewakan, gede, panjang, biarpun lubang dikepala penisnya
agak aneh, berbentuk bintang.
"Ya.. udah lahh, ngak apa-apa.., wa maapin...,terusin ngetiknya sis,
biar gua urus Si Tagor... inget n'tar wa yang menang ya.....jangan lupa
atau salah ketik" Jagoan kita kini bangkit berdiri, benda hitam dan
panjang itu berayun-ayun diselangkangannya.(Red : Duh.., pake nyuruh
lagi T_T )
-------------------------
Bang Tagor berjalan menuju rumah tipe SSSS. Si preman berkepala
kotak itu cengar-cengir membayangkan santapan lezat yang sempat
tertunda karena gangguan dari jagoan kecil kita yang kini udah nggak
kecil lagi.
"Wussshhhh..." angin kencang bertiup kemudian menghilang,
meninggalkan rasa dingin ditubuh sipreman.
Bang Tagor melirik ke kiri dan ke kanan, si preman merasa ada
seseorang yang sedang mengikutinya.
"Jadi merinding..!! Hiihhhhh... seremm" Bang Tagor mengusap
tengkuknya, kemudian buru-buru melangkah, sambil berulang kali
menengokkan kepalanya kearah belakang,
Tiba-tiba Bang Tagor berteriak kaget ketika wajahnya menatap kembali
ke depan. Wajah buruk itu berhadapan dekat sekali dengan wajahnya,
wajah yang tua keriput, lebih buruk dari wajah Bang Tagor yang sudah
buruk rupa.
"Sialan..., Sapa lu !! " Bang Tagor melompat kebelakang, matanya
melotot menatap sosok kakek tua berkulit keriput dengan wajah buruk
menghadang jalannya, dan mata Bang Tagor tambah melotot melihat
sesuatu yang sangat panjang dan besar menggantung di selangkangan
si kakek.
Tangan Bang Tagor bergerak memukul ke arah dada ketika si kakek
menghampirinya, "Bukkkk.... Whaduhhhhh...."
Bang Tagor meringis sambil memegangi hidungnya, entah kapan tangan
si kakek bergerak satu tonjokan telak menghantam batang hidungnya,
selanjutnya terdengar suara mengaduh berkali-kali ketika tangan
jagoan kita mendarat diwajah dan ditubuh Bang Tagor si preman botak
berbibir sumbing.
"Bangsat..!" tanpa terduga Bang Tagor mengeluarkan sebilah pisau,
secepat kilat tangannya bergerak kearah leher Misdi dan "Crebbbbbb....
Ha Ha Ha mampus lu" si preman ngakak merasakan serangannya
berhasil, perlahan-lahan wajah si preman berubah pucat. Matanya
mendelik ketika melihat luka yang menganga lebar dileher si kakek
perlahan-lahan mengatup kembali.
(Misdi Juga terkejut, disangkanya, Nyawanya bakalan check-out dari
muka bumi ini dan meninggalkan Para mupenger's ^^.)
"Too.. Tolonggggg...!! Settannnn!!" Bang Tagor berlari ditengah malam.
Jagoan kita Misdi mengejarnya. Batang kemaluannya yang panjang dan
besar bergelantungan kesana kemari diselangkangan kakek itu.
"Prakkkkk.......Haduhhhh" si kakek menghadang Bang Tagor kemudian
sambil melompat tangan Misdi menghantam kepala Bang Tagor.
Bang Tagor mengaduh kesakitan. Mata si preman mendelik tubuh Bang
Tagor rubuh di hadapan Misdi. Tangannya menggapai-gapai mencari
pegangan.
"Waduhhhhhhh..."kini giliran Misdi yang mengaduh, sambil memegangi
benda di selangkangannya yang terbetot oleh Bang Tagor
"Ngeehhh Heeeee..., kalo Mau mampus, mampus aja... , pake pegang-
pegang segala !!! Bukkkkkkk...!!"
Misdi menendang tubuh Bang Tagor sambil menggerutu panjang lebar,
ia tidak terima senjata barunya terbetot oleh Bang Tagor, biarpun hanya
untuk sesaat.
************************
Sementara dirumah tipe SSS
Di atas sofa Shierlen menggeliatkan tubuhnya keluar dari himpitan
Bang Somad, suara dengkuran terdengar dari keempat orang itu yang
tertidur dengan pulas sehabis mereguk kenikmatan dari tubuh Shierlen.
Dada Shierlen terasa sesak, sambil memakai pakaiannya, ia kembali
terisak mengingat nasib Misdi yang tragis.
"Fitri..! " Mendadak Shierlen teringat akan nasib Fitri, ia meraih pakaian
Fitri dari atas lantai, kemudian Shierlen melangkahkan kakinya dengan
terburu-buru menuju kamar.
Di dalam kamar, Fitri yang sudah terbangun dari mimpinya ( hehehe...)
tengah meronta-ronta sekuat tenaga, berusaha menarik-narik kedua
tangan dan kakinya yang terikat dengan kuat. Wajah Fitri menoleh
kearah pintu ketika mendengar suara pintu yang terbuka, ekspresi
wajahnya terlihat sangat ketakutan, wajahnya terlihat sedikit tenang
melihat siapa yang masuk kedalam kamar itu.
"Shierrr... tolonggg..." Fitri memelas meminta tolong, sambil menangis
terisak-isak , Shierlen buru-buru melepaskan ikatan pada tangan dan
kaki Fitri.
Shierlen membantu Fitri berdiri, gadis itu tampak kelelahan akibat
berusaha sekuat tenaga melepaskan dirinya dari ikatan yang mengikat
tangan dan kakinya. Shierlen membantu Fitri mengenakan pakaiannya
kembali.
"Shier..., kita harus larii.." Fitri memandangi Shierlen
"Fitt.., maafkan.. aku.. akuuu....hkk hkkk yang..." Shierlen kesulitan
mengakui kesalahannya.
"Aku.. tahu Shierrr,aku ngak sengaja mendengarnya dari mulut mereka,
aku maafin kamu koq.., aku tahu kamu hanya khilaf... "Fitri tersenyum
"Fitriii..."Shierlen terisak-isak sambil merangkul teman baiknya, ia
semakin merasa menyesal telah melakukan perbuatan sebodoh ini.
"Krekeeetttt..." pintu kamar itu terbuka lebar.
"Eeee, si Amoy udah bangun..."Bang Somad terkekeh-kekeh
menghampiri kedua gadis itu.
"Kirain, nangis diperawani sama Bang Tagor...hahaha!" Bang Maman
cengengesan sambil memandangi Fitri Diniyani
"Kalian mau apa ?" Shierlen menyembunyikan Fitri di balik
punggungnya.
"Ya, kami mau ngentotin dia, He he he" Bang Dadang menatap
beringas, matanya menatap Fitri dengan tatapan mata yang berbinar-
binar.
"Shierrr..." Fitri bergetar ketakutan ketika keempat laki-laki itu semakin
dekat menghampiri.
"Keparattt...!! Plakkkk" Shierlen menampar wajah Bang Somad ketika
laki-laki itu mendekat, Bang Somad terhunyung kebelakang, kemudian
Bang Somad menerkam, menerjang Shierlen dan memiting tangan
Shierlen kebelakang "Awww.. aduhhh..." Shierlen memekik kesakitan.
"Tidakkkk... Awwww...." Fitri meronta-ronta ketika Bang Dadang
memeluk tubuhnya yang mungil dari belakang..
"Lepaskan Dia...!! Bajingannnn, Awwwhhh" Bang Somad menjambak
rambut Shierlen, bibir Bang Somad menyumpal bibir gadis itu.
Bang Somad berusaha mengimbangi tenaga Shierlen yang terus
meronta-ronta.
Habis sudah kesabaran Bang Somad
"Diemmm!! Lu kenapa sihhh...!!" Bang Somad semakin keras menarik
rambut Shierlen kebelakang, sampai Shierlen tidak berkutik lagi karena
kesakitan.
"Ngapain sih pake baju , Moyyy.. He He He" Bang Aryo menaikkan baju
kaos Fitri keatas.
"Iya Nihh.., Bagusan tadi waktu lu telanjang..., Sini gua bantuin buka
HA HA HA" Bang Maman merayapkan kedua tangannya kebalik rok mini
yang dikenakan Fitri, tangan Bang Maman merengut celana dalam gadis
itu. Fitri merapatkan kedua kakinya berusaha mempertahankan kain
segitiga diselangkangannya. Bang Maman dengan nafsu memuncak
membetot kain segitiga itu.
"Ha Ha Ha Ha" "Dapet Apaan Tuh..." "Telanjangin..." para preman itu
terkekeh-kekeh melihat keberhasilan Bang Maman.
Fitri menjerit-jerit ketika tangan Bang Maman melingkar kearah
belakang pinggulnya dan menarik resleting rok mini itu turun
"Sretttt....",
Rok Mini itu melorot turun, Mata Bang Maman mendelik melihat
kemolekan selangkangan Fitri. Bang Dadang merentangkan tangan
gadis itu keatas agar Bang Aryo dapat lebih mudah melaksanakan
tugasnya, Bang Aryo tersenyum sambil menarik baju kaos Fitri ke atas
"BHnya sekalian, jangan tanggung-tanggung He He He"
"Fitriii..! Ohhhhhhhh...Tidakkkk" Shierlen mendadak lemas menyadari
apa yang akan menimpa temannya, ia bersandar lemas pada tubuh
Bang Somad.
"He he he.." Bang Somad menciumi bagian belakang telinga Shierlen,
Shierlen memalingkan wajahnya kearah lain, air mata mulai berlinangan
dari matanya yang sipit, gadis itu tidak sanggup menyaksikan Fitri
yang sedang meronta-ronta berusaha mempertahankan kesuciannya.
Bang Somad menarik rambut gadis itu sehingga kini wajah Shierlen
menghadap kedepan "Lu, liat seru banget kan.. HA Ha HA", Tangan
Bang Somad beraksi melucuti pakaian gadis itu.
"Crebbbb...." Shierlen mengeluh ketika merasakan kemaluan Bang
Somad menyodok lubang anusnya, setelah berkutat dan menghentak-
hentak beberapa kali, dengan satu tusukan yang kuat melesatlah
kemaluan bang Somad berkelana kedalam lubang anus Shierlen.
"Wooiiii, lu bertiga, bawa si Amoy kesini, biar dia liat temennya
dientot" Bang Somad cengengesan, sambil memaju-mundurkan
kemaluannya mengocok-ngocok lubang anus Shierlen.
Tubuh Fitri tergusur-gusur, ditarik oleh bang Aryo dan Bang Maman
sementara Bang Dadang mendorong pinggul gadis itu dari belakang.
"Liat Moyy, liattt.. He he he" Bang Dadang memegangi kepala Fitri dan
mengarahkannya kearah Shierlen.
Tubuh Shierlen terayun-ayun dengan kuat, mulutnya mendesis-desis,
matanya terpejam-pejam keenakan. Beberapa saat kemudian Bang
Dadang berbisik sambil menjilat telinga Fitri Diniyani "Gimana Moy, asik
ngak Ha Ha Ha"
Fitri tidak menjawab, ia bahkan tidak lagi memalingkan wajahnya ketika
Tangan Bang Dadang melepaskan kepalanya, wajah Fitri merona
kemerahan. Sambil tersenyum menatap Fitri, Bang Somad menekan
pundak Shierlen kedepan, agar posisi Shierlen lebih menungging. Mata
Fitri mebeliak melihat kemaluan Bang Somad yang menghujami lubang
anus Shierlen.
"Cleppppphh...Plokkkk...plookkkk...plokkkkk" suara beradunya
bongkahan buah pantat Shierlen dengan selangkangan Bang Somad
terdengar semakin keras.
Fitri seakan-akan terlena, nafasnya memburu dengan kencang.
"Ahhhhhhh...." mulutnya mendesah ketika merasakan tangan Bang Aryo
meraba induk buah dadanya, permukaan telapak tangan Bang Aryo yang
kasar merayapi permukaan payudaranya, sesekali Bang Aryo meremas-
remas induk payudara Fitri dengan lembut, jari tangan Bang Aryo
menjepit sepasang putik payudara Fitri kemudian menarik-nariknya
dengan lembut.
Ahhh... Ennnhhh" Fitri merintih perlahan sambil sedikit menarik
pantatnya ketika merasakan geliatan-geliatan lidah Bang Dadang
disela-sela buah pantatnya
"Awww...! " Fitri tidak sanggup untuk menahan teriakannya ketika
merasakan lidah Bang Maman menggeliat liar, mengulas-ngulas
menggelitiki permukaan vaginanya, walaupun kedua kakinya masih
merapat ketakutan gadis itu tidak dapat memungkiri kenikmatan yang
mulai menggerogoti dan melahap tubuhnya yang mulus.
Rintihan dan erangan Fitri terdengar semakin keras, suaranya
bercampur dengan desahan dan rintihan yang keluar dari mulut
Shierlen, suara terkekeh-kekeh semakin sering terdengar dari mulut
keempat orang itu.
"Ahhhh... Tidakkkk...." Fitri tersentak seperti baru tersadar ketika tangan
Bang Maman mengangkat kaki gadis itu sebelah kiri sambil
menggesekkan kepala kemaluannya ke bibir vaginanya.
Rontaan Fitri membuat kepala kemaluan Bang Maman terpeleset. Bang
Dadang memiting kedua tangan gadis itu kebelakang, sedangkan Bang
Aryo membantu mendorong pinggul Fitri dari belakang agar Bang
Maman lebih leluasa melaksanakan nafsu bejatnya.
"Tidakkkkkk!! Ahhhhhhhh!!" Fitri memejamkan matanya rapat-rapat
kemudian membuka matanya lebar-lebar, ia berharap ini semua
hanyalah mimpi, namun ketiga laki-laki itu masih tetap ada di
sekelilingnya, bahkan yang satu mulai menekan-nekankan kepala
kemaluannya berusaha untuk merengut kegadisannya.
"Ahhhhhhh...!!" Fitri menjerit keras ketika kepala kemaluan itu menekan
dan mulai berhasil menyusup, mengintip dari sela-sela himpitan bibir
vaginanya.
"Brakkkkk....!! " pintu kamar itu hancur seperti dihantam oleh sesuatu
"Goblokkk...!!" "Hahhh...!!" "Sialan" yang besangkutan tampak uring-
uringan karena niat mereka terganggu.
Seorang kakek tua bertubuh jangkung dengan perut buncit,
cengengesan masuk kedalam. Empat orang preman dan dua orang gadis
Chinese berwajah cantik terseru kaget melihat keadaan si kakek yang
telanjang bulat.
"Gila.., apaan tuh yang ngegantung..." kata Bang Somad melotot sambil
menghentikan gerakannya yang sedang maju mundur, matanya melotot
kebawah ke arah selangkangan si kakek kemudian menengok kebawah
ke arah selangkangannya sendiri. Senjata diselangkangannya kalah
dengan telak dari segi ukuran maupun panjang "benda" di
selangkangan si kakek.
"Hegggkkk..., Huaaaa...! Brakkkk" bang Somad terlempar ketika Misdi
mencekik lehernya dan melemparkannya seperti mainan.
Ketiga orang preman lainnya segera mengurung Misdi, namun tidak
berapa lama tubuh mereka terlempar kesana kemari "Brakkk..."
"Brukkkkk... Aaaargh!" "Gubraggggggg"
Tidak berapa lama berhamburanlah empat orang preman yang sudah
patah nyalinya menghadapi kehebatan jagoan kita Misdi.
"Kekkk..., Tolong teman kami kekk..." Shierlen menghampiri si kakek
sambil menyilangkan tangan kanannya menutupi buah dadanya dan
tangan kiri gadis itu menutupi selangkangannya.
Fitri melakukan hal yang sama, ia memohon-mohon agar si kakek
menolong Misdi.
"Duhhhh... Susu...!!" Misdi berlagak seperti ogah-ogahan,
"Tolong kek.., saya bersedia memberikan apapun yang kakek minta
"Shierlen memohon dengan memelas.
"Apapunnn? maksud kamu? termasuk dengan tubuh kamu ?" Misdi
bertanya memastikan, ia menatap wajah Shierlen.
Kemaluannya berdiri mengacung mirip seperti kemaluan kuda jantan,
batang kemaluan si kakek berdiri dengan kokoh, bulatan batang
kemaluan Sikakek mirip botol Aqua 600 ml. (Red : supaya rada
menghayati, beli dulu dulu kewarung, he he he ^^)
"Maks.. Makssud Saya... saya..tapi.. tolloongg.. selamatkan...Misdi"
Shierlen mengangguk perlahan, gadis itu tersurut mundur kebelakang
sambil memandangi selangkangan si kakek.
Si kakek menerkam dan mengulum bibir gadis itu.
"Hemmm... Emmmmm" suara mulut Shierlen, gadis itu meronta ketika
Misdi melumatnya, tangan kiri Misdi membelit melingkari pinggang
Shierlen, sebelah lagi mengelus-ngelus permukaan punggung Shierlen
Halim dengan lembut berusaha menenangkan gadis bermata sipit itu.
Misdi menarik tangan Shierlen dan Fitri keluar dari dalam kamar. Ia
duduk diatas kursi sofa panjang butut dan bersandar dengan santai
sambil berkata.
"Nah....duduk sini..." Misdi merentangkan kedua tangannya, Shierlen
mulai melakukan tugasnya.
Sambil menelan ludah, Shierlen naik mengangkangi tubuh Misdi.
Tangan kanannya berpegangan pada bahu Misdi, sedangkan tangannya
yang kiri berusaha mengarahkan kepala penis yang berukuran jumbo
itu ke arah sela-sela sempit diantara himpitan bibir vaginanya.
"Shierrr.... " Fitri melirik kearah selangkangan Shierlen, ia
mengkhawatirkan temannya yang akan menerima kemaluan si kakek
yang besar dan panjang.
"Kamu sini!" si kakek menepuk nepuk, tempat disebelahnya yang masih
kosong.
Fitri menuruti keinginan si kakek, ia duduk di sebelah kakek tua
bertubuh buncit yang cengar-cengir dengan gembira.
"Heeengghhh.. Khekkk... Ahhh" kepala kemaluan Misdi menggeliat
sekuat tenaga berusaha meloloskan dirinya kedalam lorong sempit yang
masih kesulitan menerima kepala kemaluan sebesar itu, kedua tangan
Misdi melingkari buah pantat Shierlen, tangan Misdi meremas-remas
bongkahan buah pantat Shierlen yang empuk dan padat, sambil
menekan bongkahan pantat Shierlen, Misdi menyentakan kepala
kemaluannya keatas. "Brlepppphhhh" terdengar suara keras ketika
kepala kemaluan Misdi melesat, menghujam tanpa ampun membongkar
lorong sempit diselangkangan Shierlen
"Haaaggghh.. Akkkhhhhhhh..." Shierlen menjerit keras, tubuhnya serasa
lemas dan ambruk kedada Misdi, matanya terpejam rapat, bibirnya
mengerang.
"Kekk... Shierlenn kekk..." Fitri tampak menghawatirkan keadaan Shierlen
yang diam tidak berkutik diatas dada si kakek, tangan Fitri yang mungil
mengguncang-guncangkan bahu Shierlen, gadis itu berlutut diatas sofa
disamping pertempuran antara seorang kakek tua dengan seorang
gadis muda bermata sipit. Tangan sikakek membelit pinggang fitri dan
menarik tubuh gadis itu, Fitri menarik kepalanya ketika mulut si kakek
mengejar bibirnya yang mungil. Misdi terkekeh-kekeh, ia semakin erat
memeluk pinggang gadis itu. (Red : Duhhh.. si Misdi waktu bodynya
kecil serakah, ehhh sekarang semakin rakussss !! tangannya memeluk
dua orang gadis cantik..) Shierlen semakin keras mengerang ketika
kemaluan Misdi yang super besar itu memasuki dirinya sedikit-demi
sedikit. Batang kemaluan Misdi yang besar itu sampai tampak agak
tertekuk-tekuk ketika bergerak keluar masuk, melakukan gerakan-
gerakan mengocok. Bibir vagina Shierlen terlipat kedalam dan tertarik
monyong keluar mengikuti gerakan kemaluan Misdi yang tampak
kesulitan check in dan check out memasuki lubang kenikmatan
diselangkangan gadis itu.
"Ahhhhhh...!! Crrrrrutttt... Crrruuttttt....!!" Satu teriakan panjang terdengar
dari mulut Shierlen.
Misdi tersenyum sambil mengelus punggung Shierlen, kepala gadis itu
masih terkulai lemas dibahu Misdi, ternyata dengan "senjata barunya"
yang super jumbo tidak membutuhkan waktu lama bagi Misdi untuk
merobohkan Shierlen, keringat-keringat halus membasahi punggung
gadis itu.
Kepala Misdi mengendus-ngendus rambut Shierlen yang harum, satu
gigitan lembut, dengan nakal hinggap di daun telinga gadis itu. Kedua
tangan Misdi mencengkram kedua bahu Shierlen, dengan lembut Misdi
mendorong bahu gadis itu sehingga kini punggung Shierlen terangkat
naik, mata Misdi semakin tajam menatap dua buah gundukan buah
dada Shierlen yang putih, membuntal padat, bergoyang lembut didada
gadis itu.
"Essssshhh... Ennnhhhh... Ennnhhhhh... Kekkkkk..." kedua tangan
Shierlen berpegangan pada sepasang lengan Misdi yang sedang
memegangi bahunya.
Shierlen menatap keatas menatap langit langit , kemudian wajahnya
menoleh kearah Fitri, tangan Shierlen menarik leher Fitri kearah
wajahnya dan
"Hhhmm.. Mmmmmhhhh...." Bibir kedua gadis itu saling melumat
dengan lembut, Misdi terkekeh-kekeh dengan gembira, ia mulai
memacu kemaluannya sambil terus memegangi bahu Shierlen
"Kleepppphhh.. plepppp...Plepppp" Suara seperti benda yang sedang
dibenamkan kedalam air terdengar semakin keras.
Senyuman mesum semakin merajalela diwajah Misdi ketika menatap
bongkahan payudara Shierlen yang melompat-lompat dengan indah
seirama dengan tubuh gadis itu yang tersentak-sentak keatas
mengikuti tusukan kemaluan Misdi dilubang vagina Shierlen yang
mungil.
Entah sudah berapa kali Shierlen mencapai klimaks, tapi si kakek masih
tetap tangguh, bahkan tenaganya seolah-olah semakin berlipat ganda.
Shierlen agak lega ketika si kakek tua mencopot kemaluannya dan
dengan hati-hati si kakek membantu Shierlen duduk disampingnya,
wajah Shierlen terkulai , matanya yang sipit melirik sesuatu
diselangkangan laki-laki tua itu yang masih tegak tanpa terkalahkan.
Mendadak si kakek menerkam sambil menekan bahu Fitri. Gadis itu
tersentak kaget ketika si kakek menggesekkan kepala kemaluannya
pada belahan bibir vaginanya.
"Ahhhh... tidakkk.. jangannnn..." ada sorot mata ketakutan dimata gadis
itu
Sebenarnya nafsu Misdi sudah memuncak sampai keubun-ubun, namun
mendadak Misdi teringat masa-masa bahagia yang pernah dijalaninya
bersama Fitri, apalagi waktu Fitri dengan sekuat tenaga menyelamatkan
hidupnya yang hampir jatuh dari jendela kamar gadis itu,
menyelamatnya dari Mbok Iyem, trus dari si banci. Si kakek tersenyum
ramah sekaligus kecewa, ia melepaskan cengkramannya dari bahu Fitri.
"Kekkk... Hhhh, Hhhhh, sama, Ak.. aku saja kekk" Shierlen menarik
tangan si kakek, tubuhnya sudah lemah tanpa daya namun ia tidak
ingin si kakek kecewa dan membatalkan niatnya untuk menolong si
kecil Misdi.
Si kakek mendorong bahu Shierlen agar gadis itu bersandar kembali
dan beristirahat, dengan lembut dikecupnya kening Shierlen, Misdi
tidak tega melihat Shierlen yang sudah sangat kelelahan, keringat
mengucur dengan deras dari pori-pori disekujur tubuhnya.
Fitri seperti sedang memikirkan sesuatu, ia tidak dapat membayangkan
penderitaan yang harus ditanggung oleh anak sekecil Misdi untuk
menyelamatkan kehormatannya, kini entah bagaimana nasib Misdi yang
selama ini sudah memberi banyak warna warni dalam kehidupannya.
Satu-satunya harapan Fitri hanyalah si kakek tua yang kini berlutut
sambil memandangi dirinya. Terngiang-ngiang kata-kata Shierlen yang
membuat Fitri semakin gelisah "Bang Tagor menjambak rambut Misdi,
terus menyeretnya entah kemana", Antara nyawa Misdi dan
kegadisannya, sebuah pertarungan yang alot dan cukup lama, Fitri
menghela nafas panjang. Ia sudah membulatkan tekad mengambil
sebuah pilihan, nyawa si kecil Misdi atau kegadisannya.
"Kekkk... kalau aku memberikannya untuk kakek.., apa kakek bersedia
segera menolong Misdi..?"tiba-tiba Fitri membuka suaranya.
"Jangan... Fitrii...aku sajahh.." Shierlen mencoba mengingatkan Fitri.
Fitri menatap Shierlen dan tersenyum, ia tahu temannya itu sudah
kehabisan tenaga melayani nafsu si kakek yang bertenaga besar.
"Sepertinya, dia baik-baik saja koq.., kamu ngak usah kuatir..deh"
jagoan kita menatap terharu karena Fitri begitu mencemaskan dirinya,
bahkan sampai rela, memberikan satu-satunya milik- nya , yang jelas
saja tidak ada gantinya lagi.
Tangan Fitri menarik leher Misdi, dan mendekap kepala si kakek tua itu
di dadanya, api birahi Misdi kembali berkobar-kobar, kali ini lebih
dahsyat dari sebelumnya. Jantung Fitri berdetak dengan semakin
kencang ketika merasakan hembusan-hembusan angin hangat yang
memburu di permukaan buah dadanya. Kecupan-kecupan lembut
membuat Fitri semakin erat mendekap kepala itu didadanya. Misdi
mengangkat kepalanya sedikit agar dapat memandangi , keranuman dan
kesegaran payudara Fitri, lidahnya terjulur keluar dan memutari puting
susu Fitri, sesekali dikemutnya kuat-kuat puncak payudara itu.
"Ahhhh...! " Fitri memekik keras ketika mulut Misdi kembali mengenyot
kuat-kuat puncak payudaranya.
Ciuman-ciuman si kakek semakin turun dan akhirnya tiba ditempat
favourite Misdi. Sebuah gundukan mungil yang terbelah di
selangkangan gadis itu dihiasi oleh rambut-rambut halus yang
tersusun dengan rapi, lidah Misdi menciumi permukaan vagina gadis
itu, rambut-rambut halus yang menghiasi vagina itu kini tampak basah
terbasuh oleh air liur Misdi. Kedua kaki gadis itu masih merapat, Misdi
menunggu dengan sabar sambil menciumi permukaan vagina Fitri,
perlahan-lahan kedua kaki gadis itu terbuka perlahan-lahan semakin
lama semakin mengangkang. Misdi meletakkan kedua kaki Fitri keatas
pundaknya sedangkan kepala Misdi berada diantara jepitan kedua paha
gadis itu yang halus dan mulus. Mulut Misdi mengulum bibir vagina
Fitri dengan lembut dan bergerak-gerak seperti mulut orang yang
sedang mengunyah makanan terlezat dimuka bumi ini.
"Ahhhh... Kekkkk... Echhhhh... Ihhhhhhhhh...buk-buk" kaki Fitri kadang-
kadang terhempas-hempas di atas punggung Misdi, tangannya yang
mungil meremas-remas kepala Misdi yang asik melumat-lumat bibir
vaginanya.
"Esssttthhhh...Haaaaa....Ahhh...Kecruuuutttt... Crrruuttt " kedua paha Fitri
menjepit kuat-kuat kepala si kakek, untuk sesaat tubuhnya mengejang
kemudian terkulai seperti benang basah.
Misdi mengangkat kepalanya, wajahnya tampak belepotan terkena
semburan cairan kenikmatan gadis itu, Misdi mulai menempelkan
kepala kemaluannya pada belahan bibir vagina gadis itu, untuk sesaat
Misdi jadi ragu , ia menatap wajah Fitri seolah-olah meminta ijin untuk
melakukan ketahap selanjutnya. Gadis itu tersenyum sangat manis,
sambil semakin membuka kedua kakinya melebar seolah-olah
menyetujui keinginan Misdi. Misdi meleletkan lidahnya sambil
menekankan kepala kemaluannya pada bibir vagina Fitri.
"Ouhhhh...." tubuh gadis itu tersentak-sentak dengan kuat ketika
kepala kemaluan itu mulai membombardir bibir vaginanya yang tampak
semakin kemerahan, sedikit namun pasti bibir vagina gadis itu mulai
merekah ketika ujung tumpul kepala penis Misdi mendesak semakin
kuat.
Nafas Fitri terputus-putus ketika merasakan kepala kemaluan itu
perlahan-lahan mulai masuk. Bibir vaginanya serasa melar semakin
lebar dan terasa semakin sesak.
"Ahhhhhhhhhhhhhh...!" Tubuh Fitri meliuk ketika tiba-tiba merasakan
kepala kemaluan itu tiba-tiba mencelat masuk, tangan Fitri memegangi
perutnya yang terasa seperti kejang.
Misdi membiarkan Fitri untuk sesaat agar gadis itu membiasakan diri
menerima benda asing di selangkangannya, setelah nafas gadis itu
agak tenang barulah Misdi mendorongkan batang kemaluanya
perlahan-lahan.
"Prepp.. Brrrttt Brrretttt...." Mata Misdi berbinar-binar ketika merasakan
ujung kepala kemaluannya merobek-robek selaput tipis didalam vagina
Fitri
"Aduhhh.. Ahhhhh..." Fitri menggeliat kesakitan
"Sakitt...?" si kakek bertanya sambil mengelusi paha Fitri
Fitri mencoba tersenyum, sambil menahan rasa sakit
diselangkangannya. Gadis itu menggelengkan kepalanya, Misdi kembali
menekankan batang kemaluannya semakin dalam sampai batang
kemaluanya terasa mentok tidak dapat maju lebih dalam lagi, kemudian
perlahan-lahan Misdi menarik batang kemaluannya sampai sebatas
leher penisnya. Fitri meringis ketika si kakek berperut buncit menarik
batang kemaluanya. Ada cairan lengket bercampur dengan cairan
berwarna merah yang meleleh keluar ketika kemaluan Misdi bergerak
perlahan-lahan keluar masuk kedalam lubang vagina gadis itu. Fitri
mendesah-desah ketika Misdi mulai melakukan genjotan-genjotannya,
yang semakin lama semakin kasar dan kuat menghujam-hujam lubang
vaginanya yang mungil.
"Ahhhhh.... Crrrtttt... Crrrtttt" tubuh Fitri meliuk dalam gerakan yang
indah, buah dadanya bergerak seirama dengan nafas gadis itu yang
memburu, tubuhnya terguncang-guncang akibat sodokan-sodokan kuat
si kakek.
Tangan Fitri menahan gerakan pinggul si kakek, bibirnya yang mungil
meringis ketika merasakan rasa ngilu yang diselingi oleh rasa nikmat,
Misdi tersenyum sambil menjamahi buah dada Fitri. Misdi menusukkan
batang kemaluannya sampai bibir vagina gadis itu ikut terlipat
kedalam. Setelah kemaluan si kakek masuk sampai mentok, pinggulnya
bergoyang ke kiri dan kanan kemudian bergerak-gerak seperti sedang
mengocek-ngocek lubang vVagina gadis itu dalam gerakan memutar.
"Ahhhh... Ahhhhh...Awwssshh" Fitri merintih-rintih semakin keras, ia
merasakan lubang vaginanya sedang dibor oleh benda panjang di
kemaluan si kakek yang bergerak mengocek-ngocek lubang sempit di
selangkangannya.
"Hhhsssshh...Hhhhsshhh...Essssshhh..." kepalanya tergeleng ke kiri dan
kanan, tampaknya Fitri kesulitan mengimbangi serangan kemaluan si
kakek yang terlalu besar dan panjang.
Tangan Misdi meraih pergelangan kaki Fitri, kemudian didorongnya kaki
Fitri sampai lutut gadis itu tertekuk, Misdi terkekeh-kekeh sambil
memaju-mundurkan kemaluannya dengan lembut, tangan Misdi
menggerak-gerakan kaki gadis itu seperti orang yang sedang
mengayuh sepeda.
"Clekkk...Clekkkk...Clekkkkk...." suara-suara lendir lengket terdengar
semakin keras seiring dengan semakin kuatnya Misdi memaju
mundurkan kemaluannya.
Fitri semakin sering mendesah dan merintih, terkadang gadis itu
memekik kecil.
"Ohhhh... Ahhhh Kekkkkk.... Mmmmmm.. Achhhhh Crutttt... Currr " kedua
kaki Fitri yang sedang dipegangi oleh Misdi meregang dan bergetar
dengan hebat, kemudian perlahan-lahan getaran itu sirna, seiring
dengan kembali terkulainya tubuh gadis bermata sipit itu.
Tanpa terlebih dahulu melepaskan kemaluannya, tangan Misdi bergerak
menggusur sambil membalikkan tubuh gadis itu
"sini... yak.. begitu. Nahhhhh Sipppp He he he"
Posisi Fitri kini menungging "Doggy Style", kedua tangannya bertumpu
pada kursi sofa butut dihadapannya.
"Ahhh.. , Ahhhhh.... Ennnnggghhh..." tubuh Fitri terdorong-dorong
kedepan ketika si kakek menyodokkan kemaluannya kuat-kuat.
Fitri merebahkan dadanya keatas bangku sofa dihadapannya, kedua
lengannya terasa lemas tanpa tenaga, rambut gadis itu sudah acak-
acakan tidak beraturan dan sebagian menutupi wajahnya yang cantik.
Tangan si kakek membantu menyibakkan rambut gadis itu ke belakang,
sambil menjilat telinga Fitri si kakek bertanya "Enakkk ?
Hemmmmmm....?"
Fitri mengangguk, tubuhnya merinding ketika lidah si kakek mengulas-
ngulas tengkuknya dan sesekali bibir keriputnya mengecup-ngecup
tengkuk gadis itu. Tangan si kakek membelai-belai punggung Fitri yang
sudah basah oleh cucuran air keringat serta mencengkram bahu gadis
itu seperti seekor harimau yang sedang mencengkram mangsanya
"Cleppppp.... Awwww...!" satu tusukan kuat membuat Fitri menjerit kecil
"Phlookkkk...phloookkkk...Plokkkkkk...Kephhlookk" suara beradunya
buah pantat dengan selangkangan si kakek terdengar dengan keras.
Tubuh Fitri tersentak-sentak semakin kuat terdorong ke depan, jeritan-
jeritan kecil semakin sering terdengar dari bibir mungilnya sesekali
diiringi suara rengekan-rengekan yang semakin membangkitkan birahi
si kakek.
"Ahhhhhhhhhhhh...!! Crruttttt.... Crrrrrrttttt......" Satu pekikan panjang
kembali menenggelamkan gadis itu ke dalam lautan kenikmatan.
Fitri hanya sanggup mengerang pelan, tubuhnya masih terus
terdorong-dorong ke depan dalam gerakan-gerakan yang berirama
mengikuti ritme sodokan kemaluan si kakek
"Ploppph..." suara itu terdengar dengan keras ketika Misdi mencabut
kemaluannya dari lubang vagina Fitri,
Jari telunjuk si kakek mengorek-ngorek cairan-cairan yang rupanya
seperti lem cair dari lubang vagina Fitri dan mengulaskannya pada
lubang anus gadis itu. Setelah dirasakan cukup barulah si kakek
mengarahkan kepala penisnya ke lubang anus gadis itu. Fitri
menggeser pinggulnya ke depan ketika si kakek berusaha menekankan
kepala penisnya pada lubang anusnya yang sempit. Tangan Misdi
menarik kembali pinggul gadis itu, tekanan-tekanan kuat mulai
dilakukan dengan sebuah irama yang teratur, untuk menerobos lubang
anus gadis itu. Berulang kali Fitri mengerang lirih, tubuh gadis itu
menggeliat-geliat gelisah, lubang anusnya perlahan-lahan terasa
melebar dan terasa sesak, ada sedikit rasa kram di lingkaran anusnya.
"Hegggggkkk....Unnghhhhh" mata Fitri melotot kemudian perlahan-
lahan terpejam rapat diiringi lenguhan panjang dari bibirnya yang
mungil ketika lubang anusnya kembali disodok dengan kuat sampai
tubuhnya terdorong tersentak kuat ke depan.
Mata si kakek menatap dengan tatapan senang melihat kepala
kemaluannya terbenam sampai sebatas leher penis.
"He he he..." si kakek terkekeh-kekeh senang, lidahnya terjulur keluar,
kepalanya menunduk ke arah belakang telinga Fitri, dijilatinya belakang
telinga gadis itu sambil sesekali digigitnya daun telinga gadis bermata
sipit itu dengan lembut.
Batang kemaluan si kakek mulai bergerak, menekan dengan perlahan.
Batang kemaluan itu pun tenggelam semakin dalam ke lubang anus
Fitri, kemudian dengan sekali sentakan yang kuat si kakek
menyodokkan batang kemaluannya sekaligus.
"Awwwww...!!" gadis bermata sipit itu menjerit panjang, tubuhnya
mengejang selama beberapa saat.
Fitri Diniyani mengerang tanpa daya, sebuah kemaluan yang besar dan
panjang telah menancap di lubang anusnya. Diam-diam, Misdi merasa
kagum oleh keteguhan hati Fitri, biarpun kesakitan gadis itu tidak
menangis. Si kakek menarik batang kemaluannya keluar sampai sebatas
leher penis kemudian ditekannya kembali dengan hati-hati batang
penis itu memasuki lubang sempit yang tampak kewalahan menerima
kemaluan si kakek yang besar dan panjang.
Si kakek menarik pinggul Fitri sedangkan ia menjatuhkan dirinya duduk
ke belakang
"Achhh..! " kepala Fitri terangkat keatas, wajahnya menatap langit-
langit.
Batang kemaluan si kakek tampak bengkok kesana kemari, kemaluan
yang besar itu tampak semakin dalam terbenam, mengait lubang anus
gadis bermata sipit itu. Tangan kanan si kakek yang satu mengait
pinggang gadis itu, sedangkan yang sebelah kiri menggerayangi buah
dadanya bergantian dari yang kiri ke yang kanan. Shierlen yang mulai
pulih ikut meramaikan suasana ia mengangkangkan kedua kaki Fitri
lebar-lebar, sementara Misdi semakin sering menyodok-nyodokkan
kemaluannya keatas. Entah Sudah berapa macam gaya yang dilalui oleh
mereka bertiga. Yang pasti kini Misdi mengangkang terlentang di atas
sofa sementara Fitri menurun naikkan pinggulnya diatas kemaluan
Misdi, sedangkan Shierlen mengangkangi wajah si kakek sambil
menyodorkan vaginanya kewajah Misdi. Tubuh kedua gadis itu sudah
basah kuyup oleh air keringat yang mengucur membasahi tubuh mereka
yang mulus.
"Ahhh...Kecruuuttt...Crutttttt" kedua gadis itu memekik hampir
bersamaan.
Misdi mencengkram pinggul Fitri, ia semakin kuat mengocok-
ngocokkan kemaluannya sampai gadis itu meringis-ringis dan...
"Arrrggghhh...Kecrrottt... Crrrotttt" si kakek menghantamkan
kemaluannya kuat-kuat sampai Fitri memekik kecil, kini ruangan itu
mendadak hening tanpa suara ah-ih-uh, yang terdengar hanya
desahan-desahan nafas dari orang-orang yang kecapaian.
"Hahhhhh..." "Awwwww...." Mendadak Fitri dan Shierlen melompat dari
atas tubuh si kakek yang terlentang, mata mereka mendelik menatap
tubuh si kakek seperti diselimuti embun tebal yang keluar dari
tubuhnya
"Poooppsssshhhh!" terdengar suara yang amat keras, tubuh si kakek
seperti meletus.
"Lohhhh?!"
"Misdiiii!?"
"Hahhhhh ?" Misdi sama kagetnya , ia tidak menyangka akan kembali
kewujud asalnya.
Kepala si kecil berambut poni menengadah menatap kedua gadis itu, ia
cengar- cengir serba salah. (Red : Oooppppsss, abis klimaks... balik
lagi ke asal!! nah lo ketauan dah.. modal aslinya ^^ )
"Waduhhhh.. Aduhhhhhh....Shierrrr kupinggg guaa"
"Tobattt..... Fitriiii... Whuadawwww"
Kedua gadis itu menjewer telinga si kecil Misdi dan menariknya kearah
yang berlawanan. Misdi menjerit kesakitan sampai tiba-tiba kedua
gadis itu memeluk tubuh mungilnya erat-erat, kedua gadis itu terisak-
isak menangis.
Tangan Misdi membelai-belai rambut kedua gadis itu, berkali-kali
bibirnya mengecupi kening Fitri dan Shierlen "Sudahh..., Sudahhh..
jangan nangisss muahhhh..., cupphhh cupphhhh"
Sinar matahari yang terik, menyinari rumah tipe SSSS
Sikecil berambut poni keluar dari dalam rumah itu, kedua tangannya
menggandeng pinggang Fitri dan Shierlen, wajah si mesum berambut
poni tampak cerah menatap hari esok dihadapannya.

Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda

0 komentar:

Posting Komentar

Silahkan komentar tapi dilarang yang berbau sara dan provokativ.